Aluna menatap langit senja dari jendela kamarnya, menghirup napas dalam-dalam seolah ingin mengabadikan setiap aroma dan warna kota kecil tempat ia tumbuh. Hatinya bergemuruh, perasaan campur aduk membelit pikiran. Keputusan untuk pindah ke Bandung tidaklah mudah, namun ia tahu bahwa ini adalah langkah yang harus diambil.
"Bang kenzo," bisiknya pelan, memanggil nama kakaknya yang selalu menjadi tempatnya bersandar. Ravindra Kenzo Dhaneswara, sosok yang selalu melindungi dan menuntunnya, kini justru yang mendorongnya untuk berani melangkah keluar dari zona nyamannya. "Ini mungkin yang terbaik," pikirnya, meski masih ada keraguan yang menggantung di sudut hatinya.
"Aku yakin Aluna pasti bisa," Kenzo memahami apa yang tidak diungkapkan oleh adiknya. Dari balik pintu kamar, ia mendengar suara Aluna yang berat, penuh dengan dilema yang hanya bisa ia rasakan sebagai seorang kakaknya. Keputusan ini tidak hanya milik Aluna, tapi juga memengaruhi seluruh keluarga mereka. Bandung, kota yang menjanjikan kesempatan baru, seolah memanggil Aluna dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka yang siap untuk sebuah perubahan besar.
"Meninggalkan rumah ini, tempat kita dibesarkan, bukan berarti kamu meninggalkan semua kenangan, Aluna," ujar Kenzo ketika akhirnya ia masuk ke kamar adiknya. Aluna menoleh, menatap kakaknya dengan mata yang berkilat oleh air mata yang tertahan. "Kamu akan selalu membawa rumah ini di hatimu, ke mana pun kamu pergi."
Kata-kata Kenzo mengalir lembut, seperti melodi yang menenangkan jiwa Aluna yang sedang bergolak. Ia tahu, kakaknya benar. Bandung mungkin adalah tempat baru, namun bukan berarti semua yang ia tinggalkan akan lenyap begitu saja. Namun, perasaan takut kehilangan, takut melupakan, dan takut menghadapi yang tidak dikenal membuat hatinya berat untuk melangkah. "Makasih, titip bunda dan ayah ya bang"
Malam itu, Aluna menutup matanya dengan pikiran yang tak henti berputar. Bayangan rumahnya, teman-teman masa kecilnya, dan segala hal yang ia cintai di kota ini melintas dalam benaknya. Setiap kenangan muncul seperti kilasan-kilasan gambar, menciptakan mozaik indah yang membuatnya semakin sulit untuk melepaskan. "Aku harus bisa, ini keputusan yang terbaik untuk ku dan semua orang tersayang ku".
Namun di balik semua itu, ada sebuah kekuatan yang perlahan-lahan muncul dari dalam dirinya. Kekuatan untuk menghadapi yang baru, untuk mengejar mimpi-mimpinya yang lebih besar. Kenzo, dengan segala kebijaksanaan dan kasih sayangnya, telah menanamkan benih keberanian dalam hati Aluna, dan ia tahu bahwa inilah saatnya bagi benih itu untuk tumbuh.
**
Pagi hari berikutnya, saat matahari terbit, Aluna berdiri di depan rumahnya. Dengan koper di tangan, ia menatap rumah yang telah memberinya begitu banyak cinta dan perlindungan. "Ini bukan perpisahan," gumamnya pada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan hatinya yang masih ragu.
Kenzo berdiri di sampingnya, memberikan senyum yang penuh dukungan. "Kamu akan baik-baik saja, Aluna. Bandung hanya permulaan dari petualanganmu yang lebih besar."
Aluna mengangguk, mencoba menenangkan hatinya yang masih bergejolak. Ia tahu bahwa keputusan ini akan mengubah hidupnya, membawa tantangan baru, dan mungkin juga kesedihan. Namun, di dalam hati kecilnya, ia percaya bahwa setiap langkah menuju Bandung adalah langkah menuju masa depan yang lebih cerah.
Dan dengan itu, Aluna melangkah maju, meninggalkan tempat kelahirannya, namun tidak pernah benar-benar melepaskannya. Sebab, kota kecil ini akan selalu menjadi bagian dari dirinya, yang ia bawa ke mana pun ia pergi.
Mineshh lagi cakit gaiis up ini dulu ya
Janlup bintang nya dipencet biar semangat up meski nda rame✨
Komen juga kalo ada kurang lebih nya😗☝🏻@luffyu___ on ig
@northesh_writersebutkan pengguna
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna Adrienne
Teen FictionAluna Adrienne adalah seorang perempuan muda yang terjebak dalam konflik keluarga yang berkepanjangan, mempengaruhi kesehatan mental dan emosionalnya. Setelah mengalami pertengkaran hebat, ia memutuskan untuk meninggalkan rumah dan memulai hidup bar...