Setelah perjalanan panjang melalui hutan, akhirnya kami tiba kembali di desa. Terlihat Komandan Kassor sudah menunggu di sana, wajahnya menunjukkan ekspresi lega saat melihat kami tiba dengan selamat. Warga desa menyambut kami dengan antusias, memberikan selamat atas kepulangan kami.
"Syukurlah kalian semua kembali dengan selamat," ucap Komandan Kassor, suaranya penuh rasa lega. "Aku sempat khawatir karena kalian tak kunjung kembali. Jika lebih lama lagi, aku dan para prajurit akan segera menyusul kalian ke hutan."
Almos, dengan wajah yang kelelahan, langsung terduduk di tanah dan menghela napas panjang. "Akhirnya, kita sampai juga. Lebih cepat dari yang aku duga," katanya, terdengar lega. Di sampingnya, Gael ikut duduk, menyeka keringat di dahinya.
"Aku tak sabar ingin mandi dan merendam tubuhku di air hangat," kata Gael, seolah semua beban di pundaknya hilang seketika.
Perasaan lega menyelimuti kami semua. Meski baru saja mengalami berbagai bahaya, kami akhirnya bisa melupakan sejenak ketegangan yang kami alami di hutan.
Setelah membersihkan diri, kami berkumpul di ruangan kakek tabib untuk merawat luka-luka kecil yang kami dapatkan selama perjalanan. Suasana di ruangan ini, yang tadinya hanya ada aku, sunyi dan sepi, kini dipenuhi dengan tawa dan canda, membuatku merasa lebih ringan dan tenang.
Namun, suasana berubah ketika Davat, yang dari tadi diam, akhirnya bicara. "Komandan, ada hal penting yang harus kuceritakan padamu," katanya, menghentikan tawa dan membuat ruangan menjadi sunyi.
Komandan Kassor menatap Davat dengan serius, mengetahui bahwa apa pun yang akan diungkapkan pasti penting. Kami semua saling memandang dengan gelisah saat Davat menceritakan pertemuan kami dengan makhluk hitam di hutan dan semua keanehan yang menyertainya.
"Jadi, kau percaya bahwa semua ini adalah ulah dari makhluk hitam itu?" tanya Komandan Kassor dengan wajah tegang.
Davat mengangguk pelan. "Ya, Komandan. Untuk saat ini, aku yakin makhluk itu yang menyebabkan raksasa tersesat dan Firvulf menjadi ganast."
Komandan Kassor termenung sejenak, lalu berkata, "Jika benar demikian, kita harus segera melaporkan ini kepada Raja. Pelatihan ini harus kita akhiri, dan kita kembali ke kerajaan secepat mungkin."
Tuan Putri mengangguk setuju. "Aku sepakat. Ini terlalu penting untuk ditunda."
Komandan Kassor tersenyum tipis. "Terima kasih sudah mengerti, Yang Mulia. Aku hanya menyesal karena pelatihan kali ini terpaksa berakhir lebih cepat."
Davat, yang sejak tadi serius, tersenyum kecil. "Komandan, pelajaran yang paling berharga sering kali didapatkan dari pengalaman nyata. Tuan Putri telah menunjukkan keberanian yang luar biasa saat menghadapi Firvulf. Keterampilannya dalam memanah juga meningkat pesat."
Gael dan Almos mengangguk setuju, dan Gael menambahkan, "Benar sekali, Komandan. Apa yang kami alami di hutan kemarin sudah cukup memberikan pelajaran yang tidak akan pernah kami lupakan."
Komandan Kassor tersenyum bangga melihat murid-muridnya. "Kalian benar. Aku bangga dengan kalian semua."
Kemudian, Komandan Kassor menatapku dengan tajam. "Avis, kau juga harus ikut ke kerajaan bersama kami. Jika benar makhluk itu tertarik padamu, maka tidak ada pilihan lain selain mewaspadaimu."
Davat menimpali, suaranya dingin. "Kami akan mengawasi setiap gerak-gerikmu. Jujur saja, aku masih curiga dengan asal usulmu yang tidak jelas."
Almos segera berdiri, membelaku. "Hentikan, Davat! Dia bukan orang yang patut diwaspadai, setelah apa yang kita lalui dengannya, bukankah itu cukup untuk membuktikan hal itu?"
"Almos benar, aku tidak merasakan niat jahat darinya. Lalu soal asal usulnya, mungkin Avis hanya tersesat dan kehilangan ingatan." Gael menambahkan, wajahnya yang biasa terlihat konyol, sekarang terlihat lebih serius.
"Kalian terlalu naif. Jika benar dia hilang ingatan, bagaimana dia bisa mengingat namanya?" balas Davat, membuat Almos dan Gael terdiam.
Aku hanya bisa menunduk, merasa bahwa apa yang dikatakan Davat ada benarnya. "Kau benar. Aku sendiri tidak tahu dari mana asalku. Aku tidak keberatan jika kalian harus mengawasiku," kataku, menerima kenyataan.
Kakek tabib, yang sedari tadi diam, akhirnya berbicara. "Kurasa sekarang saatnya kalian beristirahat. Besok kalian harus kembali ke kerajaan dan membutuhkan tenaga yang cukup."
"I–itu benar!" Tuan Putri mengangguk setuju, segera mengakhiri perdebatan yang sedang terjadi.
Akhirnya, satu per satu dari mereka meninggalkan ruangan, kembali ke tempatnya masing-masing. Aku tetap disini, duduk bersama kakek tabib yang sibuk merapikan peralatannya.
"Terima kasih telah menghentikan perdebatan tadi, Kek." ucapku pada kakek itu.
Ia hanya mengangguk, lalu setelah beberapa saat, aku memberanikan diri untuk kembali bertanya. "Kek, sebenarnya legenda apa yang mereka bicarakan kemarin?" tanyaku pelan.
Kakek tabib berhenti sejenak, menatapku dengan mata yang penuh kebijaksanaan. "Baiklah, Avis. Akan kuceritakan padamu tentang legenda itu..."
Bersambung....
Halo guys, setelah sekian lama hiatus, akhirnya author balik lagi dengan cerita baru... sejujurnya, ini tuh bikinnya agak kurang fokus, soalnya akhir2 ini author lagi ada beberapa masalah. Cuman ya karena udah lama gk upload, akhirnya maksain bikin cerita lagi. Kalo ada typo atau ada kata2 yg kurang tepat, kasih tau di komen ya! Makasii....
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneironaut
FantasyAvis, pemuda biasa dengan rutinitas yang monoton, sampai malam tiba dan dia terjatuh ke dalam dunia lain setiap kali menutup mata. Di dunia itu, dia berpetualang, sebelum akhirnya menyadari bahaya yang tak pernah dia bayangkan. Malphor-bayangan hita...