rbmp 16

1.9K 6 0
                                    

Obat perangsang yang biasa di minum Alena untuk menambahkan kesan binal saat bermain membuatnya tidak tahan akan rasa panas yang menjalar di seluruh tubuhnya, Alena menghembuskan nafas kasar karna Aldo sama sekali tak menyentuhnya.

“Om, tetek aku bagus lohhh. Ayok ewe aku, aku mau diewe.”

Aldo meneguk ludahnya kasar, dia tidak tahan, namun masih ada beberapa hal yang harus diurus. Dia mencoba menjernihkan pikirannya sendiri, sejenak dia hanya diam dan menatap lurus ke depan. “Kamu boleh berlaku bin —”

Dug!

“Udah enggak tahan, Om. Masukin tititnya ayukkk.”

Alena kini berpindah duduk di pangkuan Aldo, hal itu semakin membuat Aldo kelabakan. Sebisa mungkin pria itu menetralkan detak jantungnya.

“Diem, saya mau nyetir,” putus Aldo pada akhirnya.

Alena tak memperdulikan Aldo yang sedang menyetir, dia justru menggerakkan pinggulnya agar merasakan nikmat di memeknya.

“Ashh, ahhh. Om, enak! Apalagi kalau memek aku dimasukin  kontol ini, huh! Huh! Huh!”

Alena lemas, tubuhnya ambruk begitu saja. Kini posisinya Alena menyandarkan kepalanya di dada bidang Aldo.

“Kamu turun dulu, ini sudah ada di kantor polisi.”

“Ummm, enggak mau, Om. Om, jadiin aku pacar Om aja yuk.”

“Ck! Kamu sudah keterlaluan! Cepat turun! Celana saya basah dengan air mani kamu yang muncrat!” Aldo membelalakkan matanya karna terkejut sendiri dengan ucapannya.

Alena masih enggan turun dari pangkuan Aldo, namun setelah lama berdebat akhirnya Aldo berhasil menyeret Alena masuk ke kantor polisi.

“Lena! Kamu ikut kakak!” Jonathan dan Pras yang ternyata sudah sampai terlebih dahulu itu pun memandang Alena yang sedang diseret oleh Aldo.

“Sttt! Kakak kok gak paham sih? Aku gak mau kenal Kakak lagi ah … gak mau masuk penjara, hiks.”

“Lena, tapi kamu harus selametin kita berdua dari sini,” ujar Pras dengan menatap sayu ke Alena.

Alena terdiam, “Pak polisi, om itu tadi ngewe Alena di mobil. Liat tuh clananya, Alena dibuat crot banyak gara-gara dia,” ujar Alena seraya menunjuk ke arah Aldo.

“Apaan! Jangan asal bicara kamu ya! Mana ada saya melakukan hal itu? Jelas-jelas kamu yang gesekin pantat kamu!”

“Jadi kalian ini statusnya apa? Saudara atau gimana?” tanya polisi itu.

“Dia pacar saya, Pak,” sahut Jonathan seraya memandang ke arah Alena.

“Heh! Gila kamu, Jo! Dia sepupu kamu, jangan malah libatin Alena begini.”

“Hallah! Orang Jo anggep Alena itu sebagai pacar Jo kok, aku suka sama dia.”

“Ihhh, Kak Jo. Kan Alena bilang gak mau, gak mau ya gak mau lah. Aku maunya sama om itu aja, memek aku becek banget sekarang.” Alena beranjak dari duduknya, “Om, ayok bungkus aku, pingin diewe sama Om, sekarang juga.”

“Aldo, sepertinya wanita yang kamu bawa itu sedang dalam pengaruh obat, kamu bisa amanin dia dulu di ruangan kamu? Temenin dia, saya pusing.”

“Wah! Pak polisinya pinter, aku emang minum obat perangsang tadi 2 butir. Tuh, Om! Itu pak polisi ngasih kita waktu buat seneng-seneng, Ayuk, Om, Ayuk.”

Alena menggoyangkan tangan Aldo. Aldo menatap ke arah rekan kerjanya dan pria yang ditatap hanya menganggukkan kepalanya.

“Ya sudah, kamu ikut say —” ucapan Aldo menggantung di udara.

“Alena! Kamu ikut kakak pulang!”

“Gak! Aku gak mau! Mau ngewe dulu sama om ini.”

“Cepat ikut saya dan hentikan ucapan kotormu itu.”

rumah bordil milik pamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang