8

705 52 0
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜...

"𝙆𝙖𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙠𝙞𝙩𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙙𝙖 𝙠𝙚𝙗𝙖𝙝𝙖𝙜𝙞𝙖𝙖𝙣, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙠𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙙𝙞 𝙖𝙠𝙪 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙪𝙝𝙠𝙖𝙣"

_𝙋𝙝𝙪𝙬𝙞𝙣_

.
.
.

Ceklek

𝘗𝘭𝘢𝘬𝘬𝘬

"Akhhh!"

Limpung tubuhnya jatuh tersungkur kala tamparan keras itu dengan sengaja di layangkan pada pipi mulusnya.

"DARI MANA SAJA KAMU HAH?!"

"SENGAJA KELUYURAN SAMPAI MALAM BIAR BISA LEPAS DARI TANGGUNG JAWAB LAGI"

"KENAPA NGGAK JADI JALANG AJA SEKALIAN DI LUAR SANA? BIAR PULANG TENGAH MALAM DAPAT UANG, TERUS BISA NGASIH DUIT. INI UDAH JADI BEBAN BERTINGKAH PULA, NGGAK TAU DIRI KAMU MEMANG"

"Maafin Phuwin tante" meski perih mengiris masih sempat ia pinta maaf dari tantenya.

"MAAF MAAF, KAMU FIKIR DENGAN MINTA MAAF SEMUA KERJAAN DI RUMAH INI BAKALAN SELESAI SEKARANG?"

"Phuwin akan beresin semuanya sekarang tan" lirih dan bergetar suara itu menandakan ada takut yang berusaha di sembunyikan.

"YA SUDAH SANA"

Buru-buru Phuwin berdiri untuk pergi dari hadapan tantenya sebelum suara sang tante kembali terdengar.

"TAPI INGAT, KARENA KAMU SUDAH PULANG TERLAMBAT KAMU TIDAK BOLEH MAKAN APAPUN MALAM INI" setelah mengatakan itu Yuli langsung pergi dari sana.

Phuwin berjalan memasuki area dapur, tangan kecilnya mengusap pelan air mata yang sudah berjatuhan di pipinya. Phuwin melihat tumpukan piring di wastafel tanpa menunggu lama segera ia hampiri kemudian mencuci piring tersebut sambil sesekali mengelap air matanya yang tak berhenti mengalir.

Phuwin terus menangis karena sesak di dadanya yang tak bisa ia ungkapkan, kenapa tantenya begitu tega padanya? Mengatai dirinya jalang dan merendah dirinya begitu saja.

𝘗𝘳𝘢𝘯𝘨𝘨𝘨

Piring yang sedang Phuwin cuci terjatuh ke lantai dan pecah, Phuwin terkejut karena kelalaiannya menyebabkan piring tersebut jatuh dan pecah.

"APA YANG KAMU LAKUKAN PHUWIN?"

Yuli menghampiri Phuwin dan melihat piring pecah berserakan di lantai, tanpa basa basi Yuli langsung menjewer telinga Phuwin dengan kuat.

"DASAR TIDAK BERGUNA, APA YANG KAMU LAKUKAN HAH?!"

𝘗𝘭𝘢𝘬𝘬𝘬 𝘗𝘭𝘢𝘬𝘬𝘬 𝘗𝘭𝘢𝘬𝘬𝘬

Tiga tamparan kuat mendarat di pipi kanan dan kiri Phuwin hingga membuat pipi yang semula mulus itu kini memar, tak kuasa menahan tangis kini Phuwin menumpahkan tangisannya.

Cinta KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang