sisipan : the best will

227 29 4
                                    

*sisipan dibuat untuk melengkapi beberapa cerita aja. Gak masuk alur juga kadang-kadang.

Happy reading!
Sorry for typo!
•••

Langit semakin gelap, bahkan cahaya bulan dan bintang yang biasa menghiasi malam menghilang. Semua begitu sunyi. Hanya ada suara hembusan angin malam yang membuat rambut seorang anak laki-laki bermata hazel yang kini tengah duduk di ayunan taman itu bergerak seirama.

Wildan meremat secarik kertas yang sempat Bu Wanda berikan tadi. Matanya memejam dengan setitik demi setitik air mengalir dari ekor matanya.

Malam ini ia mengetahui fakta yang sungguh membuat hatinya seperti ditusuk pisau bertubi-tubi. Sakit, satu kata yang dapat mengungkapkan perasaan Wildan saat ini.

Wildan tak pernah meminta banyak pada tuhan. Bukan harta, bukan sehat, juga bukan selamat dunia. Wildan hanya meminta agar ia segera dipertemukan dengan Ibu kandungnya sesuai dengan apa yang Bu Wanda sering katakan pada Wildan sejak kecil.

Wildan memukul-mukul dadanya yang sesak dan mengusak kasar rambutnya. Ia mengingat semua ucapan Bu Wanda selama ini, dari sejak ia kecil hingga tumbuh sebesar ini.

"Bu? Apa benar Wildan punya orang tua?"

"Tentu sayang. Seorang anak bisa lahir dari kasih sayang orang tuanya"

"Terus kenapa Wildan dibuang kalau lahir dari kasih sayang? Apa benar ya kata anak-anak kampung sebelah kalau aku ini anak yang gak diharapkan?"

"Hey siapa bilang? Gak ada hal seperti itu! Wildan tidak dibuang. Semua anak disini tidak dibuang. Dan gak ada yang namanya anak tak diharapkan"

"Terus kenapa Wildan gak tinggal sama Ayah Ibu, Wildan? Kenapa mereka bawa Wildan kesini?"

"Kamu mau tau kenapa kamu bisa ada disini sayang?"

"Iya"

"Dulu tuh ada wanita cantik seperti bidadari yang datang memberi Wildan ke Ibu. Dia minta ibu jaga Wildan sampai dia kembali. Dia titipin Wildan ke Ibu Wanda disini"

"Apa wanita cantik itu Ibu Wildan?"

"Hu'um... Wildan mau menunggu?"

"Jadi Wildan tidak dibuang?"

"Tidak! Semua itu tidak benar. Maka dari itu Wildan harus jadi anak pintar dan buat Ibu bangga biar Ibu cepat datang"

Sejak kecil Wildan memegang ucapan itu. Ia selalu berusaha menjadi anak yang pintar dan bahkan tak jarang sampai memforsir dirinya sendiri untuk belajar. Ia bahkan tak pernah absen beribadah dan berdoa pada Tuhan agar segera bertemu dengan Ibu.

Selama 14 tahun hidupnya Wildan hanya tau Ayah Zack yang Bu Wanda bilang adalah Ayah kandungnya. Tapi masih ada banyak pertanyaan dalam pikirannya. Jika memang Ayah Zack adalah ayah kandungnya. Lantas mengapa ia harus hidup di panti asuhan? Lalu ibu pergi kemana? Kenapa Wildan tidak dirawat oleh Ayah saja?

Tumbuh dan terus berkembang, kehidupan Wildan penuh dengan ambisi untuk segera bertemu Ibu. Mengharapkan kehadiran Ibu hingga ia sampai sebesar ini. Bahkan setiap harinya Wildan selalu bertanya pada Bu Wanda.

Are We Brother's ? - [boynextdoor]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang