rbmp 7

2.5K 6 0
                                    

Paginya Alena merasakan dirinya benar-benar tak sanggup untuk sekedar bangun daribtempat tidur, Alena merasakan pusing yang teramat sangat di kepalanya. Dia memukul kepalanya pelan, bercak di dadanya begitu banyak karna ulah pamannya.

Apakah semalam Jonathan berhasil mengewe Alena?

Jawabannya tidak! Alena semalam begitu mabuk, dia terus menyebutkan kata paman setiap Jonathan hendak melakukan aksinya. Melihat dada Alena yang penuh dengan cupangan, membuat Jonathan bisa menyimpulkan jika itu ulah papanya.

Suasana di meja makan menjadi begitu dingin, Jonathan sesekali menatap ke arah Alena dan juga papanya. Reni yang baru saja datang dengan membawa lauk yang ketinggalan di dapur itu pun lantas kebingungan sendiri.

“Kalian lagi kedinginan ya? Kok pada diem-dieman?”

“Gak juga sih, biasa aja, Ma. Cuma lagi males ngomong aja.”

“Aduh … dasar kalian ini ya. Ih iya, mumpung Alena libur sekolah juga, gimana kalau kita pulang ke rumah nenek? Kan udah lama banget tuh kita enggak ke rumah nenek.”

“Ngapain ke rumah nenek? Yang ninggalin rumah itu juga bukan nenek lagi, yang ada kan Om Pramono.”

“Ya walau gimana pun juga kan itu keluarga kita, Jo. Nanti sore ya ke rumah nenek.”

“Tante, tapi Alena lagi kurang enak badan. Gimana dong?”

“Hallah! Manja banget si Lo, bocil!”

“Sttt! Jangan ngomong kasar ke Lena, Jo. Keputusan mama udah bulat, pokoknya kita kunjungi om Pramono.”

Selesai makan, Alena duduk sendirian di teras belakang rumah. Dia merasakan memeknya berkedut sakit sesekali. Alena menghembuskan nafas panjang, memikirkan nasibnya setelah ini.

Saat Alena sedang asyik dengan pikirannya sendiri, dia dikejutkan dengan tepukan di bahunya.

“Kak Jo,” ucap Alena seraya menatap ke arah Jonathan.

Jonathan duduk di samping Alena, “Kamu udah gak prawan ya? Papa yang mrawanin kamu?”

Alena sedikit syok kala Jonathan ngomong lembut padanya.

“I … iya, Kak.”

“Hmmm, kamu bisa lawan kan seharusnya? Kenapa gak kamu lawan? Dia kan dah ada istri, Lena! Giliran sama aku aja sok jual mahal kamu ya?!”

Jonathan mencengkram dagu Alena kuat-kuat, dia mencium bibir Alena dengan brutal. Alena Tidka bisa menahan kelakuan kakak sepupunya itu, dia hanya bisa gelagapan dan saat Alena hendak mendorong tubuh Jonathan, pria itu justru mengunci tangan Alena.

Alena dibaringkan di tanah, dia menciumi Alena tanpa henti. Sesekali dia juga meremas tetek Alena.

“Uhhh, Kak ….”

“Panggil namaku,” ucap Jonathan seraya menatap ke arah Alena.

“Tapi itu gak sopan.”

“Kamu ngewe sama paman kamu sendiri tuh sopan? Hah?!”

Alena terdiam, lidahnya terasa kelu. Jonathan kini sudah menyibak kaos yang dikenakan oleh Alena, dia mengenyot puting Alena dengan rakus.

Saat sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba saja Reni membuka pintu belakang rumah.

“Kalian ini ya! Bener-bener! Masuk ke kamar kalau main, kalau ada tetangga yang liat gimana?”

Alena cengo. Bukankah kemarin tantenya itu sangat membela Alena agar tidak kotor?

rumah bordil milik pamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang