Malam Penuh Bintang

37 3 3
                                    


Angin laut bertiup lembut, menggoyang layar kapal yang hampir tak bersuara. Langit malam di atas mereka penuh dengan bintang yang gemerlap, seperti berlian di atas samudra hitam. Nami duduk bersandar pada tiang utama, menikmati sejenak ketenangan setelah hari yang panjang mengarungi lautan. Di kejauhan, suara ombak pelan menghantam lambung kapal, menciptakan irama yang menenangkan.

Zoro berjalan ke dek tanpa suara, pedangnya masih di pinggang. Dia menghampiri Nami tanpa niat apa-apa, hanya mencari tempat untuk beristirahat. Namun, saat dia melihat Nami duduk sendirian dengan mata tertuju ke langit, ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk tetap tinggal.

"Belum tidur?" Zoro bertanya, suaranya pelan, hampir serak.

Nami melirik Zoro sekilas, lalu mengembuskan napas pelan. "Susah tidur kalau langitnya seindah ini," jawabnya singkat. Senyum kecil muncul di wajahnya, meskipun sorot matanya tetap serius, seakan ada banyak yang dipikirkan.

Zoro duduk di sampingnya, bersandar pada tiang yang sama. "Kau terlihat... gelisah," komentarnya tanpa basa-basi, matanya terpejam seolah menikmati angin malam.

Nami tertawa kecil, sebuah tawa yang terdengar sedikit getir. "Kau tahu, aku selalu tahu arah kapal, bintang-bintang, angin... tapi soal hidup? Soal apa yang ada di depan kita? Itu cerita yang berbeda." Dia menggelengkan kepala, tangannya memainkan sehelai rambut yang jatuh di pundaknya.

Zoro membuka matanya, menatap Nami dengan mata hijau yang tajam tapi lembut. "Kau lebih tangguh daripada kebanyakan orang, Nami," katanya dengan suara pelan. "Tapi tidak ada salahnya kalau kau merasa ragu sesekali."

Nami terdiam sejenak, memandang Zoro dalam-dalam, seolah mencari sesuatu dalam ucapannya. "Kau juga begitu, Zoro," katanya, suaranya tiba-tiba lebih lembut, hampir tak terdengar. "Selalu tenang, kuat, tak pernah ragu... Tapi, aku tahu di balik itu, ada sesuatu yang kau sembunyikan."

Zoro tersentak sedikit mendengar kata-kata Nami. Dia menunduk, menatap dek kayu di bawah kakinya, lalu menarik napas dalam. "Kau terlalu banyak berpikir," katanya akhirnya, meskipun nadanya lebih lunak daripada biasanya.

Nami mendekat sedikit, jaraknya dengan Zoro semakin dekat. "Mungkin," gumamnya. "Tapi mungkin aku hanya ingin mengenalmu lebih baik."

Mereka terdiam, tenggelam dalam keheningan malam yang hangat. Bintang-bintang di atas mereka menjadi saksi percakapan yang belum sepenuhnya selesai. Hanya ada angin laut yang mengisi kekosongan di antara mereka.

Zoro akhirnya menatap Nami, matanya bertemu dengan mata cokelat gadis itu. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketegangan biasa di antara mereka. Sebuah ketertarikan yang tak pernah benar-benar diucapkan, namun mulai terasa lebih jelas di setiap detik yang berlalu.

"Kalau begitu, mungkin aku bisa mulai mengenalmu juga," ujar Zoro pelan, suaranya terdengar lebih dalam, dan kini lebih serius.

Nami menahan napas, jantungnya berdetak lebih cepat. "Kita lihat nanti," jawabnya dengan suara yang lebih halus, senyumnya mulai muncul di bibirnya.

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Kali ini, tidak ada yang merasa canggung atau terganggu. Nami diam-diam melirik Zoro dari sudut matanya, melihat bagaimana pria itu begitu tenang meskipun ada badai emosi di dalam hatinya. Ada rasa nyaman yang perlahan-lahan menyusup ke dalam dirinya. Tanpa sadar, tubuhnya bergerak lebih dekat ke Zoro.

Zoro tetap diam, hanya menatap lurus ke depan. Namun, saat dia merasakan kepala Nami perlahan bersandar di bahunya, dia tidak bergerak. Sebaliknya, dia membiarkan kehangatan kehadiran Nami menyelinap ke dalam hatinya, yang biasanya selalu tertutup rapat.

Nami menghela napas lembut, matanya perlahan terpejam. "Aku lelah," bisiknya, hampir tidak terdengar.

Zoro menoleh sedikit, memperhatikan wajah Nami yang mulai rileks, napasnya semakin pelan seiring dengan tidurnya yang semakin dalam. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menyesuaikan posisinya sedikit agar Nami bisa lebih nyaman bersandar padanya.

Dalam keheningan malam yang penuh bintang itu, mereka berdua terdiam. Zoro menatap langit, sementara Nami tertidur dengan tenang di bahunya, tubuhnya mengikuti irama lembut dari gerakan kapal. Meski Zoro tidak menunjukkan banyak ekspresi, ada ketenangan yang jarang dia rasakan di momen itu. "Tidurlah Nami" gumam Zoro pelan.

Zoro x Nami Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang