Dan sekarang, mereka saling membelit lidah satu dengan yang lainnya. Ke kiri dan ke kanan, kepala mereka tak henti-hentinya bergerak bergantian. Mencari posisi pas untuk berciuman, Peat bahkan menarik rambut Fort ketika pria itu terlalu dalam mengeksplorasi mulutnya. Lalu terakhir, Fort dengan sengaja menggesekkan kakinya pada penis Peat dibalik bathrobe.
"Uugghh"
"Kau tak menggunakan apapun dibalik bathrobe, bukan?"
Fort berbisik lirih, menggoda Peat ketika tahu bahwa pria itu hanya menggunakan bathrobe tanpa apapun lagi dibalik kain tipis itu.
"T-tentu, itu untuk memudahkan mu~" Peat mengakui, bahkan dengan nada menggoda tanpa takut.
Kemudian tanpa basa-basi Fort memegang penis Peat yang sudah menegang, lalu mengocoknya dengan tempo perlahan. Namun semakin lama, gerakannya semakin cepat. Seiring Peat yang mendesah semakin kencang, dengan kedua tangan memeluk bahu Fort. Sampai pada akhirnya Peat mencapai klimaks, hanya dengan tangan seorang Fort Thitipong.
"Kau keluar begitu cepat."
Fort menurunkan kepala, mengecupi leher jenjang Peat. Meninggalkan beberapa tanda disana, tak membiarkan Peat untuk beristirahat dari klimaksnya.
"Jangan bergerak! Sekarang giliran ku."
Menyelesaikan ucapannya, Peat menurunkan tubuh. Berlutut tepat dihadapan selangkangan Fort, lalu mulai membuka zziper celana pria itu. Memegangi penis besar yang terasa berkedut ditangannya, membuat Peat semakin merasa bersemangat untuk memainkannya. Dan tanpa aba-aba dia mulai menjilatinya, mengecap rasa asin kulit. Menelusuri dari ujung sampai ke pangkal, dengan lidah panas. Kemudian terakhir memasukkannya kedalam mulut.
"Nggghh"
Mengulumnya dengan gerakan maju mundur, Fort yang melihat pemandangan Peat yang melakukannya merasa semakin terangsang. Peat dengan posisi menungging dengan bathrobe tersingkap pada bagian belakang, terlihat seribu kali lebih seksi. Sehingga tanpa menunggu lama, Fort menyusul Peat mencapai klimaksnya. Dengan kedua tangan mendorong kepala Peat, membuat penisnya melesak masuk jauh kedalam mulut pria cantik itu. Bahkan terasa menyentuh dinding tenggorokan Peat.
"Ukhuuukk...ukhuukk..."
Terbatuk karena menelan langsung tanpa jeda, juga karena saluran pernapasannya tertutup. Peat bahkan sampai meneteskan air mata, sakit kerasnya penis Fort menekan tenggorokannya.
"Ini belum selesai, Khun Peat."
***
SRET!BRUG!
Tubuh kecil terlempar perlahan, jatuh pada ranjang empuk dalam ruang Hotel. Masih dengan napas yang terengah-engah, Peat melihat Fort dengan mata yang terbuka setengah. Menunggu perlakuan seperti apa lagi yang akan dilakukan pria tan tersebut terhadap dirinya.
Sedang Fort sendiri, memilih membuka dasi yang tengah dikenakan. Lalu menarik tangan Peat, membawa kedua tangan itu untuk berada diatas kepalanya. Selanjutnya, mengikat dengan kuat kedua tangan itu dengan dasinya. Kali ini, dia yang akan memimpin permainan mereka malam ini.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kali ini, aku yang akan bergerak. Dan anda harus diam, Khun Peat!"
Kembali mencium Peat, Fort akan memulainya dari sana. Dia sekali lagi mengeksplorasi mulut si pria cantik, membelit lidah satu sama lain. Peat maupun Fort tak ingin mengalah satu sama lain. Sehingga pergulatan lidah tak kunjung selesai, karena mereka begitu menikmatinya.
"Ngghh...aaahhh...jangan menggigitnya."
Tidak mau mendengar, Fort menggingit disepanjang perjalanan bibirnya. Pertama pada leher, lalu berlanjut pada nipple Peat. Mengulum lalu menjilatinya, Fort mengulangi gerakan tersebut. Bahkan terakhir, menggigit dengan geliginya. Kemudian melakukan hal yang sama pada nipple yang satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Love (FortPeat)
ספרות חובביםHubungan simbiosis mutualisme, itulah yang tengah terjalin diantara mereka berdua. Peat Wasuthorn pengusaha muda kaya raya yang selalu haus akan sex, bertemu dengan Fort Thitipong karyawan biasa yang ingin merubah kehidupan menyedihkan dengan cara a...