12

910 65 6
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜...

𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙙𝙪𝙡𝙪𝙝 𝙖𝙠𝙪𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖.

.
.
.

Meringkuk tubuh kecilnya di pojokan kamar menahan sesak yang menghantam dadanya, sengaja ia nonaktifkan ponselnya setelah mengabaikan dering itu cukup lama, biarlah nanti ia mencari alasan lain pada Pond, karena saat ini ia benar-benar tidak bisa menjawab panggilan itu.

"M-maafin a-aku ka-k" ia sempatkan untuk mengucap maaf pada sosok yang selalu memberinya hangat meski berkali-kali juga sesak kembali menggantikan hangatnya.

Seperti saat ini Phuwin kembali menangis pilu di pojokan kamarnya karena lelah akan makian tiap hari, ia lelah di pandang hina, lelah hidup di batasi seperti ini, ia ingin terbang bebas seperti manusia lainnya namun entah kenapa semesta belum berpihak padanya meski ia sudah sangat kelelahan.

Semakin bergetar tubuh kecilnya saat mengingat memori pahitnya selama tinggal di rumah ini, bagaimana tidak wajarnya perlakuan itu di dapatnya, bagaimana kasarnya perlakuan itu menyerang tubuhnya, bagaimana sadisnya perkataan itu menyerang mentalnya.

Phuwin lelah, ingin segera pulang ke tempat aman namun tempat itu masih belum memungkinkan, hingga ia harus bersabar lebih lama.

"K-ka-kak" hanya ada satu titik aman yang di ingatnya, titik dimana ia selalu di anggap, selalu di perhatikan dengan lembut, selalu di manja tanpa di minta dan di sayang tanpa pernah mengemis rasa.

.
.
.


Tepat ketika bumi kembali menampakkan sinarnya memberi perintah kepada penduduk bumi untuk kembali beraktivitas seperti biasanya, namun meskipun begitu bumi tidak menuntut semua orang untuk mengikuti alurnya bumi juga akan berbaik hati pada penghuninya yang sedang tidak baik-baik saja seperti Phuwin saat ini.

Phuwin merasa seluruh tubuhnya dingin saat ini, setelah lelah menangis semalaman hingga tertidur dan saat bangun Phuwin sudah merasakan hawa dingin di tubuhnya.

Untungnya ujian sekolah sudah selesai kemarin, dan sekarang tinggal cllasmeet sehingga tidak wajib ada di area sekolah, meskipun begitu bukan berarti tidak wajib juga baginya untuk mengemasi satu rumah mengingat kewajibannya yang selalu menjadi mala petaka kala dirinya lupa.

Dengan segenap tenaga ia bangkit untuk kemudian melakukan kegiatannya setiap hari meski ada sakit yang tengah menggerogoti kepalanya dan siap menjatuhkan limpung tubuhnya begitu saja, pucat wajahnya kentara menggambarkan seperti apa kondisinya namun yang berkuasa di dalam rumah tentu tak tergoya oleh pucat rupanya.

"Hei! Mayat hidup, jangan lupa siram tanaman di teras depan" ucapan itu jelas bernada perintah tanpa ingin di bantah.

"I-iya tan"

Betapa menyedihkan tampangnya juga suaranya yang kian melemah, hingga satu persatu pekerjaan mampu di selesaikannya.

Setelah selesai dengan pekerjaan rumahnya si manis malang itu kembali memasuki kamarnya untuk kemudian berbaring di atas kasur menunggu sembuh   akan kondisinya.

Phuwin mengambil ponselnya yang terletak di nakas samping tempat tidurnya, ponsel itu tidak menyalah meski tombolnya sudah di tekan oleh pemiliknya, ya ponsel itu juga butuh daya sepertinya namun yang terlanjur berbaring terlalu malas untuk beranjak hingga ponsel itu di biarkan tergeletak tanpa daya.

Cinta KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang