Kesalahpahaman

383 38 6
                                    

Teddy berjalan meninggalkan ruang faskes, dengan perasaan yang dicampur adukkan. Dia berusaha menetralisir perasaannya demi berlangsung nya acara.

"Ada ga pak ted,...?" Tanya lino setelah teddy berdiri di samping nya.

"Gatau... Saya ga ada liat..." Kata teddy dingin.

"Bentar lagi bapak keluar pak teddy..." Ucap lino meninggalkan teddy. Teddy mengikuti lino untuk mengawal pak bowo keluar...

"Oke!! Sesuai yg semalem ya..." Kata teddy di anggukkan para ajudan lain.

Pak bowo pun keluar untuk menyapa para pendukungnya. Puluhan ribu pendukung yang hadir, menggunakan dresscode blue baby kecuali teddy yang TNI aktif, memakai stelan Hitam di sana. Teriakan dan tepukan tangan membuat atmosfer di dalam stadion begitu berbeda seketika. Pak bowo menyampaikan pidato dan harapannya pada semua pendukungnya yang antusias hadir padahal cuaca hari ini sangat terik....

"Kamu di depan jif,." Perintah teddy, sedari tadi ia risih karena harus mendengar teriakan fans nya yang terus meneriakkan namanyaa...

"Oke Pak! Risih ya? Wkwkwk" Ledek rajif, melihat wajah merah teddy..

Belum lama pak bowo menyampaikan pidatonya, banyak pendukung yang jatuh pingsan, para ajudan dan tim dikerahkan untuk membantu membawa ke ruang faskes, agar tak menghambat khidmat nya acara. Semua ajudan kebagian menggendong pendukung yg tak kuat berjalan termasuk teddy. Ketika dia mulai mengangkat wanita yang sedang pingsan, semua pendukung lain langsung berteriak, ada pula yang malah mencibir wanita itu.

"Ihhhh pinter banget sih aktingnya! Kalo saya ada di posisi mayted udah saya anterin langsung ke laut, saya buang hahahha" Kata salah satu pendukung.

"Iya kan. Jago banget ihh.." Kata pendukung lain.

Teddy acuh mendengar semua itu. Ia tetap fokus berjalan membelah kerumunan untuk segera sampai di ruang faskes, meskipun ia sangat malas untuk masuk ke ruangan itu...

"Loh pak teddy kebagian juga!!" Tanya rajif yang melihat teddy menggendong wanita yg sedang pingsan. Teddy hanya menanggapi dengan tatapan tajamnya..

"Tolong wanita ini, sepertinya nafasnya sesak..." Ucap teddy ketika membaringkan wanita itu di atas ranjang pasien..

"Iya Pak sebentar, kami cek ibu ini dulu.. Baru setelah itu mbak ini..." Ucap salah satu tenaga medis yang tak lain adalah sherly.

"Apa sebenarnya yang ada di fikiran kalian. Kenapa harus bertiga menangani satu pasien. Sedangkan tenaga medis lain hanya satu saja cukup... Tolong jangan berpacaran untuk saat ini... Penuhi sumpah yang tersemat di jas putih dan suci kalian itu..." Kata teddy tegas, sontak membuat adhiva, bagas dan sherly menoleh ke arahnya. Memang di ranjang itu terdapat tiga tenaga medis yang menangani, sedangkan yang lainnya hanya satu saja. Adhiva menatap tajam ke arah teddy...

"Tenang lah pak! Dan maaf atas ketidak profesionalan kami.." Kata adhiva lalu berjalan ke ranjang wanita yang digendong teddy tadi, ia mulai memeriksa wanita itu...

"Tidak akan terjadi sesuatu apapun pada kekasih anda, jangan terlalu khawatir..." Ucap adhiva sambil memasang oksigen, teddy tercengang mendengar perkataan adhiva barusan..

Teddy berdiri tak jauh dari adhiva memeriksa, ia melihat wajah cantik dan menenangkan, yang sudah empat minggu ini tidak ia lihat karena kesibukannya..
Ia sangat rindu mendengar suara dan melihat senyum manisnya. Tapi, senyum yang selalu ia lukiskan di wajah ayunya tak terlihat hari ini ditujukan padanya. Ia mengingat kembali kekesalannya tadi...

"Kenapa pesan saya belum di balas? Dan telepon saya pun tak kamu angkat.." Kata teddy membuka suara...

"Anda masih mengenal saya? Maaf tuan sepertinya setelah hadirnya nona ini, tuan harus berusaha melupakan saya..." Kata adhiva dingin, dan menggunakan kalimat formal. Bahkan tak ada ekspresi sedikitpun di wajah cantiknya...

𝘈 𝘔𝘢𝘫𝘰𝘳'𝘴 𝘓𝘰𝘷𝘦 𝘢 𝘋𝘰𝘤𝘵𝘰𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang