Aluna menjejakkan kaki di Jakarta untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Kota ini masih seindah yang dia ingat, dengan udaranya yang sejuk dan pepohonan rindang di sepanjang jalan. Namun, setiap sudut kota ini memegang banyak kenangan yang selama ini dia coba lupakan. Perjalanan ini adalah bagian dari pekerjaannya di kafe, menemani Pak Adit untuk menghadiri acara kopi tahunan yang diadakan di Jakarta. Dia tahu, kembali ke sini bisa membangkitkan perasaan yang rumit, tapi dia tidak menyangka pertemuan tak terduga akan mengubah segalanya.Hari itu, Aluna berkeliling sendiri di sela-sela acara. Pak Adit masih sibuk bertemu dengan rekan bisnisnya, sementara Aluna memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di kawasan Naraga, tempat favoritnya ketika dulu masih tinggal di Jakarta. Ada sesuatu tentang jalan-jalan tua yang memberinya rasa nyaman, seolah dia bisa melupakan segala masalah dan tenggelam dalam nostalgia.
Namun, saat melewati sebuah kafe yang tampak ramai, langkahnya terhenti. Matanya tertuju pada sosok pria yang sedang duduk di luar, memandangi jalan dengan tenang. Dia mengenal postur tubuh itu, cara duduknya, dan raut wajahnya yang serius tapi menenangkan. Pria itu adalah seseorang yang tak pernah ia bayangkan akan ditemuinya lagi.
Elzio Ferro Atharrazka.
Jantung Aluna berdebar keras saat nama itu muncul di benaknya. Dia menatap pria itu, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Waktu seolah berhenti. Elzio, yang dulu menjadi bagian penting dari hidupnya, kini duduk hanya beberapa meter darinya.
Elzio dulu adalah seseorang yang begitu dekat dengan Aluna, seorang teman sekaligus cinta pertama yang tak pernah berhasil ia ungkapkan. Mereka pernah begitu dekat saat kuliah di Bandung, sebelum segalanya berubah. Tiba-tiba, Elzio menghilang tanpa kabar, meninggalkan Aluna dengan pertanyaan yang tak pernah terjawab.
Aluna merasakan perasaan campur aduk antara kebahagiaan, nostalgia, dan kebingungan. Dia ingin menyapanya, tapi langkahnya terasa berat. Bagaimana kalau Elzio sudah berubah? Bagaimana kalau dia tidak lagi mengingat Aluna?
Namun, tanpa disangka, Elzio menoleh, seolah menyadari kehadiran Aluna. Mata mereka bertemu, dan saat itu juga Aluna melihat perubahan di wajahnya. Dari tatapan kosong menjadi kaget, dan perlahan berubah menjadi senyum tipis yang tidak pernah Aluna lupakan.
"Elzio..." Aluna nyaris berbisik.
Pria itu berdiri perlahan, masih dengan senyum yang sama. "Aluna? Kamu... di sini?"
Aluna menelan ludah, merasa sulit berkata-kata. "Ya... Aku... kebetulan ada acara di sini," jawabnya terbata-bata. Dia tak menyangka pertemuan ini akan terjadi begitu tiba-tiba.
Elzio mendekat, tatapannya masih tak lepas dari wajah Aluna. "Sudah lama sekali, ya. Kupikir aku tidak akan pernah bertemu kamu lagi."
Kalimat itu menghentak perasaan Aluna. Begitu banyak pertanyaan yang melintas di kepalanya, tetapi yang paling mendesak adalah mengapa Elzio menghilang begitu saja dulu. Namun, dia menahan diri. Ini bukan saat yang tepat untuk membahas masa lalu yang rumit.
"Kamu apa kabar?" Aluna akhirnya bertanya, mencoba bersikap santai meskipun hatinya masih berdebar tak karuan.
Elzio mengangguk pelan, lalu menawarkan kursi di sebelahnya. "Aku baik. Tapi melihatmu di sini, rasanya seperti melihat hantu dari masa lalu. Aku nggak nyangka kita bakal ketemu lagi, apalagi di tempat ini."
Aluna tersenyum kecil, meskipun dalam hatinya perasaan yang berkecamuk semakin tak terbendung. Duduk di samping Elzio seperti menghidupkan kembali semua kenangan lama-tawa, percakapan panjang, dan perasaan-perasaan yang dulu tak sempat terucapkan.
"Ya, aku juga nggak nyangka. Jakarta masih terasa sama, tapi banyak juga yang berubah. Termasuk kita." Aluna menatap jalanan di depannya, mencoba menenangkan pikirannya yang melayang-layang di antara masa lalu dan sekarang.
Elzio tertawa kecil, tapi tawa itu terdengar agak pahit. "Kamu benar. Banyak yang berubah."
Ada jeda sejenak, sebelum akhirnya Elzio bertanya, "Aluna, apa kabar kamu? Aku beneran pengen tahu apa yang terjadi sama kamu setelah... aku pergi."
Pertanyaan itu menohok tepat di hati Aluna. Setelah Aku Pergi. Itu adalah ungkapan yang Elzio gunakan untuk menjelaskan kepergiannya yang mendadak, tanpa penjelasan, tanpa alasan. Aluna menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan perasaan yang mulai bergejolak.
"Aku... baik," jawab Aluna singkat. "Banyak yang terjadi setelah kamu pergi. Aku pindah ke Bandung, mulai hidup baru di sana."
Elzio mengangguk, tapi tatapannya tetap tajam, seolah ingin memahami lebih dari sekadar kata-kata yang keluar dari mulut Aluna.
"Aku dengar kamu jadi barista sekarang," tambah Elzio.
Aluna menatapnya heran. "Kamu tahu?"
Elzio menggaruk belakang kepalanya, sedikit canggung. "Aku... sempat dengar dari beberapa teman lama. Aku pikir kamu mungkin nggak mau ketemu lagi sama aku setelah semuanya."
Seketika, perasaan lama yang terpendam muncul kembali. Selama ini, Aluna berpikir bahwa Elzio telah melupakannya, melupakan semua yang mereka alami. Tapi kenyataan bahwa dia masih mengikuti kabarnya membuat Aluna bingung. Dia ingin bertanya, ingin tahu alasan kepergian Elzio, tapi sekaligus takut mendengar jawabannya.
"Elzio, kenapa kamu tiba-tiba menghilang dulu?" Suara Aluna terdengar pelan, namun pertanyaan itu akhirnya terucap.
Elzio terdiam. Wajahnya berubah serius, dan dia menatap Aluna dengan mata yang dalam. "Itu cerita panjang, Luna... Tapi aku janji, aku nggak pernah bermaksud nyakitin kamu."
Hati Aluna terasa berat. Ada banyak hal yang dia ingin katakan, tapi dia tahu, jawabannya tidak akan mudah didengar. Dan mungkin, belum waktunya. Tapi pertemuan ini membuka pintu yang selama ini terkunci-kenangan dan perasaan yang dulu ia coba lupakan.
Matahari mulai terbenam, dan suasana di sekitar mereka semakin sepi. Aluna menatap langit yang berubah warna, lalu menghela napas panjang. Mungkin pertemuan ini adalah cara semesta untuk memberikan jawaban yang selama ini dia cari. Tapi satu hal yang pasti, Elzio kembali dalam hidupnya, dan itu akan mengubah segalanya.
---
"Apakah aku siap menghadapi masa lalu lagi?" Aluna bertanya dalam hati, sementara Elzio tetap di sampingnya, diam, seolah menunggu jawaban dari pertanyaan yang belum terucap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna Adrienne
Fiksi RemajaAluna Adrienne adalah seorang perempuan muda yang terjebak dalam konflik keluarga yang berkepanjangan, mempengaruhi kesehatan mental dan emosionalnya. Setelah mengalami pertengkaran hebat, ia memutuskan untuk meninggalkan rumah dan memulai hidup bar...