Cemburu

65 3 3
                                    

Zoro sedang berlatih di dek kapal, seperti biasanya, mengayunkan pedangnya dengan semangat. Namun, kali ini pikirannya tidak fokus. Di sudut matanya, dia melihat Nami sedang berbicara dengan seorang pria yang mereka temui di pulau terakhir. Pria itu tertawa, dan Nami tersenyum lebar, sesuatu yang membuat hati Zoro terasa tidak nyaman.

"Apa yang mereka bicarakan?" pikir Zoro sambil mengerutkan kening.

Zoro tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mereka. Setiap kali pria itu mendekat, Zoro merasakan dorongan aneh untuk menghampiri mereka dan memisahkan mereka. Dia merasa... marah? Tapi kenapa? Itu cuma Nami, kan?

Setelah beberapa saat, Luffy mendekati Zoro. "Hei, Zoro, kamu kenapa? Biasanya kamu lebih fokus."

Zoro tidak menjawab. Matanya masih terpaku pada Nami dan pria itu. Luffy mengikuti arah pandangan Zoro dan tertawa. "Kamu cemburu, ya?"

Zoro terkejut dan segera mengalihkan pandangannya. "Apa? Cemburu? Nggak mungkin."

Luffy hanya tertawa lebih keras. "Kamu nggak nyadar ya? Kamu tuh suka sama Nami, makanya kamu cemburu."

Zoro tercengang, tapi dia segera menggeleng. "Nggak, nggak mungkin. Aku cuma... aku cuma nggak suka pria itu, itu saja."

Luffy mengangkat bahu, tidak yakin, tapi juga tidak menekan lebih lanjut. "Oke, tapi kalau kamu cemburu, nggak usah malu buat ngaku."

Zoro mendengus, tapi tidak bisa menghilangkan perasaan aneh itu.

Sementara itu, Nami merasakan getaran aneh dari Zoro. Selama beberapa hari terakhir, Zoro tampak lebih tertarik pada keberadaannya, dan Nami tidak bisa tidak memperhatikan bahwa dia sering kali terlihat kesal setiap kali pria lain mendekatinya.

"Aneh, Zoro nggak biasanya kayak gitu," gumam Nami sambil menatap pria di depannya yang sedang bercerita tentang petualangannya.

Meskipun Nami tersenyum dan tertawa, pikirannya melayang pada Zoro. Dia sudah lama menyadari bahwa dia punya perasaan khusus terhadap pendekar itu, tapi Zoro selalu tampak begitu jauh, begitu tidak terjangkau.

Ketika pria itu akhirnya pamit, Nami merasa sedikit lega. Dia berbalik dan melihat Zoro sedang duduk di sudut kapal, menajamkan pedangnya. Wajahnya serius, tapi Nami tahu ada sesuatu yang mengganggunya.

Dia berjalan mendekat dan duduk di sampingnya. "Zoro, kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini kamu kayaknya lebih diam."

Zoro tidak langsung menjawab. Dia melirik Nami sekilas, lalu kembali fokus pada pedangnya. "Nggak ada apa-apa."

Nami menatapnya dengan intens, tidak membiarkan Zoro lolos begitu saja. "Kamu bisa bilang yang sebenarnya. Kita sudah kenal lama, aku bisa tahu kalau ada yang nggak beres."

Zoro akhirnya menghentikan gerakannya dan menatap Nami. "Nami... aku nggak ngerti kenapa, tapi aku nggak suka lihat kamu dekat-dekat sama pria itu. Aku... aku nggak ngerti perasaan ini."

Nami tersenyum kecil, hatinya berdebar lebih cepat. "Zoro, kamu cemburu?"

Zoro menatap Nami, lalu mengalihkan pandangannya dengan wajah yang sedikit memerah. "Mungkin... ya, aku nggak suka. Tapi... apa itu artinya aku..."

Nami menunggu, berharap Zoro melanjutkan kalimatnya, tapi dia tetap diam. Dia akhirnya memutuskan untuk mendorongnya sedikit. "Zoro, kamu tahu nggak, aku juga nggak suka lihat kamu cemburu sama yang lain. Aku suka sama kamu."

Zoro membelalakkan mata, tidak menyangka Nami akan langsung mengatakannya. "Kamu... suka sama aku?"

Nami tertawa kecil, merasa sedikit malu tapi juga lega. "Ya, bodoh. Kenapa lagi aku peduli kamu cemburu atau nggak?"

Zoro terdiam beberapa saat, merenungkan kata-kata Nami. Lalu, perlahan, dia mulai mengerti. Dia mengerti mengapa dia selalu merasa perlu melindungi Nami, mengapa dia tidak suka melihatnya dekat dengan pria lain, dan mengapa hatinya selalu berdebar setiap kali Nami tersenyum padanya.

"Aku juga... kayaknya aku juga suka sama kamu, Nami," kata Zoro akhirnya, dengan suara yang lebih lembut dari biasanya. "Tapi aku nggak tahu bagaimana caranya bilang."

Nami merasa lega dan tersenyum lebar. Dia mendekat dan menyentuh lengan Zoro dengan lembut. "Kamu nggak perlu bilang apa-apa lagi, Zoro. Aku ngerti."

Zoro menatap Nami, dan untuk pertama kalinya, dia merasa ada sesuatu yang benar-benar berbeda. Dia meraih tangan Nami, menggenggamnya dengan kuat. "Aku mungkin bodoh soal perasaan, tapi aku janji, aku nggak akan biarkan siapa pun menyakitimu. Aku akan selalu ada untukmu."

Nami tersenyum manis dan mengangguk. "Aku tahu. Dan aku juga akan selalu ada di sampingmu, Zoro."

Zoro merasakan hatinya menghangat, dan untuk pertama kalinya, dia merasa damai dengan perasaannya sendiri. Dia menarik Nami mendekat, dan mereka duduk berdua, menikmati momen yang begitu sederhana namun berarti.

Mereka mungkin baru saja menyadari perasaan mereka, tetapi keduanya tahu bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang sangat indah.

Zoro x Nami Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang