Alena merayakan kelulusannya bersama dengan teman-temannya, dia menatap seragam putih biru yang sedang dikenakan dengan banyaknya bekas coretan di sana.
"Lena, kamu ngapain coba coret-coret baju seragam kamu?! Udah gak ada orang tua, bukannya tau diri malah bersikap seenaknya."
Alena menunduk, omongan kakak sepupunya itu sungguh membuatnya sedih. Selama lima tahun Alena diurus oleh bibi dan pamannya, Jonathan sama sekali tidak pernah bersikap baik kepadanya.
"Ah! Kakak! Kok dada aku diremes sih?!"
"Lagian kamu ini masih bocil ingusan, ngapain ada nama cowok di seragam kamu pas bagian tetek? Udah digrepe-grepe ya kamu hah?!"
"Apaan sih Kak?! Ngawur banget ih kalau ngomong, ini tuh nama cowokku ya boleh lah kalau misalkan dia nulis namaku di sini!"
"Ya udah, sini aku remes tetek kamu lagi biar kamu gak macem-macem! Masih kecil juga!"
Jonathan melumat kasar bibir Alena, dia tidak memperdulikan nafas Alena yang sudah memburu karena ulah Jonathan yang mencium Alena dengan sangat brutal.
"Euh ... Udah, Kak. Jangan kayak gini ih, aku takut."
Alena mendorong dada Jonathan, mencoba agar bisa membuat Jonathan menjauh darinya, namun hasilnya nihil.
"Kak, udah ih! Sesek dada aku gara-gara kamu tindih."
Jonathan beranjak dari atas Alena, dia tersenyum miring dan membuka ikat pinggangnya.
"Kakak mau apa?! Aku gak mau! Ngapain ikat pinggangnya dibuka ih!"
Alena semakin menangis kencang, dia menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Tangisan Alena menyebabkan kegaduhan hingga membuat Reni yang notabennya Tante Alena pun lantas menghampiri ke arah sumber suara dengan tergesa.
"Jonathan! Apa-apaan kamu ini?! Ngelecehin sepupu kamu sendiri!"
"Weh! Mama! Sakit ih, jangan ditarik loh telingaku."
Reni menghembuskan nafas gusar, "Alena kamu masuk ke kamar sekarang, kunci pintu kamar kamu."
Alena mengangguk dan langsung berlari dengan masih menangis sesenggukan.
"Kamu ngapain sih, Jo? Sepupu kamu itu masih kecil! Itu kontol gak bisa dikondissiin apa, huh?! Mama kan udah bilang, jangan nyentuh Alena!"
Jonathan memajukan bibir bawahnya seraya mengusap kupingnya yang terasa panas karena mamanya menjewer dengan sangat kencang.
"Sekarang kamu masuk ke kamar kamu, jangan sampek kejadian kayak gini lagi. Mama udah ngizinin kamu main sama lonte di tempat papa kamu secara gratis, sepupu kamu masih saja mau kamu embat! Mau mama kirim ke luar kota kamu?!"
"Iya ... Iya, gak bakalan gitu lagi kok, Ma. Udah ah, aku mau masuk ke kamar dulu."
Reni mengangguk dan membiarkan Jonathan ke kamarnya.
Brak!
Jonathan membanting pintu kamarnya dan langsung duduk di kursi yang berada di sana, dia memijat pelipisnya, rasanya kontolnya begitu tegang.
"Kentang banget perasaan, mending juga ngocok daripada nanggung gini bikin puyeng."
Jonathan mengambil pelumas yang berada di sana, dia menuangkan pelumas tersebut pada tangannya dan mulai mengurut kontolnya sendiri.
"Ahhh Lena, nakal banget kamu, baru lulus malah bikin kakak sange gini. Nanti malem bakalan kakak ewe kamu sampek loker memeknya, awas aja."
Jonathan semakin mempercepat gerakan tangannya, menyalurkan semua hasrat yang membendungnya karena bernafsu pada Alena.
Cklek.
"Ih kakak! Apa itu?! Berurat banget!"
Alena berteriak seraya menunjuk kontol Jonathan, dia niatnya ingin meminta maaf karena sudah membuat Jonathan dimarahi Reni, namun yang ia dapatkan justru mendapati Jonathan mengocok kontolnya.
"Pas banget kamu di sini. Mau sosis gak? Kakak punya nih, gede banget."
Alena mengerjap, "Sosis? Sosis apa? Enak gak?"
"Enak dong, kunci pintunya kalau emang mau."
"Kenapa kok dikunci?"
"Udah jangan banyak tanya, ini tuh sosisnya istimewa banget jadi kamu harus nikmatin di sini tanpa ada gangguan siapa pun."
Meskipun bingung Alena tetap menurut, dia mengunci pintu kamar Jonathan dan melangkah menuju ke arah Jonathan.
"Sekarang kamu tutup mata kamu, dan ikutin apa yang kakak suruh."
"Ta - tapi ini beneran gak aneh-aneh kan kak?"
Jonathan tersenyum miring dan beranjak dari duduknya, "Let's play the game, baby girl," bisik Jonathan seraya menjilat telinga Alena, hal itu membuat tubuh Alena meremang.
KAMU SEDANG MEMBACA
rumah bordil milik paman
Fantasytentang Alena yang tadinya gadis polos kini berubah menjadi gadis yang bin - al