23
Azalea memandang langit ketika dirinya berbaring di bawah pohon taman kampus. Angin sepoi-sepoi membuatnya sempat tertidur hampir sepuluh menit. Dia termenung, sendirian di taman, menunggu Camilla yang saat ini sedang bertemu dekan.
Pergi.
Tidak.
Pergi.
Dari hidup Xavier dan Elena.
Haruskah?
Harus ....
Azalea mengakui bahwa dia telah merusak takdir hubungan Xavier dan Elena. Dia melakukan semua itu untuk bertahan hidup ... awalnya.
Semakin berjalannya waktu, perasaannya pada Xavier tumbuh. Padahal dia tak menginginkan itu.
Setelah membaca apa yang tertera di cermin yang langsung menghilang itu, Azalea mencoba untuk sadar diri bahwa posisinya memang bukan berada di samping Xavier sebagai istri selamanya.
Dia bisa kabur sekarang. Dia bahkan bisa pergi pagi tadi. Hanya saja, langkahnya berat untuk meninggalkan Xavier. Perasaan ini membuatnya tak bisa lagi mengandalkan logikanya.
Perempuan itu masih berbaring dengan nyaman di atas rumput taman. Rambutnya dia biarkan langsung menyentuh rumput tanpa peduli apa pun selain rasa nyaman ini.
Kebebasan.
Dia harus menggapai itu.
Keinginannya hanyalah sebuah kehidupan, tetapi takdir mengatakan bahwa dia harus mati di dunia ini. Kematiannya jelas untuk membuat Elena dan Xavier bersatu hingga menemukan akhir dari cerita novel yang sebenarnya.
Apa yang harus dia lakukan?
"Halo." Wajah Levin muncul satu meter di atas wajahnya, membuat Azalea hanya memandang datar laki-laki dengan senyum miring itu. "Awas loh. Entar cacing ngira kepala lo tanah."
"Hiiiy!" Azalea segera bangkit dan mengibas-ngibaskan rambutnya. "Jangan bikin ngeri, ih! Bikin kepikiran aja."
Levin terkekeh. Laki-laki itu ikut duduk di samping Azalea dengan menekuk satu kakinya sementara kakinya yang lain dia selonjorkan. Kedua tangannya tertahan di belakangnya sembari menatap pemandangan di depan mereka. "Kalau ada temen lo, mana bisa gue sampai bisa duduk di samping lo kayak gini."
Camilla memang selalu menjadi pelindung Azalea sejak awal. Padahal, bisa dibilang, mereka tak sedekat kata sahabat. Camilla adalah teman yang baik. Saking baiknya, Azalea mulai merasa tak enak dengan segala kebaikan yang Camilla berikan. Memberi Azalea tumpangan pulang, menjemputnya untuk sama-sama ke kampus, dan mengusir laki-laki seperti Levin.
Azalea mengusap cincin di jari manisnya. Tangannya berpindah ke kalung. Lalu dia memegang ponselnya yang menyala.
Saatnya dia pergi, kan? Berlama-lama di hidup Xavier hanya akan membuatnya mati.
Meski Azalea tak tahu apakah dengan menjauh dari kehidupan Xavier dan Elena bisa membatalkan kematiannya. Setidaknya, dia harus berusaha. Usaha satu-satunya yang terpikirkan adalah menjauh dari kota ini.
Azalea menoleh pada Levin. "Jangan ikuti gue kalau lo nggak mau mati." Perempuan itu berdiri sembari merapikan tas sampingnya. Dia mengirimkan pesan kepada Camilla.
illa, gue pulang duluan, ya! ada urusan mendadak
Azalea mempercepat langkah setelah mematikan ponsel dan menyimpannya di dalam tas. Dia harus segera pergi dari sini.
Keputusan yang begitu mendadak ini dia pikir adalah jalan terbaik untuknya menyelamatkan diri dari kematian, tetapi dia memiliki sebuah kendala.
"Azalea!" Levin tiba di sampingnya setelah laki-laki itu berlari mengejar. "Apa terjadi sesuatu?"
"Kalau masih sayang nyawa, pergi sana."
"Kata-kata lo makin ngebuat gue nggak bisa pergi." Levin memegang pergelangan tangan Azalea. "Sejak kemarin gue kepikiran, apa yang udah suami lo lakuin? Dari dulu gue ngerasa dia punya aura berbahaya."
Azalea menghela napas. "Nggak usah jadi sok pahlawan." Ditepisnya tangan Levin dari pergelangan tangannya. "Lo nggak tahu apa-apa."
"Makanya, kasih tah gue. Apa ada yang bisa gue bantu?"
Azalea menghentikan langkah. Keberadaan Levin di sampingnya hanya akan membuat usahanya untuk kabur dari kehidupan Xavier jadi terhambat.
"Lo siap mati demi gue?" Azalea memandang sepasang mata Levin dengan frustrasi. "Sekali lagi gue tanya, lo—"
Levin menggenggam kedua tangan Azalea, membuat perempuan itu terkejut. Saat Levin mengangkat tangan kiri Azalea dan mencium punggung tangannya, Azalea hanya bisa mematung. "Gue siap mati demi lo. Lo nggak tahu kan betapa sedihnya gue saat tahu lo menikah dengan laki-laki lain. Sejak kecil gue udah suka sama lo, Lea. Gue ngelakuin cara demi bisa dekat sama lo. Gue mencoba buat menjauh dan perbaiki diri karena ngerasa dulu nggak sebanding ada di samping cewek secantik lo. Saat gue merasa udah pantas dan mencoba untuk mendekat, lo malah tergila-gila sama laki-laki itu."
Fakta apa ini? Kepala Azalea berdenyut-denyut. Pusing.
"Lea?" Levin menatap ke dalam mata Azalea dalam-dalam. "Kalau lo bosan dan pengin lepas dari Xavier, gue bisa bantu lo buat kabur dari hidupnya. Tapi dengan syarat, lo harus jadi milik gue."
[]
a.n:
Baca lebih cepat di karyakarsa: kandthinkabout https://karyakarsa.com/kandthinkabout
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA - My Psychopath Husband is Male Lead, but I am an Extra
FantasyAzalea mengalami kecelakaan mobil yang membuatnya memasuki sebuah novel dewasa berjudul 'Possessive'. Posisinya bukan sebagai tokoh utama, melainkan menjadi seorang tokoh figuran bernama Azalea yang akan mati di tangan tokoh utama laki-laki psikopa...