Soohyun duduk di sofa sambil meminum kopinya, seperti biasa Yeaji masih belum bangun. Hari ini sepertinya mendung, dan Soohyun sudah bersiap untuk segera pergi dari apartemen itu.
Sebelumnya Soohyun juga sudah menghubungi Doohwan untuk menjemputnya, dan sudah menunggunya di parkiran.
"Yeaji" panggil Soohyun pada Yeaji yang masih saja tidur,
"Aku akan pergi"
"Apa?" Yeaji membuka kedua matanya
"Tinggalah lebih lama seperti dulu"
"Aku mohon!"
"Yeaji hentikan"
"Aku harus pulang, istriku menunggu"
"Apa kau mulai mencintainya?" tanya Yeaji dan langsung membuat Soohyun terdiam seketika.
"Kenapa hanya diam?"
"Kau mencintainya" Yeaji bisa melihat dari mata Soohyun, bahkan semalam Soohyun tidak tidur dan hanya memandangi foto pernikahan dia dan Jiwon dilayar ponselnya.
"Iya aku mencintainya" Soohyun mempertegas bahwa dia mencintai istrinya, bahkan jauh sebelum dia menikah dengan Jiwon.
Yeaji bersedih karena Soohyun sudah banyak berubah setelah menikah, dia tidak seperti dulu lagi yang disetiap saat ada bersama dengannya.
"Kau bahkan tidak meminta izin padaku untuk menikah"
"Apa aku tidak penting lagi bagimu" ujar Yeaji menyeka air mata yang mulai terjatuh.
"Hentikan Yeaji"
"Aku sudah cukup sabar menghadapi sikapmu selama ini"
Kali ini mereka bertengkar hebat, Yeaji menjatuhkan sebuah gelas kaca kelantai hingga pecah. Mengambil pecahan itu dan mengancam akan melukai dirinya.
"Tidak bisakah kau nikahi aku?"
"Aku yang lebih dulu bersamamu"
"Sekarang kau harus memilih aku atau istrimu?" tanya Yeaji mengarahkan pecahan itu pada pergelangan tangannya.
"Jangan seperti anak kecil"
"Letakkan itu sekarang juga, kau bisa terluka"
Oh ayolah, Soohyun mulai binggung. Dia tidak bisa memilih antara Jiwon dan juga Yeaji, keduanya berharga baginya. Mungkin dia pantas disebut seorang bajingan.
"Jangan lakukan itu, aku mohon" Soohyun berhasil membujuk Yeaji, dan mengatakan bahwa akan sedikit lama disini sampai Yeaji mulai merasa tenang.
Seperti biasa Doohwan sudah tahu ini akan terjadi, pasti bosnya itu tidak jadi pergi karena Yeaji berhasil menahannya. Doohwan mematikan ponselnya dan langsung melaju dengan mobil yang dia kendarai.
~
"Unnie"
"Unnie, bangun sudah jam sepuluh" cetus Yoojung, kakaknya ini memang tukang tidur.
"Aku harus ke kampus, mungkin akan pulang agak malam" hanya dibalas anggukan oleh Jiwon yang sedang tidur.
"Aku sudah menyiapkanmu sarapan"
"Bangun, dan makanlah"
"Aku pergi!"
Setelah ditinggal Yoojung sendiri di apartemen, kini Jiwon beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur. Ada sandwich dan jus alpukat yang sudah tersedia di atas meja makan,
"Yoojung adalah yang terbaik"
"Dia masih ingat betul, alpukat adalah kesukaan Jiwon" sebelum memakannya Jiwon membersihkan dirinya lebih dulu. Saat melihat wajahnya di cermin, Jiwon bergidik geli membayangkan sentuhan Soohyun pada bagian area sensitifnya.