Happy reading!
Sorry for typo!
🚫 harsh word
•••Rio sudah kembali dari mengambil P3K. Ia menghampiri Wildan dan Tian yang sudah ada di sofa. Duduk disamping Wildan dan meletakkan kotak P3K itu di meja.
"Lo! Senterin sini!" Titah Rio tapi Tian malah diem aja.
"Heh! Gak denger Lo?" Ucap Rio sambil nendang kaki Tian yang duduk di kursi single.
"Apa sih? Lo gak minta tolong ya gue ogah" Balas Tian tak kalah datar.
"Aelahh ribet Lo anying!" Gerutu Rio.
Rio pun terus menghela napas lelah dan tersenyum seperti psikopat. "Tian, tolong senterin ini, BURUAN!"
Setelah itu Tian tersenyum dan langsung bergerak memegang Flash HPnya untuk diarahkan menuju tangan Wildan. Sedangkan Rio mencoba meraih pecahan gelas kaca yang menusuk tangan Wildan.
"Tahan ya.. agak sakit ini kayanya" Ujar Rio.
Dari cahaya remang-remang dapat Rio rasakan kalau Wildan lagi meringis kesakitan. Cuma kenapa ini anaknya cuma desas desis aja padahal tangannya udah gemetar begini. Coba itu Jio, udah pasti kaya cacing tanah kena garem, mana pasti mulutnya gak bisa diem.
"Kalau sakit teriak aja gapapa. Kecil-kecil gini kalo kena tangan perih. Jangan ditahan, kalau mau nangis ya nangis aja jangan malu" Ucap Rio yang masih mencoba meraih kaca beling di tangan Wildan.
Wildan cuma ngangguk-ngangguk aja denger ucapan Rio. Kalau mau nangis mah sebenarnya Wildan juga mau nangis. Tapi dia gak berani berisik. Padahal mah itu matanya udah merah berkaca-kaca.
"A-akhh... Kakak sakit"
"Tahan yaa... Sedikit lagi"
Sumpah, disana Tian agak shock dikit. Rio yang tadi bicara sama dia ketus banget kaya habis makan cabe rawit se-truck. Pas sama Wildan tiba-tiba halus kalem begini. Mana telaten gitu pas ngobatin tangan Wildan. Seketika hal itu sedikit mematahkan branding orang paling emosian dari Tian.
"Sstt.. kacanya nakal ya? Udah gak usah nangis. Buang aja gelasnya nanti" Ujar Rio menenangkan Wildan yang dapat ia rasakan sedang terisak-isak sambil tangannya telaten membalut jari-jari Wildan dengan plaster.
"H-hiks"
Wildan biasanya tidak akan secengeng ini. Tapi entah kenapa bersama kakak-kakaknya disini Wildan merasakan hal yang berbeda. Jika di panti ia menjadi anak sulung yang harus bisa mandiri dan membantu adik-adiknya yang lain, di sini ia menjadi anak paling kecil yang selalu dibantu dan dijaga oleh kakak-kakaknya yang lain. Mungkin sebab itu..
"Sakit banget? Aduhh lain kali hati-hati yaa" Seru seseorang tiba-tiba yang tak lain tak bukan adalah Syahdan. Laki-laki 18 tahun itu sudah kembali dari acara bersih-bersih beling bekas pecah tadi.
"Belum ada seminggu, masa iya udah ada korban begini?" Sahut Tian.
"Emang suka bawa sial perintahnya si Zack. Gue pernah sama Jio hampir modar masuk jurang gara-gara dia suruh" Cerca Rio yang membuat Tian serta Syahdan memperhatikannya.
"Kok?"
"Katanya sih biar kita akur. Dia nyuruh gue sama Jio anterin berkas dia keluar kota yang lewatnya hutan belantara. Terus tiba-tiba kita di cegat orang gak dikenal yang ternyata suruhan dia. Emang iya sih kita jadi saling bantu, tapi motor yang Jio bawa sama gue sampe masuk jurang. Untungnya gue sama begajulan satu itu bisa raih dahan pohon buat pegangan "
Mendengar cerita Rio tadi sungguh membuat bulu kuduk Syahdan dan Tian merinding. Sebar-bar itu kah bapak mereka. Pengalaman cerita seperti ini sungguh membuat mereka yang jauh dari Zakaria kaget sekaget-kagetnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Brother's ? - [boynextdoor]
Hayran Kurgu[boynextdoor brotherhood story ft. zico] • • Kita saudara, kita punya keturunan darah yang sama walaupun dalam rahim yang berbeda. Terus kenapa kita harus saling benci? Saudara tidak selalu tentang darah daging kan? Tentang 6 remaja laki-laki yang...