CHAPTER II

45 15 1
                                    

Aku yang masih belum bisa mencerna situasi ini kembali tertegun, mataku menjelajahi ruangan. Banyak sekali macam-macam tumbuhan herbal dan wadah-wadah antik, seperti dalam ruangan tabib di zaman kerajaan yang sering kulihat di film.

Namun, belum lama aku memandangi seisi ruangan, seseorang masuk dengan tiba-tiba.

"Aku dengar orang gila yang mengacaukan latihan Putri kemarin sudah sadar," suara seorang pria asing terdengar, nadanya penuh ejekan.

"Aku bukan orang gila!" seruku dengan nada kesal.

Sungguh tidak sopan, pikirku. Pria asing ini tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tanpa permisi, lalu dengan entengnya mengejekku dengan kata-kata yang benar-benar menjengkelkan.

"Ternyata orang gila ini bisa bicara. Siapa kau sebenarnya?" tanyanya dengan nada sinis. "Baiklah, aku tidak peduli apakah kau gila atau bodoh, tapi jika kau adalah utusan seseorang untuk mengganggu atau bahkan melukai Tuan Putri, aku sendiri yang akan memotong kepala keparat sepertimu." Pria itu berkata dingin sambil menghunuskan pedangnya ke arahku.

Sesaat, aku terdiam, bingung, antara kemarahan dan ketidakpercayaan akan situasi ini. Namun, kemarahanku segera menguasai. Aku dengan spontan menyingkirkan pedangnya dengan tangan.

"Memotong kepalaku? Haha, jangan bergurau, bodoh. Kau hanyalah makhluk yang tercipta dari imajinasiku!" tegasku, mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ini semua tidak nyata.

Pria itu tampak bingung sekaligus marah mendengar ucapanku. "Imajinasi? Keparat gila! Aku akan menghabisimu sekarang juga!"

Namun sebelum konflik ini semakin memanas, tiba-tiba seorang perempuan masuk ke ruangan itu. Ia tampak ceria, membawa keranjang di tangannya, seakan tidak menyadari suasana tegang yang baru saja terjadi.

"Aku dengar pria di hutan kemarin sudah sadar," ucapnya dengan nada riang.

"T-Tuan Putri...," ujar pria yang tadi berkonfrontasi denganku, suaranya merendah seketika.

," ujar pria yang tadi berkonfrontasi denganku, suaranya merendah seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sc gambar: pinterest

Aku menoleh ke arah perempuan itu, dan seketika rasa terkejut menjalar ke seluruh tubuhku. Itu dia! Perempuan ini adalah orang yang meninggalkanku saat aku terkapar di hutan dalam mimpi kemarin. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa dia berada di sini, dan kenapa dia tampak begitu ceria, seolah tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi?

Tuan Putri, yang terlihat sedikit kikuk dan ceroboh saat menurunkan keranjang yang dibawanya, tersenyum hangat ke arahku. "Ah, syukurlah kau sudah sadar. Maaf ya, waktu itu aku tidak sempat membantumu, tapi lihatlah, sekarang kau sudah diobati dan berada di tempat yang aman."

Aku hanya bisa menatapnya dengan bingung, tidak tahu harus berkata apa. Bayangan kejadian di hutan kembali terlintas di benakku, membuatku semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Bersambung....






Hallo readers, makasi loh udah mau baca sampe sini whehe. Gimana nih ceritanya? Jangan lupa vote dan komen ya....

Yok next baca chapter selanjutanya😗

OneironautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang