43

16K 1.2K 47
                                    




43

Gara-gara Levin ingin melecehkannya, Azalea menendang biji laki-laki itu juga melempar ponsel ke kepala Levin sebelum kabur menaiki taksi. Satu-satunya tempat Azalea berlindung dari Levin, ya, di penthouse.

Jadi, dia menunggu waktu yang tepat saja untuk pergi dari hidup Xavier. Mungkin besok. Atau entah.

"Xavier jangan erat-erat meluknya! Kalau di dalam sana ada bayi gimana?" tanya Azalea sambil melindungi perutnya dari pelukan Xavier yang memeluknya posesif. Dia tak boleh terang-terangan mengatakan kepada Xavier bahwa di dalam sana sebenarnya sudah ada kehidupan.

Suaminya itu sampai memangkunya dan tak mau melepasnya, terus-terusan mencium rambut, leher, dan pipi Azalea.

"Kamu kenapa, sih?" Azalea melirik jam. Masih sore. Belum saatnya Xavier pulang kerja. "Masa karena aku hilang bentar dari Camilla, kamu sampai bolos kantor?"

"Siapa bilang bentar? Kamu hilangnya lama. Saya sampai cari kamu di bandara."

"Apaaa? Sampai nyari di bandara?" Azalea meringis. Yah, tujuannya sejak awal memang itu. Dia bahkan mencuri black card Xavier. Tadinya berniat untuk mengerus uang dari dalam sana di mesin ATM, tetapi Levin malah merusak rencananya. Lain kali saja, lah.

Ponsel Xavier berbunyi di sakunya. Xavier mengambilnya dan membuka kode layar ponsel di depan Azalea. Dagunya dia sangga di bahu. Azalea jadi bisa melihat pesan dari kontak bernama Camilla.

Bos, dari semua data yang kami temukan, kami pastikan Nyonya Azalea ada di penthouse Anda....

Azalea mengernyit. "Kayaknya kalian berusaha keras nyari aku?"

Tubuh Xavier bergetar karena tawa. "Benar-benar. Baru kali ini saya sampai terlambat dalam menemukan petunjuk." Xavier mengecup pipi Azalea dengan lembut. "Gara-gara kamu, Azalea."

Azalea hanya tertawa canggung. "Kamu nggak balik kantor?"

"Nggak ada agenda pertemuan sore ini. Lagipula ada yang ingin saya katakan." Nada suara Xavier terdengar serius. "Tentang Elena."

Jantung Azalea jadi berdegup kencang.

"Saya akan ceritakan mimpi saya bertemu kakek itu lagi sampai bagaimana saya bisa berakhir di sini," kata Xavier. Azalea menggenggam tangan Xavier. Semoga saja ini kabar baik. "Apa kamu juga didatangin serpihan jiwa Elena?"

Azalea mengernyit. "Serpihan jiwa Elena?"

"Dia muncul satu kali di hadapan saya, menuliskan kata-kata yang muncul dan menghilang dengan cepat di cermin wastafel."

Azalea termenung. Ingatannya langsung terlempar ke tiga minggu lalu, di mana Xavier meninju cermin wastafel hingga hancur. "Aku mau denger lebih banyak. Apa yang Kakek itu bilang ke kamu?"

"Dia bilang, Elena dan kamu sama-sama dari dunia lain. Kalian ada di lokasi kecelakaan yang sama. Serpihan jiwa kamu berhasil memasuki tubuh kamu di dunia ini, tapi Elena nggak." Xavier mulai bercerita, menjelaskan semua yang dia ketahui dari kakek-kakek yang memberikan penjelasan berarti dan cuma-cuma padanya. Lalu, sampailah pada Xavier apa yang terjadi pada Elena. "Jadi, saya membunuhnya. Apa ... kamu marah?"

"Nggak," bisik Azalea. "Kalau dia kamu biarin hidup, dia akan ngejar-ngejar aku dan bunuh aku, kan? Serem tahu...."

Benar-benar menyeramkan. Jika sampai serpihan jiwa Elena dan tubuhnya bersatu, maka Elena benar-benar akan mengejarnya sampai mati. Elena tak senang dunia ini berjalan tak seperti yang dia ketahui. Hidupnya Azalea hanya membuat tangan Elena gatal untuk membunuhnya.

AZALEA - My Psychopath Husband is Male Lead, but I am an ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang