Part 6

272 20 3
                                    

"Para orang tua tidak tahu diri!"

Bergumam lirih, Peat melepaskan dasi yang dikenakan dengan kasar. Raut wajah yang biasa ramah, kini terlihat berekspresi kesal. Setiap mengadakan rapat dengan Dewan Direksi, bisa dipastikan Peat akan merasa pusing dan mual pada saat yang sama. Dia yang memeras keringat dengan begitu keras, namun mereka menjadi orang yang hanya bisa mengeritik tanpa bisa memberikan solusi. Jika bisa, Peat ingin membungkam satu persatu mulut mereka.

"Kau terlihat kesal sekali, Ai Peat."

Peat tak menyadari sebelumnya, akan keberadaan orang lain di dalam ruangannya. Namun saat pria itu membuka suara, menyapanya dengan kalimat menyebalkan.

"Apa yang kau lakukan disini, Boss?"

"Ho, apa sekarang aku tidak boleh datang lagi? Karena kau sudah punya yang baru."

Memutar matanya malas, Peat tak menanggapi pria tampan itu. Dia masih menyandarkan tubuhnya yang terasa lemas, lelah sekali hari ini.

GREP!

Memeluk tubuh Peat dari belakang, Boss mulai meraba pria pucat itu. Melakukan gerakan seduktif, yang jelas tengah menggoda. Pertama bahu, lalu turun menuju dada bidang. Bahkan dia menciumi bahu Peat berulang kali, lalu menuju leher jenjang.

"Noeul akan membunuhmu, jika dia tahu."

Boss mendengus tak suka, lalu kembali berdiri tegak. Kesal karena Peat menolak nya menggunakan nama kekasihnya, Boss jadi tak bisa apa-apa. Tentu dia akan takut, jika Noeul sampai tahu.

"Benar, dia akan sangat marah karena aku menyentuhmu."

Bukan karena kekasihnya itu protektif padanya, namun sebaliknya justru pria mungil itu begitu protektif pada sahabatnya. Dia akan mengamuk, jika sampai tahu bahwa Boss menyentuh Peat. Walau dulu dia sering kali melakukannya, namun sekarang jika tidak dengan Noeul pria itu tak akan membiarkan Boss melakukannya dengan Peat.

Peat tersenyum, sedikit terhibur oleh pacar sahabatnya itu. Apalagi melihat Boss tak berkutik, saat dia sudah membawa nama Noeul dalam pembicaraan mereka.

"Baik-baik pada Noeul, jika kau tak ingin aku merebutnya darimu-" Boss semakin cemberut, dia benar-benar dipermainkan oleh dua sahabat itu.

"-Dan aku belum menemukan alasan, kenapa kau datang mencari ku?"

"Aku ingin mengajakmu makan malam, bagaimana?"

Peat menatap Boss curiga, tengah mencari alasan yang sebenarnya dari kedatangan pria itu ke kantor nya. Namun dilihat berulang kalipun, Peat tak akan mengetahui apa yang direncanakan Boss. Tetapi makan malam bersama juga bukan sesuatu yang akan pria cantik itu tolak, setidaknya dia tak akan makan sendiri malam ini.

"kau ingin aku mengantarmu ke Kondo mu?" Boss melirik Peat, ketika melihat wajah lelah pria cantik itu. Mereka telah selesai berjalan-jalan dan makan malam. Sehingga sekarang, dia akan mengantarkan Peat ke kondominium nya.

"Tidak, Boss. Antarkan aku ke Hotel saja."

Namun sayangnya, Peat menolak itikad baik tersebut. Dia lebih memilih untuk Boss mengantarkannya ke Hotel saja, dari pada pulang ke Kondominium kosongnya. Setidaknya di Hotel ada orang-orang yang akan dia lihat, tetapi di kondominium hanya ada benda mati saja disana.

"Uugghh."

Kembali bersandar pada badan mobil, Peat memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Ternyata pusing yang dirasakan selama rapat tadi berlanjut, sehingga sekarang tubuhnya terasa lemas. Boss dengan cepat mendekat, terlihat khawatir menemukan wajah Peat yang memerah. Sepertinya pria cantik itu mengalami demam.

(Not) Love (FortPeat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang