Beberapa hari telah berlalu, kini Alena benar-benar bekerja di rumah bordil milik Pras. Dia bahkan sudah memiliki beberapa pelanggan yang siap membokokingnya. Saat Alena sedang menunggu orang yang sudah membokingnya, Alena duduk sendirian di depan cermin kamar. Dia sesekali menghembuskan nafasnya, ini sudah lebih dari 10 menit jam yang dijadwalkan, namun tidak kunjung ada yang datang ke kamarnya.
Alena memainkan ponselnya untuk sekedar bertukar pesan bersama teman-temannya.
Cklek.
Pintu terbuka, Alena menatap ke arah pintu San mendapati seorang pria yang sedang berdiri di ambang pintu.
“Alena?” tanyanya dengan suara bass yang menyapa indra pendengaran Alena.
Walau sedikit ragu dan juga syok karna yang memesannya adalan seorang pria tampan yang cukup berwibawa, Alena menganggukkan kepalanya. Pria itu lantas masuk dan menutup pintunya kembali, tatapan pria itu begitu dingin bahkan mungkin mampu menusuk ke tulang Alena.
“Kamu umur berapa? Kenapa ingin menjajakan tubuhmu di sini?”
Alena mengerutkan dahinya, biasanya calon pelanggan tidak akan kepo dengan urusan pribadi Alena, namun saat ini pria itu justru malah menanykan hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya.
“Ummmm, faktor ekonomi,” ungkap Alena sedikit ragu.
“Kamu yang mengajukan diri untuk berada di sini atau dipaksa?”
“Mengajukan diri sendiri, memangnya kenapa ya?”
“Tak ada, hanya saja sedikit mengherankan karna kamu sepertinya masih muda. Usia kamu berapa saat ini?”
“16 tahun. Ada apa sih tanya-tanya terus?” kesal Alena. Namun Alena juga bisa melihat ada raut terkejut dari pria di hadapannya, sepertinya pria itu terkejut karna Alena baru berusia 16 tahun.
“Bahkan kamu belum memiliki kartu identitas resmi, seluruh apa ekonomi kamu hingga harus merelakan tubuh di sini?”
“Lama ih! Dah kayak polisi nanya-nanya terus, ini bajunya mau dibuka sendiri apa dibukain?”
Alena menurunkan tali dressnya, namun dengan segera dihalangi oleh pria itu dan di saat yang bersamaan terjadi kericuhan di luar sana.
Dor! Dor! Dor!
Suara tembakan menggema di seluruh rumah bordil tersebut, Alena reflek langsung menutup telinganya sendiri. Dia menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Aku Aldo, salah satu polisi yang bertugas untuk menggebrak tempat ini karna penjualan narkotika. Kamu ikut aku aja,” ucapnya.
Alena menggelengkan kepalanya, dia justru kepikiran dengan Tante, paman dan kakak sepupunya.
“Kalau kamu ikut aku, kamu aman. Masa muda kamu itu masih panjang, cepet ikut aku ke luar.”
Karna terus dipaksa orlah polisi itu, akhirnya Alena menurut dan mengikuti langkah kaki Aldo. Saat ke luar dari kamar, benar saja keadaan sudah kacau. Bahkan Alena bisa melihat Pras yang sedang di borgol oleh polisi.
Tatapan keduanya bertemu, namun Alena bingung harus melakukan apa? Jika dia tetap berada di rumah bordil itu, kemungkinan besar Alena akan diintrogasi juga.
“Kamu tunggu di mobil, aku harus menyelesaikan tugas dulu.”
Alena dikunci di dalam mobil sendirian.
“Aduh, gimana dong? Mana gak bisa ke luar lagi dari mobil. Huh … masa iya sih mecahin kaca? Aku gak mau paman kenapa-napa. Lagian kenapa aku bisa gak tau ya kalau paman jualan obat?”
Alena bingung sendiri, dia harus keabur atau malah ikut polisi yang menguncinya di dalam mobil.
Alena melirik ke arah sekitar krab memang jendela mobil terbuka, “Kalau aku keluar dari jendela, kira-kira ketahuan gak ya?”
![](https://img.wattpad.com/cover/375865968-288-k34733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
rumah bordil milik paman
Fantasíatentang Alena yang tadinya gadis polos kini berubah menjadi gadis yang bin - al