Happy reading!
Sorry for typo!
🚫Harsh word
•••Hari berlalu menuju hari berikutnya. Sekarang jam masih menunjukkan pukul setengah 3 pagi. Syahdan si sulung kini sudah bangun dari tidurnya. Merenggangkan badannya dan mulai bangun sambil menggaruk perutnya yang tak gatal. Diam dulu sebentar untuk mengumpulkan nyawanya dan melihat adik-adiknya yang masih tidur nyenyak dengan berbagai posisi itu.
Bertanya mengapa Syahdan bangun sepagi ini? Iya, anak itu mau melaksanakan tugasnya sebagai umat Islam. Iya, sholat tahajud. Kemarin malam Syahdan cukup merasa bersalah karena melewatkan sholat di sepertiga malam itu soalnya dia kelelahan dan bangun terlalu siang. Bahkan Syahdan sampai melewati sholat wajib Subuh karena sibuk mengurus adik-adiknya yang heboh nyari seragam, kaos kaki, rebutan kamar mandi dan sebagainya.
Walaupun Syahdan masih sering gak sengaja ngumpat, tapi Syahdan habis itu pasti langsung istighfar. Begini-begini Syahdan anak Soleh.
Selesai mengumpulkan nyawanya, Syahdan bergerak menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan wudhu sekalian. Mau mandi tapi udara terlalu dingin sebab hujan lebat semalam.
Selesai bebersih dan wudhu, Syahdan mengambil peci hitam dan sajadah miliknya yang ia bawa dari rumah Ibuk. Lalu mulai bersiap menghadap arah kiblat yang ia cari pakai aplikasi kemarin. Sekarang mari biarkan Syahdan menjalankan tugasnya dengan khusyuk.
Meninggalkan Syahdan yang tengah beribadah, disisi lain Rio terbangun setelah mendengar bunyi wastafel yang menyala. Dia emang bangun, tapi dia cuma diem aja natap semua perbuatan Syahdan sambil bersandar pada headboard ranjang.
"Assalamu'alaikum warahmatullah.."
Rio terus menatap apa yang sedang dilakukan Syahdan. Hatinya sedikit tersentuh melihat Syahdan yang sedang berdoa pada Tuhan, terlihat begitu sejuk dan tenang. Apa benar ya dekat dengan Tuhan akan membuat hati tenang?
Asyik melamun, Rio sedikit terkejut pas Syahdan negur dirinya. "Ri? Udah bangun?"
Rio sedikit terkesiap dan langsung mengalihkan atensinya pada Syahdan yang kini berjalan menuju kasurnya. "Udah melek begini masih nanya Lo" ucap Rio dengan suara serak khas bangun tidur.
"Masih pagi buta, gak baik sensi gitu" Kata Syahdan yang lagi melipat sajadahnya.
"Bukan urusan Lo juga"
"Iya deh terserah. Lo gak sholat?"
"Gak tau"
Syahdan terkesiap. "Maksudnya?"
"Ya gak tau"
"Hah? Sorry... Emangnya... Papa Lo..."
"Ngajarin?" Syahdan mengangguk menanggapi.
Rio pun menyunggingkan senyumnya. "Hhh... Mau berharap apa sama dia? Jangankan ngajarin sholat, gue jalan aja yang nuntun pembantu"
"Tapi pernah sih belajar ngaji pas kecil sama Mbak Jum. Habis itu gue gak ngelanjutin sejak mulai kelas 4 SD" Sambungnya.
"Kenapa gak lanjut?" Tanya Syahdan.
"Mbak Jum pulang kampung karena ibunya meninggal. Baru balik setelah 100 hariannya, terus gue sama Jio udah sibuk les jadi ya gitu dehh.. Mbak Jum kayanya juga gak berani ganggu waktu kita berdua" Syahdan mengangguk menanggapi ucapan Rio. Terus keheningan mulai menyelimuti mereka lagi, mereka menyelami pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Syahdan menyeletuk.
"Mau gue ajarin gak?"
"Hmm?"
Rio menaikkan sebelah alisnya kala mendengar ucapan Syahdan. Siapa sih yang gak mau mendekatkan diri ke Tuhan? Beribadah dan menjalankan segala perintah Tuhan Yang Maha Esa lalu mendapatkan pahala? Tentu mau! Sama halnya Rio. Tapi Rio takut... Ahh tidak! Malu mungkin..
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Brother's ? - [boynextdoor]
Fanfiction[boynextdoor brotherhood story ft. zico] • • Kita saudara, kita punya keturunan darah yang sama walaupun dalam rahim yang berbeda. Terus kenapa kita harus saling benci? Saudara tidak selalu tentang darah daging kan? Tentang 6 remaja laki-laki yang...