15.45
📍Tacenda 1
Serena yang sejak tadi siang hanya menggabut bersama bocil bocil setelah diajak Ethan pergi. Padahal cuma pergi muterin area rumah pulangnya beli es krim. Dengan dalih kalau dirinya bosen dan stress, butuh es krim. Padahal Serena tau, Ethan masih tidak terima selayaknya dia tidak terima dulu kalau Ethan menikah.
"Sei." panggil Alan dari belakang mengagetkan Serena yang sedang duduk diteras.
"Iya?"
"Hadden dimana? kamu tau?" tanya Alan langsung.
"Nggak tau, nggak liat aku. Emang kenapa nyariin dia? kamu ada butuh sesuatu?" tanya Serena peka. Hari ini dia akan lari dan setelahnya memanah bersama dengan Alan, Hadden, Papa Andrew dan tentunya semua uncle-nya kecuali Ethan yang tiba tiba pamit tidur dengan kamar terkunci.
"Iya, aku mau tanya dia liat topi coklatku enggak, aku taro meja kok nggak ada." cerita Alan.
"Telfon aja coba." suruh Serena.
"Hp nya dikamar sayang." jawab Alan, dirinya sudah bertemu dengan papa Serena di ruang tamu sedang bersiap dengan sepatunya. Kalaupun topinya nggak ketemu nggak masalah, tapi dia sekarang butuh beneran.
"Oke bentar." Serena langsung menghubungi Om Pras yang selalu ada di Tacenda bersama dengan ajudan lain kakek buyutnya. Mereka pasti tau dimana Hadden, soalnya kalau Hadden nggak sama mereka ya sama siapa lagi? anak itu nggak mungkin keliaran sendiri.
"Topinya ternyata keikut kecuci Nona, keikut baju kotor punya adek." ucap Pras yang datang dengan terburu buru.
"Oh iyaa, makasih om Pras." balas Serena.
"Harus pakai topi? pake topinya Hadden aja. Anak itu kayanya ada beberapa disini, aku ambilin." suruh Serena.
"Nggak usah, papa kamu udah siap." tolak Alan. Dari belakang papa Serena sudah keluar dengan semua perlengkapan larinya.
"Ayo." ajaknya.
Lari kali ini benar benar lari bukan yang cuma jogging santai sembari menikmati suasana sore. Niatnya ini benar benar berolahraga yang menguras energi.
"Wahhh, capekk pa." keluh Serena yang berlari disamping Alan dan diposisi belakang papanya Andrew.
"Tetap lari Nola." seru Andrew. Walaupun dirinya sudah jadi manusia paruh baya tapi untuk hal olahraga akan selalu diusahakannya. Dia harus hidup sehat agar lebih bisa lebih lama bersama dengan keluarganya.
"Siap!" seru Serena.
Napasnya sudah satu dua, tapi dia benar benar berlari. Nggak ada gandengan dengan Alan atau hal hal romantis lainnya. Alan lelah tapi dia masih yang bisa untuk bersaing dengan semua keluarga Serena. Di akhie dia bahkan masih kuat berdiri kala Nola sudah terkapar.
"Ahhh.. Capek."
"Pras!" seru Andrew. Dan tak lama kemudian 2 buggy car datang.
"Lanjut kita memanah, yang bisa nilainya tertinggi dapet reward." seru Noah yang membangkitkan semangat Hadden dan Serena. Bahkan mereka langsung berdiri rapi menghadap para orang tua ini.
"BERAPA?!" seru Serena.
"Dari Uncle 500." saut Noah sombong.
"Dari Uncle Barga? Uncle Marv?" tanya Nola dengan mata dibuat seimut mungkin. Serena itu cantik, imut sedikit kurang cocok. Kata yang cocok untuk mendeskripsikan Serena ya cuma Cantik. Anaknya cantik banget.
"500 dari kita berdua." saut Marvin.
"Itu kan tantangan Uncle Noahmu Nola, minta ke dia yang banyak. Uncle abis dipalak Nova." saut Barga. Nova emang anaknya bener bener menguras tenaga layaknya Serena. Apa ada, dia nggak punya duit tiba tiba dateng kerumah minta duit cash. Definisi beneran meminta, untung istrinya enggak masalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm ✔
Teen Fiction[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyeba...