SETELAH PUTUS

12 0 0
                                    

Jujur, aku merindukan Dara setelah putus. Aku belum menemukan orang seperti Dara. Kita lost contact. Kita jarang berkabar lagi. Kita jarang bertukar cerita lagi. Kita sudah punya kesibukan masing-masing. Benar-benar lost contact. Sedih sekali. Hambar. Tidak ada teman curhat lagi.

1 Tahun berlalu, 2020. aku sudah sedikit mengikhlaskan Dara pergi. Benar-benar mengikhlaskan. Tak ingin datang lagi ke kehidupan Dara.

1 Tahun selanjutnya, 2021. aku sudah mengikhlaskan Dara. Tetapi tidak sepenuhnya. Masih ada sedikit rasa cinta yang aku sisakan kepada Dara.

Hingga suatu hari, aku mengajak teman PMR untuk bergabung dengan organisasinya Dara. Aku menghubungi pihak sekolah, tetapi tidak ada yang mewakilkan. Jadi, aku yang ditunjuk sebagai perwakilan sekolahku.

Aku senang bisa melihat dara kembali, meski di kegiatan formal. Aku masih ingin kembali dengan dara saat itu. Tapi, aku takut kejadian 2 tahun yang lalu terulang kembali. Tapi aku ingin, tapi takut. Ah gimana si, bingung jelasinnya.

Aku melihat Dara bahagia, selepas tidak lama berjumpa denganku. Dara berkumpul dengan teman-teman organisasinya.

Tetapi, ada hal yang janggal saat itu. Tidak enak dengan perasaanku. Aku dan Dara hanya saling sapa. Tidak membicarakan sesuatu, atau bahkan sampai bercanda. Yaaa, sebenarnya tidak berharap seperti itu juga, tetapi perasaan aku saja yang tidak enak.

Setelah selesai kegiatan organisasi, aku pulang. Tetapi, saat itu aku mampir ke masjid dekat SMP ku dulu untuk sholat ashar. Setelah selesai sholat ashar, aku duduk di depan masjid karena ingin melihat Dara lewat.

Jujur saja, aku menunggunya. Siapa tau mau dibonceng sampai depan gang rumahnya, karena sudah lama aku tidak bersama Dara. Hitung-hitung, nostalgia dulu saat aku memboncengkan Dara untuk cari makan, tapi tidak menemukan tempat makan yang cocok dan akhirnya mampir di indomaret ahaha.

Karena Dara tidak lewat-lewat, aku langsung pulang menuju rumah. Di perjalanan, ada notif WhatsApp, tetapi sengaja aku biarkan. Eh, setelah sampai rumah, ternyata itu notif dari Dara. Dia menanyakan sudah sampai rumah atau belum. Ku jawab saja sudah. Sedikit rasa sesalku saat itu. Kenapa tidak menunggu beberapa menit lagi agar aku bisa menatap indah parasnya Dara. Ahhh, sudahlah.

Beberapa hari berlalu, ada paket datang untuk dara di hari ulang tahunnya, 2 mei.

"Adikku sering nanyain kamu lhooo"

"HAHHHH?" aku terkejut

"Bukannya adik mu ngga begitu kenal aku?" sambung aku

"Yaa tau namanya aja sii"

"Kok bisa tanya-tanya tentang aku?"

Aku merasa kepedean saat itu. Aku punya perasaan bahwa Dara ini mengada-ada. Sebenarnya tuh dia rindu aja sama aku. Cuma bawa nama-nama adiknya.

"Iyaa, kemarin ada paket saat ultah. Terus ngiranya tuh paket dari kamu. Padahal bukan kan?"

"Bukan sii"

"Nahkann"

HAHAHA pasti dia sedang merasa dirindukan oleh ku. Padahalkan, dia sendiri yang rindu kepadaku.

18 Oktober 2022, Dara bingung dengan masa depannya. Dia risau. Dia takut. Dia ragu. Dia.... cukup. Tidak perlu ditambahkan lagi. Saking tidak tahunya dia, akhirnya Dara membagikan cerita kepadaku. Ada banyak hal yang diceritakan, seperti nilai di sekolahnya bagaimana, banyak teman-teman yang lebih pintar darinya, nanti mau kuliahnya di mana, ambil jurusan apa, bahkan sampai minta motivasi kepadaku. Padahal, aku saja tidak tau cara memotivasinya bagaimana. Aku tidak pandai dalam hal itu. Tetapii, tetap aku berikan pendapatku terkait apa yang sedang dialami oleh Dara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Michel & Dara: Michel's Point of ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang