Aku merasa digantung pada hubungan ini. Dulu, aku pernah mengutarakan kepada dara untuk pertama kalinya, dan ditolak. Aku masih ingin berteman dengan dara. Jadi, aku tetap menghargai pilihan dara. Tidak mau memaksakan kehendak Dara untuk menjadi pacarku. Karena mungkin saat itu, Dara belum siap menerima aku dan memilih untuk berteman saja.
Beberapa bulan kemudian, aku kembali mengutarakan hati lagi. Apakah diterima? Ya! Betul sekali, ditolak. Lagi, lagi, dan lagi. Dara menolak aku ke 2x nya dengan alasan dia mau berteman aja tanpa melibatkan perasaan. Oke! Aku sangat menghargai itu. Aku akan membuat hubungan aku dan dara tanpa perasaan.
Setelah beberapa hari, minggu, bulan berlalu, aku tidak dapat membuang perasaanku sejauh-jauhnya. Aku dan perasaan hanya ingin tetap dengan dara. Aku menyukai Dara. Aku menyayangi Dara. Aku mencintai Dara.
1 juli 2019. Aku mengutarakan perasaanku kepada dara. Aku sudah tidak bisa menahan perasaan yang menggebu-gebu ini. Jika ditolak lagi, aku sangat menerima itu. Karena ya memang akunya yang bodoh. Sudah 2x menembak Dara, tetapi 2x juga ditolak.
Kalian pasti tau hasilnya kan?
Nah! Aku diterima oleh Dara untuk menjadi pacarku. Aku sangat bahagia hari itu. Aku tidak tau mau berkata apa lagi kepada Dara selain berterima kasih mau menerima aku. Hari itu, mungkin aku menjadi orang yang paling bahagia di Dunia hahaha.
Berhari-hari telah dilalui, dara memintaku untuk bertemu.
"Michel, aku pingin ketemu, pingin jalan, pingin main." Ajak Dara
"M maaf yaa, aku belum bisa raa."
"Kenapa?"
"Aku setiap hari minggu ada kegiatan lain raa"
"Yahh... yaudah deh, kapan-kapan"
"Maaf yaa"
3 minggu kemudian, dia mengajakku jogging di alun-alun.
"Michel, jogging ayo"
"Kapan? Mau dimana?"
"Ya besok minggu, di alun-alun aja."
"Yahh, besok aku ada organisasi. Kan kalau minggu ada kegiatan terus raa. Jadi masih sibuk, belum bisa ketemu."
"Ihhh, gimana si kamu. Bebasnya kapan?"
"Sabtu deh raa. Kalau sabtu aku bebas"
"Eh, jangan sabtu. Aku ada organisasi juga kalau sabtu."
"Yahh, kapan-kapan lagi dehh, beneran aku belum bisa ketemu kamu."
"Hmmm.... Iya deh."
2,5 bulan sejak awal pacaran, aku dan dara belum pernah bertemu sekalipun. Gila kan? Aku yang menyia-nyiakan dara. Aku yang salah karena ngga menyempatkan waktu buat dara. Dara ngga salah.
Aku dan dara hanya telponan / video call / cuma chating aja. Dan hubungannya monoton banget. Ngga ada apa-apanya dibanding sebelum pacaran. Karena meskipun dulu di sekolah jarang ngobrol, setidaknya aku dan dara saling bertemu. Bukan seperti sekarang ini, tidak pernah bertemu.
2 minggu kurang hubungan aku dan dara bertahan monoton seperti itu. Akhirnya dara yang meminta putus dengan ku. Sekali lagi, memang itu salahku. Aku tidak mengerti dara. Aku terlalu sibuk dengan urusanku. Aku egois.
Aku dan dara hanya bertahan pacaran selama 3 bulan saja. Waktu yang singkat, dan tidak ada kenang-kenangan. Tidak ada yang spesial. Hampa.
Aku sempat kepikiran bahwa Dara menjalin hubungan dekat lagi dengan Andara Adi. Karena mereka satu sekolah di tingkat SMAnya. Sebelumnya aku juga khawatir dengan kejadian tersebut, karena dapat mengganggu hubungan baik ku dengan dara.
Jadi, aku menerima keputusan Dara untuk mau putus dengan ku karena alasan hubungannya monoton. Mungkin juga hal itu karena dia berada di sekolah yang sama dengan Andara Adi. Dannnn, aku hanya bisa mengiyakan karena memang baiknya mungkin seperti itu. Toh juga aku akan merelakan Dara dengan Andara Adi untuk dekat lagi. Aku tak ingin menggangggu hubungan mereka. Yaa, itu cuma opini ku saat dara memutuskan ku. Entah dengan Dara. Mungkin tidak sependapat dengan opiniku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Michel & Dara: Michel's Point of View
Roman d'amourSeorang lelaki bernama Michel Asraf Pratama yang bertemu dengan Natasha Dwi Dara, wanita di sekolahnya yang mampu membuat ia merasakan perasaan baru dan menggebu-gebu tentang cinta kala itu. Michel harus benar-benar bisa mengerti bagaimana seorang N...