32
Ini masih membingungkan bagi Azalea. Mungkin, dia tak akan bertanya-tanya lagi jika tiba di dunia Xavier seperti yang laki-laki itu yakinkan.
Namun, katanya dia tak akan bisa kembali ke sini.
Setelah menitipkan surat kepada ibu Peony untuk Peony baca ketika temannya itu siuman nanti, Azalea langsung berangkat bersama Xavier ke rumah Papa. Azalea telah menulis apa yang dia alami di dalam surat yang dia berikan kepada Peony. Untuk saat ini, Azalea begitu yakin, jika benar dunia lain yang Xavier maksud adalah dunia novel, maka Peony juga mungkin saja sedang berada di dunia novel lain dan sedang memperjuangkan hidupnya dari seorang kaisar yang suka menebas leher orang.
Jika Peony siuman, maka dia akan sendirian.
Namun, jika masih di sini, Azalea juga hanya akan merepotkan keluarga Peony. Dia telah berutang banyak pada Peony dan keluarganya. Bahkan ibu Peony dulu sempat ingin mengangkat Azalea menjadi anak karena tahu bagaimana kehidupan Azalea di rumah. Azalea benar-benar tak ingin merepotkan mereka.
"Aku mau pamit ke Papa," kata Azalea pelan ketika dirinya berhenti di depan pintu rumah kayu itu sembari menggenggam tangan Xavier. Dia lepaskan tangan laki-laki itu perlahan, bicara tanpa menatapnya. "Kamu tunggu di sini aja."
Azalea juga tak tahu mengapa sampai repot pamit pada ayah yang suka melakukan kekerasan. Dia dorong pintu itu perlahan-lahan, melangkah ke ruangan kecil yang selalu menjadi tempat papanya mabuk.
Pemandangan yang selalu sama. Papa berbaring seperti mati dan menggenggam leher botol alkohol oplosan.
Azalea menghela napas panjang. Tak perlu pamit. Dia hanya ingin melihat papanya untuk yang terakhir kalinya. Perempuan itu berbalik dan terdengar suara pecahan kaya hingga Azalea berjengkit.
"KE MANA SEMUA UANG LU ITU? GUA CARI-CARI NGGAK ADA!" Papa berdiri dan berlari menerjang Azalea dengan botol kaca yang pecah.
Xavier datang dan menahan tangan Papa, lalu menorong Papa hingga Papa terjatuh ke lantai. Punggungnya terkena pecahan kaca di bawah. Dia meringis kesakitan.
"Xavier...!" Azalea meneguk ludah. Xavier sedang dalam emosi sekarang. Papa pun tak kalah emosi sehingga berdiri sambil memegang erat leher botol kaca.
"TERNYATA PEKERJAAN KAMU PELACUR SELAMA INI?" teriak Papa pada Azalea. Ketika dia menghampiri Xavier dengan botol kaca pecah di tangan, Xavier mengambil botol lain, memecahkannya lalu melemparkan tepat ke tengah dada Papa.
Kaca itu tertancap begitu dalam hingga darah mengalir ke perut Papa. Papa langsung roboh. Punggungnya kembali menambah luka-luka baru dari pecahan kaca lainnya.
"XAVIER!" Azalea menahan tangisnya. "Kamu ... apa yang kamu lakuin!"
Xavier melangkahi kaki Papa seperti seseorang yang tak berperikemanusiaan. Oh, benar. Xavier memang seperti ini. Ketika Xavier berhenti di depannya, Azalea langsung melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kiri Xavier.
"Hanya dengan melihat sekali saja, dia nggak pernah buat kamu bahagia, kan?" tanya Xavier tepat.
"Walaupun dia kayak gitu, tapi dia bokap gue. Keluarga gue satu-satunya!" seru Azalea dengan air mata yang memenuhi pipi.
"Azalea." Xavier memegang kedua bahu Azalea. "Sekarang, satu-satunya keluarga kamu adalah saya. Dia udah nggak mungkin selamat. Pendarahan hebat. Kaca itu langsung mengenai jantungnya." Tangan Xavier berpindah ke pipi Azalea, menghapus air mata perempuannya. "Ayo segera pergi dari sini. Kalau kamu tetap di sini, kamu hanya akan jadi tersangka."
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA - My Psychopath Husband is Male Lead, but I am an Extra
FantasíaAzalea mengalami kecelakaan mobil yang membuatnya memasuki sebuah novel dewasa berjudul 'Possessive'. Posisinya bukan sebagai tokoh utama, melainkan menjadi seorang tokoh figuran bernama Azalea yang akan mati di tangan tokoh utama laki-laki psikopa...