20. Perbedaan

401 53 7
                                    

Aran menuntun Chika turun dari rumah pohon dengan hati-hati, jemarinya menggenggam tangan Chika, merasakan kelembutan kulitnya yang dingin dan sedikit bergetar.

Angin malam berembus lembut, seolah membisikkan pesan-pesan rahasia dari hutan di sekitar mereka. Suara dedaunan yang berdesir lembut menjadi latar belakang malam yang tenang, sementara aroma tanah basah dan bunga liar mengisi udara malam.

Rambut Chika yang panjang melayang seperti kain sutra hitam, mengalir lembut dan menyentuh wajah Aran dengan sentuhan dingin yang menyegarkan.

Mereka melangkah pelan di sepanjang jalan setapak yang terhampar di bawah bintang-bintang yang berkelip seperti permata di langit. Jalan setapak itu diterangi oleh cahaya temaram dari lampu-lampu kecil yang diletakkan di sepanjang sisi, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang menari di tanah berbatu.

Pundak keduanya bersentuhan, setiap gerakan kecil terasa seperti kilat yang menembus tubuh, membuat Aran merasakan getaran panas yang memancar dari dekatnya Chika.

Aran menoleh dengan lembut, matanya menatap Chika yang tampak tenggelam dalam pikirannya. Dia melihat ekspresi wajahnya yang rumit—bibir yang sedikit menggigit, dahi yang berkerut, dan mata yang penuh dengan keraguan.

Hati Aran berdetak kencang, bukan karena malam yang gelap, tetapi karena dorongan yang tak tertahan, seperti aliran sungai deras yang menghantam jantungnya. Dia ingin merasakan kehangatan dari tangan Chika yang masih digenggamnya, tetapi ada rasa takut yang membelenggunya, seperti rantai yang membatasi kebebasannya.

Di sisi lain, Chika merasakan sensasi yang sama. Tangannya yang bergetar seolah ingin dijemput kembali oleh tangan Aran, ingin merasakan kehangatan yang bisa mengusir dinginnya malam. Dia mendongak ke langit, memandangi bintang-bintang yang tampak jauh dan tak terjangkau, sambil berpikir,

Bagaimana jika dia menolak? Bagaimana jika aku salah paham?

Rasa keraguan seolah mengisi dadanya, seperti batu besar yang menekan perasaannya. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mengambil langkah pertama, takut menghancurkan keindahan momen yang mereka bagi.

“Setelah ini kamu harus benar-benar masuk ke kamar dan jangan keluar lagi,” suara Aran memecah keheningan malam, suaranya berat namun penuh perhatian. Dia berbicara dengan nada yang lembut dan tegas, seperti melindungi sesuatu yang sangat berharga.

Chika mengangguk, tatapannya menanjak ke Aran dengan mata yang bersinar dalam cahaya lampu lembut. “Siap, mulai sekarang gue bakal dengerin semua nasihat lu,” ucapnya dengan senyum yang tulus, meskipun bibirnya tersenyum, matanya mengungkapkan kesedihan yang dalam, seperti langit yang cerah dengan awan gelap yang mengintai di kejauhan.

Aran membalas senyuman itu dengan lembut, mencoba menutupi kecanggungan di wajahnya. Di teras, beberapa penjaga memperhatikan mereka dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

Mereka berdiri dalam bayangan lampu teras yang samar, mengenakan seragam hitam dengan lencana kecil yang berkilauan di dada mereka, seperti patung-patung yang menonton momen langka ini dengan rasa heran.

Bisikan mereka terdengar seperti bisikan angin malam, membicarakan perubahan yang luar biasa pada Chika—dari sosok yang dingin menjadi lembut dan manis.

Aran menundukkan kepala, menahan tawanya yang hampir terlepas. Setiap detik terasa seperti beban, dan dia ingin mengungkapkan lebih banyak, tetapi rasa takut seperti dinding tebal yang membatasi kata-katanya.

Mereka berdiri kaku di depan pintu kamar Chika, mata mereka bertemu dalam keheningan yang menyelimuti mereka, seakan waktu berhenti, dan dunia di sekitar mereka menghilang dalam kegelapan malam.

My Sexy BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang