Nami dan Zoro baru saja terdampar di pulau terpencil setelah pertempuran sengit. Mereka berjalan berdua menyusuri hutan, dengan Nami yang masih menggerutu karena merasa Zoro bertindak ceroboh."Kamu bisa lebih berhati-hati, tahu nggak? Aku hampir kehilangan peta berhargaku!" seru Nami, dengan tangan di pinggangnya.
Zoro mendengus sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Itu cuma selembar kertas, Nami. Lagipula, kamu yang terlalu panik!"
Nami menghentikan langkahnya dan menatap Zoro dengan mata menyipit. "Selembar kertas? Zoro, peta itu harta karun!"
Melihat ekspresi marah Nami, Zoro tiba-tiba merasa sedikit bersalah, tapi dia tidak tahu harus berkata apa. "Ugh, baiklah, maaf. Tapi kita masih hidup, kan?"
Nami mendekat, jari telunjuknya menekan dada Zoro. "Kalau kamu tidak menolongku nanti, jangan harap aku membiarkanmu memakai payung saat hujan!"
Zoro tertawa kecil, geli melihat betapa seriusnya Nami tentang payung. "Baiklah, baiklah, aku akan berhati-hati dengan peta-peta berharga itu."
Mereka akhirnya berjalan lagi, tapi ada sedikit senyum di wajah Nami. Zoro memang keras kepala, tapi entah kenapa, dia selalu bisa membuatnya tersenyum meski sedang marah.
Saat malam tiba, mereka menemukan gua kecil untuk berlindung. Zoro berbaring di lantai gua yang keras, sementara Nami duduk bersandar di dinding, meringkuk karena kedinginan.
Zoro melirik ke arahnya dan menghela napas panjang. "Kamu bakal kedinginan kalau seperti itu. Ayo ke sini, gua ini kecil, kita bisa berbagi kehangatan."
Nami menatap Zoro dengan ragu. "Aku nggak mau kedinginan, tapi jangan macam-macam ya."
Zoro hanya mengangkat bahu, "Nggak kepikiran juga." Dia menepuk tempat di sebelahnya, dan dengan sedikit keraguan, Nami akhirnya berbaring di dekatnya.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan, tapi keheningan itu tidak terasa canggung. Nami bisa merasakan kehangatan dari tubuh Zoro, dan perlahan, dia merasa lebih nyaman.
"Aku nggak nyangka kamu bisa perhatian juga, Zoro," gumam Nami sambil menutup matanya.
Zoro tidak segera menjawab, tapi ada senyum kecil di wajahnya. "Aku nggak selalu keras kepala, Nami."
Tanpa mereka sadari, Nami mulai tertidur, dan dalam tidurnya, dia bergerak lebih dekat ke Zoro. Zoro merasakan berat kepala Nami di bahunya, tapi dia tidak bergerak, membiarkan Nami tertidur dengan nyaman. Di dalam gua yang dingin itu, momen kecil ini membuat mereka merasa sedikit lebih dekat.
Ketika Nami terbangun keesokan paginya, dia menemukan dirinya masih bersandar di Zoro. Dia segera bangkit, wajahnya memerah.
"K-Kenapa kamu nggak bangunin aku?" tanyanya dengan nada gugup, berusaha menutupi rasa malunya.
Zoro menguap dan meregangkan tubuhnya. "Kamu kelihatan nyaman, jadi aku nggak mau ganggu. Lagipula, ini bukan pertama kali kamu tidur di pundakku, kan?"
Nami tersipu, tidak tahu harus berkata apa. "Aku... hanya kecapekan kemarin!"
Zoro hanya tersenyum lebar. "Kalau kamu mau pinjam pundak lagi, aku selalu ada, Nami."
Nami memutar mata, tapi tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Meski dia sering kesal pada Zoro, ada sesuatu yang membuatnya merasa aman ketika berada di dekatnya.
Mereka akhirnya kembali ke kapal setelah melalui berbagai tantangan. Ketika malam tiba, Nami dan Zoro duduk di dek kapal, menikmati angin malam yang sejuk.
"Kamu tahu, Zoro, meski kita sering berantem, aku bersyukur kamu ada di sana kemarin," kata Nami pelan, menatap langit penuh bintang.
Zoro menatap Nami, sedikit terkejut mendengar pengakuan jujur darinya. "Aku juga. Aku mungkin nggak selalu ngerti caramu berpikir, tapi aku senang bisa menjaga kamu."
Nami tersenyum, merasakan kehangatan di dadanya. Dia tidak bisa menahan diri untuk menggodanya sedikit. "Jadi, kalau aku bilang aku mau pinjam pundakmu lagi malam ini, gimana?"
Zoro mengangguk dengan serius, tapi matanya menyiratkan candaan. "Aku sudah bilang, aku selalu ada buat kamu, Nami."
Nami tertawa kecil, dan tanpa ragu, dia menyandarkan kepalanya di pundak Zoro. Mereka duduk bersama dalam keheningan, menikmati momen kecil ini, tanpa perlu kata-kata. Di bawah langit yang penuh bintang, mereka menemukan kenyamanan satu sama lain—sesuatu yang sangat sederhana, tapi berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoro x Nami
Short StoryOneshot Kisah asmara Zoro dan Nami! Ooc ya, ingat ini karanganku Daddy Oda, pinjam karakternnya yah <3