rbmp 15

2K 8 0
                                    

“Hey! Mau ke mana kamu?”

Alena yang tadi sudah mengeluarkan kepalanya jadi seperti maling yang sedang tertangkap basah, dia hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Aku gak mau ikut kamu! Kamu siapa sih, Om?!”

“Ck! Masuk dulu! Kamu diem aja, gak usah ke mana-mana.”

Alena menggerutu kesal, dia menghembuskan nafas jengah saat Aldo pergi dari sana. Jonathan berjalan tertatih-tatih ke arah Alena karna dia habis kena peluru di dalam.

“Lena, kamu ikut kakak ya. Ngapain coba malah di mobil ini, buruan turun.”

“Pinginnya sih gitu, Kak. Tapi kok kayaknya gak bisa ya, Kak? Susah banget ke luar dari mobil ini.”

“Itu dia! Cepat tangkap dia!”

Jonathan hendak berlari namun langkah kakinya yang tertatih-tatih semakin membuat Jonathan kesusahan sendiri, hingga memudahkan polisi menangkap Jonathan.

“Kamu kenal dengan pria ini?” tanya polisi itu ke arah Alena.

Alena meneguk salivanya sendiri dan menggelengkan kepalanya.

“Ya sudah, ini kalian bawa ke kantor.”

“Lena! Kok Lo tega —”

“Cepat! Atau mau ditembak kedua kakinya?”

Alena menghembuskan nafasnya dan menatap ke arah bawah, dia sebenarnya tak tega namun apa daya? Dia hanya ingin mencari aman saja.

“Saya tau kok kalau kamu kenal Pria itu, tak apa, kamu sekarang aman dengan saya.”

Ucapan dari Aldo membuat Alena mendongak, namun hanya beberapa saat karna setelahnya Alena langsung memalingkan wajahnya. Aldo justru tersenyum miring dan masuk ke dalam mobil.

“Yah, walaupun saya hanya dianggap supir, tapi tak apa. Kamu masih kecil juga udah ada di rumah bordil, aneh sekali.”

“Enak, rata-rata kerja cuma ngangkang itu enak, Om! Bisa ngerasain nikmat, bisa ngewe sama orang banyak, bisa ngerasain kontol gede-gede. Enak deh pokoknya.”

Alena berucap dengan asal karena kesal, namun sepertinya hal itu membuat benda milik Aldo yang berada di bawah berkedut tak karuan.

“Sudah lah, kamu jangan ngomong ngelantur lagi, saya lagi nyetir.”

“Kenapa? Huh! Sange ya? Lagian sok-sokan grebek rumah bordil tempat aku kerja, kalau sange sini donghh, hadrp ke belakang.”

Alena dengan sengaja menurunkan tali dressnya, dia tersenyum miring kala mendapati Aldo yang melirik dirinya dari kaca tengah mobil.

“Om, kamu kan dah bayar aku, gak eman-eman uangnya? Nyusu dikit gak papa kali ahh.”

Ckit!

Aldo mengerem mendadak mobilnya. “Kamu bisa diam tidak? Saya lagi nyetir, lagian kenapa si kamu nafsu banget kayaknya? Stop panggil saya om, saya baru berumur 23 tahun.”

“Ih, kan emang pantasnya dipanggil om, kok ngamuk sih? Mumpung sepi, nenen dulu sini.”

Alena beranjak dari duduknya yang berada di kursi belakang dan berpindah di kursi samping Aldo. Alena menatap ke arah Aldo, “Aku sange nih, Om. Ayok dong, nenen ke aku.”

Alena meremas susunya sendiri, dia menjulurkan lidahnya untuk menjilat putingnya sendiri.

“Ahhhh, gak sampek lidah aku ke puting, Om. Om aja yang jilatin dong, ayok om, jilatin.”

“Shhh ….” Desah Alena karna dia meremas susunya dengan sangat kencang.

“Stop! Kamu maunya apa? Mau gimana?”

“Aku tadi minum obat perangsang sebelum Om dateng, biasanya biar aku lebih hot. Memek aku banjir banget Om, jilmekin dong ….”

Aldo sungguh menjadi salah tingkah sendiri, dia mengusap rambutnya kasar, bingung dengan hal apa yang harus dia ambil.

rumah bordil milik pamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang