Suara deru motor mengoyak ketenangan malam. Nami yang berjalan sendirian, baru pulang dari TK, merasa firasat buruk.Nami menoleh cepat, tapi sudah terlambat. Sekelompok pemuda dengan motor datang, memblokir jalannya. Sekilas dia melihat tatapan liar dari salah satu pemuda, dan sebelum sempat berpikir lebih jauh, mereka sudah merenggut tasnya. "Hei! Lepasin!" serunya panik. Tangannya mencengkeram kuat-kuat talinya, tapi salah satu dari mereka menarik lebih keras, membuatnya terseret ke tanah.Nami berusaha bangkit dan berlari, tapi sebelum bisa mengambil langkah jauh, mereka sudah menarik kembali tasnya. "Lepasin!" Nami meronta, memegangi tali tas dengan sekuat tenaga. Namun salah satu dari mereka menendang kakinya, membuatnya terjatuh ke tanah keras."Jangan ngelawan kalau nggak mau celaka!" suara pemuda itu memekik, wajahnya semakin liar. Nami terdesak. Dia bisa merasakan darah mengalir dari lututnya yang tergores.
Saat Nami berpikir dia benar-benar akan kalah, sebuah suara menggelegar datang dari belakang. "Berhenti! Polisi!"
Pemuda itu menoleh seketika, wajah mereka memucat melihat seorang polisi dengan seragam hitam pekat berlari mendekat, tangan memegang tongkat pemukul. Zoro, yang sedang patroli malam, tidak ragu-ragu langsung menendang salah satu motor hingga terjungkal. Pengendara motor itu terjatuh keras, merintih kesakitan.
"Kabur!" Salah satu begal berteriak, dan mereka yang tersisa segera melarikan diri. Zoro mengepalkan tangan, tetapi memutuskan untuk tidak mengejar. Dia lebih fokus pada wanita yang terduduk lemas di tanah.
"Kamu ngga papa Nona?" Tanyanya, Nami yang masih gemetar, mencoba untuk bangkit. "A-aku baik-baik saja..." ucapnya, suaranya bergetar. Zoro menatapnya sebentar sebelum mendekat, mengulurkan tangan."Bisa berdiri?" Dengan bantuan Zoro, Nami berdiri dengan tubuh yang masih lemah. Dia menatap Zoro, mengucapkan dengan suara rendah, "Terima kasih... Kalau nggak ada bapak, aku nggak tahu apa yang bakal terjadi."
Zoro hanya mengangguk singkat. "Tidak masalah itu Tugas saya. Namamu siapa?"
"Nami," jawabnya pelan, menatap mata abu Zoro yang dingin tapi penuh perhatian.
"Zoro."
Keheningan melingkupi mereka sejenak. Zoro melihat luka di lutut Nami. "Luka kamu serius? Butuh diantar ke rumah sakit?"
Nami melirik lututnya yang berdarah. "Nggak, cuma lecet. Aku bisa rawat sendiri di rumah."
Zoro mengangguk lagi, matanya masih mengamati sekeliling. "Saya antar pulang. Daerah ini nggak aman."
"Terima kasih pak" ucap NamiSetelah sampai di depan rumahnya, Nami menoleh ke arah Zoro, sedikit ragu. "Bapak... selalu patroli di daerah ini?"
"Setiap malam," jawab Zoro singkat. Dia menyentuh gagang tongkat di pinggangnya, tampak bersiap untuk pergi.
"Say baru pindah ke sini beberapa bulan lalu. Jadi, belum tahu kalau daerah ini berbahaya," kata Nami, mencoba meredakan suasana canggung.
Zoro menatapnya sebentar, ekspresinya tetap tenang. "Daerah ini memang rawan. Kalau butuh bantuan, langsung hubungi polisi."
Nami tersenyum kecil. "Ya, aku akan ingat itu. Terima kasih sekali lagi, pak Zoro."
Zoro hanya memberi anggukan terakhir sebelum berbalik, berjalan menjauh menuju motornya. Nami menatap punggungnya yang semakin menjauh, perasaan campur aduk memenuhi pikirannya. Dia tidak pernah berpikir akan bertemu seseorang polisi tampan seperti Zoro dalam situasi seperti itu.
Keesokan harinya, di TK tempat Nami mengajar, dia sibuk menata mainan saat melihat seseorang di luar pagar. Zoro berdiri di sana, terlihat kaku, seolah tidak tahu apakah harus masuk atau tidak. Nami tersenyum melihatnya, lalu melangkah mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoro x Nami
Short StoryOneshot Kisah asmara Zoro dan Nami! Ooc ya, ingat ini karanganku Daddy Oda, pinjam karakternnya yah <3