12. punch and slap

257 14 4
                                    

"Lo ngelamun mulu kenapa dah?" Teza melirik Elkairo.

"Kek bocah baru puber, diem dieman mulu" Bastian berbicara sambil menueruput Es Tehnya.

"Gua ada salah?" Pertanyaan yang di lontarkan secara tiba tiba oleh Elkairo membuat ke tujuh temannya menoleh ke arahnya.

"Kalo lo mau gua ngabsen satu satu kesalahan lo sih banyak" Santai Nakula.

"Kalo ngebunuh orang salah ga?"

Tak!

Teza mengusap kepalanya yang secara sengaja di pukul oleh Bastian.

"Goblok pertanyaannya, ganti-ganti!"

Raka mengganti topik pembicaraan. "Besok
malem lo semua ikut kan?"

"3.4 itu? Pasti ikut gua mah!" Seru Teza.

"Tapi tadi gua denger, katanya hampir semua gang motor disini ikut. Tapi sekali lagi, mereka bukan tandingan kita" Bastian menjelaskan.

"Kita liat nanti malem" Zavier akhirnya membuka suara.

--

Tok Tok Tok

Elora membuka pintu Kamar Mandi, mengambil baju yang Faye berikan.

"Berani juga ya tu anak" Faye mengangguk, mengiyakan perkataan Kasera.

"Gua bingung dah sama gengnya Marvel, bego atau gimana sih. Udah tau tuh anak munafiknya ngalahin setan, masih aja ditemenin" Seru Pamili kesal.

"Lo pada tau? Om gua yang notabene nya kepsek disini cerita sama gua. Biodata Alika yang seharusnya lengkap, nama ortunya di samarkan. Mungkin untuk orang awam ga akan ngeh, tapi itu terlalu jelas buat orang yang ngerti" Faye menjelaskan.

"Disamarkan? Kok masih bisa masuk?" Pertanyaan Elora, dirinya sudah keluar dari Bilik Toilet beberapa waktu lalu.

"Ini ada sangkut pautnya sama salah satu anggota Delloras" Faye melanjutkan.

"Ditambah, masalah baru bakal muncul. Kinara balik" Kasera berucap dengan muka serius.

"Emang kalo dia balik kenapa?" Tanya Elora.

"Hello El baby ku, Kinara ini orangnya emang ga gelayutan. Tapi dia ini hobinya nge gertak orang, dan Alika kadang nge jadiin Kinara sebagai tameng. Walaupun secara signifikan mereka enggak temenan, kalo Alika sama Kinara bersatu habis kita. Si pickme dan Si paling berkuasa" Pamili mengatakan sambil memainkan rambutnya.

"Sebenernya dari kita ga ada masalah apapun, cuma yang kita takutin itu lo Elora. Alika dengan mudah ngerebut abang lo, dan gua gabisa mikir lagi kalo dia udah gabung sama Kinara" Kasera menepuk bahu Elora.

"Kinara itu backingannya gede, dia deket sama anak Nol. Walaupun keliatannya mereka agak jijik" Faye menambahkan.

"Jijik kenapa?" Tanya Elora lagi.

"Ya coba lu bayangin, lagi makan enak enak tiba tiba ada orang yang gelendotan di tangan lo" Pamili menyuruh Elora menggunakan Imajinasinya.

"Lo semua ga usah khawatir, ikutin aja alurnya. Dan jangan lupa beribadah sesuai agama masing masing" Elora sambil mempraktikan ibadahnya.

"Mana ada ibadah di WC gila!" Kasera meninggalkan Elora yang masih praktik ibadah.

"Diliat liat, Elora makin gila" Pamili menyusul Kasera dan Faye yang sudah pergi.

Elora panik, langsung dia menyusul ketiga temannya.

--

Elora sampai di rumahnya di antar oleh sopir pribadinya. Baru juga masuk ke rumahnya, dia sudah di sambut oleh sekumpulan remaja yang sedang asik berbincang.

Plak!

Elora memegang pipinya, terasa panas namun Elora menyukai situasi ini.

"Apa maksud lo tadi, bersikap sok keren terus malah ngejatohin Alika!" Davin meninggikan suaranya di akhir kalimat.

"Lah, sok keren gimana? Emang keren gua. Ngejatohin juga, orang harga dirinya udah jatoh!" Elora menatap tajam Davin.

"JAGA BICARA LO ELORA!" Teriak dari belakang sana, Elora melirik ke belakang. Radeo yang teriak.

"Yang harusnya jaga bicara itu lo bangsat! Dikira keren lo teriak teriak gitu? Suara kayak kuda juga sok keren.

Dan lo, orang ter goblok. Gapunya mata atau gimana? Lo udah ngewajarin ya bocah kesayangan lo itu siram siram orang ya. Kurang didikan orang tua, gini jadinya.

Asal lo pada tau ya, dia yang siram gua duluan. Kebanyakan di manjain jadi anaknya playing victim, anak pungut juga!"

"ELORA!"

plak!

Untuk kedua kali, pipinya di tampar. Rasa panas yang ia terima makin membuatnya semangat, semangat untuk menghancurkan semua orang di hadapannya.

"Jaga bicara lo kalo lo gatau akibatnya!" Ancam Marvel.

Plak!

Bukan Elora, kini Marvel yang menndapatkan tanparan dari Elora. Marvel meringis, rasanya sangat perih.

Anggota Delloras yang mendengar suara tamparan nyaring itu turut berduka untum Marvel.

"Kalo dia emang anak pungut gimana? Lo yang bawa Setan itu masuk ke rumah gua, lo bangkrut atau gimana? Bukannya nampung di rumah lo malah di ungsiin ke rumah gua. BAWA TUH JALANG KE RUMAH LO GOBLOK. Pembawa sial emang Alika, tapi perantaranya lo.

Lo juga bang, ga pantes gua panggil abang. Selain muka, kelakuan lo juga mirip TAI. Lo terlalu buta buat liat ke belakang, liat sekitar lo. Yang lo pikirin cuma Alika dan Alika, sampe diri gua sendiri aja nanya siapa adik kandung lo anjing!

Dia mungkin emang pemeran utama, tapi lo lupa sama kehadian Antagonis yang bisa menjadi pemeran utama"

Elora berdiri di hadapan Davin.

Dugh!

Dalam sekali tendangan, Davin jatuh tersungkur di bawahnya.

"See? Lo jauh berada di bawah gua. Jangan pernah main main, lo terlalu nge remehin karena diam nya gua. Gua selama ini diem buat ngumpulin bukti dan saksi yang ada. Ga kayak lo, hobinya ngumbar ngumbar tapi kehilangan semua bukti.

Jangan lupa, lebam bekas tamparan lo bisa gua jadiin bukti"

Elora pergi meninggalkan Delloras dan Davin yang masih terduduk.

"ngomong sama orang yang ga ada otak itu nguras energi"

--

--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Never and EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang