35

21.6K 1.4K 42
                                    




35

Bagaimana pun, Azalea masih marah pada Elena. Balas dendamnya tadi belum berhasil menenangkan hatinya karena video Xavier dan Elena mengganggu pikirannya sejak bertemu Elena di ruang keluarga.

Azalea harus membuat skandal wajar untuk membuat Elena tahu diri.

"Kamu mau bawa saya ke mana, Azalea?" Xavier hanya bisa mengikuti langkah pendek tapi cepat Azalea yang sejak tadi memutar-mutar lantai dua.

"Kamar mandi di mana, sih!" seru Azalea, kesal. Suasana hati buruk membuatnya ingin marah-marah.

"Itu yang kamu cari dari tadi?" tanya Xavier. Azalea berhenti dan mengangguk kencang. "Kenapa nggak bilang?"

Azalea hanya mengembungkan pipi ketika Xavier menariknya dengan lembut, melangkah ke arah kanan. Xavier membuka sebuah pintu bercat putih. Azalea pikir, Xavier akan membawanya ke kamar yang terdapat kamar mandi. Ternyata pintu yang Xavier buka barusan adalah pintu kamar mandi.

Azalea menarik Xavier ketika laki-laki itu mempersilakannya masuk.

"Kamu mau apa, hm?" Bukannya bingung, Xavier malah memeluknya dengan mesra.

"Jangan salah paham." Azalea mengunci pintu kamar mandi, lalu berbalik menghadap Xavier. Dia dorong tubuh laki-laki itu untuk duduk di atas penutup toilet duduk. Azalea bersedekap ketika dia menunduk menatap Xavier yang menaikkan alis ketika mendongak padanya.

Azalea ingin berlama-lama bersama Xavier, lalu ketika ada yang mengetuk pintu sambl bertanya, apakah ada orang di dalam? Azalea akan keluar dengan rambut yang sedikit berantakan. Tentu, dia akan memastikan terlebih dahulu bahwa tak ada anak kecil.

Gosip akan tersebar dengan cepat bukan? Elena akan mendengarnya hingga telinganya panas. Kalau perlu, pecah sekalian.

Gosip yang menyebar juga bukan gosip negatif. Toh, Xavier dan Azalea adalah suami istri yang sah. Akan menjadi gosip negatif jika yang keluar dari kamar mandi adalah Xavier dan Elena.

Azalea memukul pelan lengan Xavier dengan kesal. Azalea tak bisa membayangkannya. Tangannya dipegang erat oleh Xavier yang menatapnya dengan bingung.

"Kenapa, hm?" Xavier menariknya hingga jatuh ke pangkuan laki-laki itu.

"Kenapa kamu keenakan di video itu waktu ciuman bareng Elena di mobil?" tanya Azalea berbisik sembari memandang Xavier yang diam saja. Dia pukul dada Xavier dengan pelan. "Jawab!"

Xavier menghela napas pelan. "Saya dikendalikan."

"Iya, yang kendaliin gairah. Nafsu. Birahi." Azalea menggigit bibir. "Pinter banget ngelesnya. Semua laki-laki sama aja."

"Saya serius. Saya seperti dikendalikan." Xavier memegang kedua tangan Azalea, lalu mengarahkan tangan Azalea mengalung di leher laki-laki itu. "Semacam ... sihir," lanjut Xavier sambil memeluk perut kecil Azalea.

"Bohong! Mana ada yang kayak gitu! Nggak masuk akal."

"Apa saya yang meyeberang ke dunia kamu untuk jemput kamu itu masuk akal?" Xavier menaikkan alis. "Tidak, kan?"

Azalea mempercayai perkataan Xavier. Dia peluk leher laki-laki itu dengan sayang. Namun, Azalea masih butuh penenang. "Kalau ada yang kunciin kamu bareng cewek lain di ruangan sempit, apa yang akan kamu lakukan?"

"Cari cara buat buka pintunya."

"Kalau nggak berhasil dan cuaca dingin sementara kalian harus pelukan supaya saling menghangatkan, biar nggak hipotermia, gimana?"

AZALEA - My Psychopath Husband is Male Lead, but I am an ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang