21. Kepergian

85 7 5
                                    

"Ada hati yang mati akan segala rasa. Namun ada jiwa yang penuh akan lukanya."
.
.
.
.
⚔️⚔️

Dendam itu nyata, bagian dari rasa marah manusia. Egois, dengki, rasa iri. Segalanya, bentuk rasa sakit yang menjadi kematian bagi orang lain dan diri sendiri.

Jiwa yang penuh dendam, hati nya membeku. Mata mereka menjadi buta, dunia seolah tidak ada untuknya. Dia, membenci semuanya.

"Malam ini, kita habisi dia. Sesuai informasi yang kita dapat. Semuanya nyebar ke lokasi yang kemungkinan dia lewat."

Kumpulan pemuda dengan wajah urakan. Remaja bebas yang begitu liar. Mereka seperti gengster kecil yang meresahkan.

Atas komando dari ketua, semuanya membubarkan diri. Menuju lokasi yang telah di tunjukkan. Beberapa tempat untuk menyergap musuh mereka. Target malam ini yang harus di dapatkan.

"Enggak sekalian dia?"

"Kita beresin Skia dulu."

⚔️⚔️

Mobil yang di kendarai oleh Ali melaju dengan kencang. Beruntung ini sudah begitu malam. Membuat jalanan menjadi cukup sepi.

"Mereka masih ada disana," ujar Leo menerima informasi dari anak buahnya.

Mereka tidak akan bertindak, kali ini mereka sendiri yang akan turun langsung. Ingin tau dari mana orang yang menyerang rumah mereka.

Decitan rem mobil terdengar nyaring saat Ali menekannya dengan kuat. Mobil berbelok cepat masuk dan berhenti tepat di depan rumah.

Segera mereka bersama keluar dengan pandangan waspada. Leo dan Axel siap dengan pistol mereka jika ada serangan dadakan. Sedangkan Ali dan Kiki di belakang tanpa membawa apapun.

Mereka heran karena area luar rumah nampak baik-baik saja. Bahkan tidak ada satupun kaca yang pecah. Lampu yang menyala seperti yang mereka tinggalkan.

"Di dalam, hati-hati." Leo memimpin jalan.

Bersama Axel, dia mendobrak pintu rumah begitu saja. Berguna agar memancing musuh mereka keluar. Namun, yang mereka lihat adalah ruang tamu yang kosong. Rapi, tanpa ada orang yang datang.

Tidak menurunkan kewaspadaan, mereka berjalan bersama menuju ruang keluarga. Namun baru sampai di depan pintu, mereka di kejutkan akan ke kacauan yang besar.

Beberapa orang dengan pakaian hitam tergelak. Entah mereka pingsan atau sudah tidak bernyawa. Karena banyak sekali darah berceceran di lantai. Juga keadaan benar-benar kacau.

Satu hal yang paling mengejutkan, dua sosok yang berdiri saling berhadapan. Satu pemuda yang menghadap mereka adalah Darka. Sedangkan satu sosok yang menunggungi, mereka tidak tau siapa.

Akan tetapi, dari pakaian yang dia kenakan. Tudung jaket sebagai penutup kepala, tas biru tua dengan gambar bunga. Juga satu benda yang begitu mengerikan.

Katana panjang yang kini berlumuran darah. Menetes mengotori lantai dengan tenang. Sosok itu tidak bergerak merasakan ancaman akan orang lain yang datang.

Darka sendiri pun bungkam, menatap kelam manik hitam dingin di depannya. Sosok yang mengenakan slayer hitam dengan motif batik dan bunga yang rumit.

Eléftheros || On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang