Termenung.
Duduk tanpa melakukan apapun, dengan tangan tak hentinya membolak-balikkan kartu hitam. Jumat, ini sudah hari yang Peat sebutkan untuk Fort datang ke BF Hotel. Hanya tinggal beberapa jam lagi dari waktu yang pria cantik itu janjikan, membuat Fort berubah jadi tak sabaran. Dia senantiasa menghitung waktu, berharap secepatnya jam sepuluh malam.
"Hey, Fort. Kau belum memberitahu ku tentang pertemuan mu dengan CEO BF Company."
Fort hanya melirik tak tertarik, namun tangannya dengan cepat menyembunyikan kartu. Tak ingin orang besar mulut seperti rekan kerjanya itu, mengetahui hal rahasia nan sensitif seperti kunci kamar hotel yang diberikan Peat untuknya.
"Kami belum mencapai kesepakatan."
"Hahaha...seperti dugaan, kau sebentar lagi akan dipecat."
Tak peduli dengan tawa menjengkelkan yang didengar, Fort lebih memilih merapikan barang-barang yang ada di mejanya. Lalu dengan cepat meraih tas tangan, kemudian berdiri dari duduknya. Bersiap pergi dari sana, lebih baik pulang dan mempersiapkan dirinya saja dari pada mendengarkan ocehan tak penting itu lebih lama.
"Hey Fort Thitipong, kau mau kemana? Aku belum selesai berbicara."
"Tutup mulut busuk mu, brengsek."
Fort memberikan jari tengah, lalu benar-benar pergi dari sana. Mengabaikan teriakan marah dari pria cerewet itu, kemudian pergi dengan cepat. Dia akan pulang ke Kondominium terlebih dahulu, membersihkan diri dengan benar. Agar saat bertemu dengan Peat nanti, dia bisa merasa lebih percaya diri.
Seperti gadis yang tengah kasmaran, dia bersikap sedikit berlebihan.
***
"Fort Thitipong, anda sudah ditunggu oleh Khun Peat."
Wanita cantik yang sama, kini lagi-lagi menyambutnya. Jika tak salah menduga, dia pasti Sekertaris dari Peat Wasuthorn. Mengingat dia selalu berada disekitar pria cantik itu dimana pun dia berada, jika dugaannya tak salah maka semua itu menjadi hal wajar. Fort memperbaiki dasi yang dikenakan, mengurangi rasa gugup yang tiba-tiba datang. Ini pertemuan kedua mereka, namun pria tan itu tetap saja merasa gugup.
Mereka memasuki lift, dan Aya menekan satu tombol yang berbeda disana. Fort jadi ingat dengan salah satu artikel yang pernah dia baca, bahwa BF Hotel memiliki sebuah kamar rahasia dilantai teratas gedung tinggi itu. Dan kabarnya, hanya Peat Wasuthorn yang menggunakannya selaku pemilik dari BF Company.
Tring!
Mereka telah sampai, dan hal pertama yang menyambut Fort adalah sebuah lorong panjang. Dengan sebuah pintu berada di ujungnya, sepertinya hanya itu satu-satunya ruangan yang berada dilantai itu. Karena berapa kali pun Fort menoleh ke kiri dan ke kanan, tak ada satupun daun pintu atau ruangan lain yang dapat dia temukan.
"Khun Fort, saya harap anda tidak menatap Khun Peat dengan lancang nantinya."
"Eh?"
Fort terkejut dengan kalimat yang Aya ucapkan, pria itu tak menyangka akan menerima semua itu hanya dari seorang Sekertaris. Harga diri Fort Thitipong terluka, membuatnya hampir melayangkan pukulan. Andai saja dia tak mengingat dia wanita, serta tujuan utama dia berada disini sekarang.
"Tentu, tak akan kulakukan."
CKLEK
"Khun Peat, Khun Fort sudah ada disini."
"Oh, benarkah?"
Didalam ruangan, disalah satu sofa Peat Wasuthorn duduk dengan satu kaki menumpu pada kaki satunya. Memegang segelas Wine, dengan satu tangan menopang wajah. Melihat Fort Thitipong dengan cara yang benar-benar berbeda dari sebelumnya, ketika sekarang ada kilat menggoda yang terpantul dari netra cokelat.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Love (FortPeat)
Fiksi PenggemarHubungan simbiosis mutualisme, itulah yang tengah terjalin diantara mereka berdua. Peat Wasuthorn pengusaha muda kaya raya yang selalu haus akan sex, bertemu dengan Fort Thitipong karyawan biasa yang ingin merubah kehidupan menyedihkan dengan cara a...