CHAPTER V

38 14 8
                                    

Aku terbangun dengan sentakan kecil, napasku sedikit terengah, sementara kegelapan kamarku menyambutku dengan hening. Langit-langit putih di atas tempat tidur tampak begitu asing, padahal itulah yang kulihat setiap hari. Perasaan janggal menyelimutiku. Segala sesuatu dari rutinitasku yang biasa tiba-tiba terasa begitu... salah.

Aku bangkit dari tempat tidur, merasakan dinginnya lantai di bawah kakiku. Langkahku membawaku ke dapur, tempat aku biasa memulai hari dengan segelas kopi. Tapi pagi ini, rasanya hambar. Pikiran-pikiran yang menghantui dari dunia yang kusebut mimpi itu, tidak mau pergi.

Aku duduk di meja makan, menatap kosong ke cangkir kopi di depanku. Ada banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepalaku, tapi tidak ada jawaban yang memuaskan. Dunia di mana aku bertemu Tuan Putri, tempat di mana aku terluka, dunia yang terasa lebih nyata daripada hidupku yang sekarang—apakah itu benar-benar nyata?

Aku mencoba menggali ingatan-ingatan dari tempat itu. Aroma herbal yang kuat, dinding batu yang dingin, dan rasa sakit yang nyata ketika anak panah itu menancap di tubuhku. Bagaimana mungkin aku merasakan semua itu jika hanya sebuah mimpi? Apakah mungkin ada dunia lain yang terhubung denganku hanya ketika aku tertidur?

Pikiranku melayang-layang tanpa arah. Rutinitas pagiku, dari mandi hingga bersiap-siap untuk bekerja, semuanya terasa seperti bayangan dari kehidupanku yang sebenarnya. Tindakan yang seharusnya otomatis terasa berat dan kaku, seakan tubuhku berada di sini, tapi pikiranku masih terjebak di dunia lain itu.

Saat aku berjalan menuju kantor, keramaian kota yang biasanya menghibur kini hanya menjadi latar belakang yang suram. Langkah kakiku berat, seakan setiap gerakanku membawa beban tak terlihat. Di lift menuju lantai kantorku, aku menatap bayanganku di cermin, bertanya-tanya apakah aku masih orang yang sama sebelum semuanya terjadi. Apakah mimpi itu mengubahku? Ataukah itu adalah aku yang sebenarnya?

Pekerjaanku hari itu terasa lebih melelahkan daripada biasanya. Setiap berkas yang kukerjakan, setiap panggilan telepon yang kuangkat, semuanya berlangsung dalam kabut yang tebal. Hanya tubuhku yang hadir di kantor, sementara pikiranku terus berkelana, berusaha mencari jawaban atas dunia itu.

Saat sore menjelang, tubuhku sudah hampir tak mampu menahan beban pikiran. Mataku terasa berat, tapi bukan karena kantuk. Tepat ketika aku hampir menyerah, sebuah tepukan ringan di pundakku mengagetkanku dari lamunan. "Avis! Ini waktunya pulang, aku memanggilmu dari tadi, tapi kau hanya diam," ucap Darren, rekanku yang selalu penuh semangat. "Kau sedang memikirkan perempuan, ya? Hahaha, baiklah, maaf jika aku mengganggu lamunanmu, aku pergi dulu." Ucapnya dengan nada sedikit mengejek, sambil beranjak pergi.

"Memikirkan perempuan? Aku tidak punya waktu untuk hal itu, yang aku pikirkan jauh lebih rumit dari itu," gumamku, sambil bergegas mengemasi barang-barang di meja kerjaku. Namun, kalimat Darren tadi, entah bagaimana, justru membuat pikiranku berputar lebih cepat. Bukankah yang aku pikirkan sebenarnya adalah seorang perempuan? Tuan Putri yang ceroboh itu, yang tanpa sengaja melukaiku dan kemudian merawatku.

Saat berjalan keluar dari gedung kantor, langit sudah mulai gelap, lampu-lampu jalan menyala dengan temaram, menciptakan suasana yang kontras dengan keramaian siang hari. Aku berjalan dengan langkah berat, mencoba mencerna semua yang telah terjadi.

"Apakah aku akan kembali ke sana malam ini?" Pikiranku dipenuhi oleh keraguan. Jika memang dunia itu nyata, apakah aku bisa kembali? Dan jika aku kembali, apa yang akan aku temukan di sana? Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputar di kepalaku, semakin membuatku resah.

 Jika memang dunia itu nyata, apakah aku bisa kembali? Dan jika aku kembali, apa yang akan aku temukan di sana? Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputar di kepalaku, semakin membuatku resah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sc gambar: pinterest

Sesampainya di apartemen, aku membuka pintu dan melemparkan tas ke sofa. Tanpa mengganti pakaian, aku langsung merebahkan diri di tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang gelap.

"Aku harus kembali... aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi." Kataku dalam hati, mencoba meyakinkan diriku sendiri.

Kucoba memejamkan mata, berharap bisa kembali ke dunia itu, tapi tidak ada yang terjadi. Jam dinding berdetak pelan, dan detik-detik berlalu seakan mengejek kegagalanku. Aku mulai merasa putus asa, namun saat pikiranku mulai terbiasa dengan ketidakmungkinan itu, perlahan-lahan kesadaranku memudar, dan aku tertidur.

Ketika aku membuka mata, aku tidak lagi berada di kamarku. Aku kembali ke ruangan yang sama, dengan aroma herbal yang sama, dan tempat tidur dengan selimut yang hangat. Namun, ada yang berbeda kali ini. Udara terasa lebih berat, seolah ada sesuatu yang mengintai dari bayang-bayang.

Suara langkah kaki terdengar mendekat, membuat jantungku berdetak lebih cepat. Siapa yang akan datang kali ini? Apakah Tuan Putri itu? Ataukah orang lain yang mungkin memiliki jawaban atas semua pertanyaanku?


Bersambung....





Alooo guyyyss, finally chapter terakhir minggu ini udah selesai author upload. Kalian jangan bosen nunggu chapter-chapter selanjutnya yaa🥹 author bakal balik lagi minggu depan dengan lanjutan cerita yg pastinya lebih seru lagi... support author terus dengan ngasih jejak vote sama komen ya hehehe😇

See u....👋

OneironautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang