27

32.1K 2.1K 128
                                    

27

Azalea masih terisak saat perempuan itu seolah membersihkan kotoran yang ada di bibir Xavier. Xavier mengusap wajah Azalea. Air mata perempuan itu bercampur dengan air yang mengalir. Xavier menunduk ketika Azalea menarik dasinya pelan. Perempuan itu membuka dasinya dengan gemetar. Setelah terbuka, Azalea membuka kancing kemeja Xavier satu-satu. Kemeja dan dasi itu berakhir di sudut kamar mandi. Azalea mengusap dada Xavier, membuat Xavier menggeram menahan hasratnya.

Azalea membuka ikat pinggang Xavier, membuka celana kain, juga boxer laki-laki itu hingga tak ada lagi sehelai benang yang tersisa. Bahkan Xavier lupa dengan jam tangan mahal yang kini basah oleh air.

Tak begitu peduli, Xavier membuka jam tangannya dan melemparkannya ke tumpukan barang-barangnya di sudut kamar mandi. Tangannya mulai membuka satu per satu pakaian yang menutupi tubuh indah Azalea.

Ini tidak akan berakhir cepat.

Azalea memegang milik Xavier yang membesar sejak tadi, membuat kepala Xavier semakin pusing.

"Meskipun kamu dan dia nggak saling menyentuh di bagian sini dan terhalang pakaian, tetapi tetap aja," bisik Azalea, menggosok milik Xavier semakin cepat.

"Hah.... Azalea." Xavier memejamkan mata. Ini gila. Dia ingin segera memasuki Azalea, tetapi dia menahan diri karena Azalea sedang membersihkan tubuh Xavier dari jejak perempuan lain.

Namun, ada satu hal yang terlupakan. "Saya juga harus membersihkan tubuh kamu dari laki-laki itu, kan?" Dia balik tubuh Azalea hingga perempuan itu menjerit seksi. Xavier tak tahan lagi. Kepalanya bisa pecah jika tidak segera memasuki Azalea.

Dia masuki milik Azalea dari belakang sembari memegang tangan kanan Azalea dan menjilat bekas ciuman Levin. "Semua ini milik saya."

Azalea terus mendesah nikmat ketika Xavier terus menghujamnya dari belakang tanpa henti.

Xavier berbisik di telinga Azalea di tengah aktivitas mereka. "Semua yang ada di diri saya hanya untuk kamu. Hatiku, tubuhku. Semua hanya untuk kamu, Azalea."

[]

Lihatlah. Dia tak bisa pergi dari hidup Xavier. Segala cinta dan nikmat yang Xavier berikan membuat Azalea terlena hingga ingin menjadikan posisi pemeran utama perempuan untuk dirinya, mengambil tempat yang harusnya untuk Elena.

Xavier terduduk di atas tempat tidur dengan Azalea yang berada di atas laki-laki itu, memeluknya dengan begitu panas. Azalea bergerak dibantu Xavier karena tubuh Azalea sudah tak kuat dengan durasi bercinta mereka yang cukup lama.

"Ah...." Azalea memeluk leher Xavier dengan erat.

"Saya belum selesai." Xavier menciumi pipinya dengan lembut.

Azalea hanya bisa pasrah saat Xavier terus mengangkat dan menurunkan tubuhnya. Azalea sudah tak punya tenaga untuk itu.

Azalea mulai mengerti bahwa perasaan Xavier pada Elena yang sempat tercipta adalah bagian dari takdir mereka. Mereka bercumbu di mobil dan Xavier yang terlihat menikmati, mungkin juga bagian dari perasaan Xavier yang berusaha dia tahan.

Xavier hanya mencoba untuk setia. Namun, bagaimana jika takdir harus memisahkan dirinya dan Xavier untuk mempersatukan Elena dan Xavier?

Azalea telah salah sejak awal.

Semua keadaan ini membuatnya plin-plan.

"Xavier...?" bisik Azalea ketika dia menatap laki-laki yang dipanggilnya.

"Iya, sayang?" Xavier menatapnya dengan tatap gelapnya.

Azalea harus sadar posisi. "Ayo kita cerai."

Xavier berhenti menggerakkan Azalea di hadapannya. Pandangan penuh gairah laki-laki itu seolah menghilang dalam sekejap. "Apa kamu bilang?"

"Ayo cerai." Azalea kali ini mencoba untuk berpisah baik-baik. Mungkin dia tak akan mati dengan menggunakan cara ini, tetapi tatapan amarah yang terlihat jelas di wajah Xavier membuat Azalea sempat menahan diri untuk meneruskan kata-katanya. Namun, Azalea harus menyelesaikan semua ini. "Menikahlah dengan pemeran utama perempuan dalam hidup kamu. Pemeran utama perempuan dalam hidup kamu itu Elena. Bukan aku."

"Saya yang menentukan siapa pemeran utama perempuan dalam hidup saya." Xavier mendekat, mencium bibir Azalea singkat. Laki-laki itu kembali menatapnya penuh cinta. "Itu kamu, Azalea. Bukan perempuan lain."

[]

Xavier mencium plester luka yang baru saja dia tempelkan di pergelangan tangan Azalea. Dia sampai harus meninggalkan Azalea sebentar untuk ke supermarket membeli plester luka. Tak ada peralatan pengobatan darurat yang dia simpan karena tak pernah berpikir akan berada di situasi ini.

Ibu jari Xavier mengusap lembut pipi Azalea yang tertidur dengan tenang. Dia telah membuat perempuannya menangis. Beraninya perempuan bernama Elena itu ingin melukai hati Azalea dengan mengirimkan video ciuman mereka.

Elena ingin merusak rumah tangganya. Elena telah berani berbuat sejauh itu. Meski Elena adalah cucu Paul, tetapi orang tua Elena tidak dalam target pemerasan. Jadi, Elena hanyalah hama yang harus segera Xavier singkarkan.

Xavier menghampiri meja di mana ponselnya berada. Dia kirim pesan berisi kode kepada anggotanya, yang artinya hanya diketahui oleh mereka;

bunuh elena.

[]


a.n:

Baca lebih cepat di karyakarsa: kandthinkabout https://karyakarsa.com/kandthinkabout

AZALEA - My Psychopath Husband is Male Lead, but I am an ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang