1. Kebebasan

401 14 5
                                    

"Indra mu, menjadi racun orang lain."
.
.
.
.
⚔️⚔️

Jangan mudah memutuskan apa yang belum benar terjadi. Apa yang kamu katakan, menjadi pedang mematikan bagi orang lain. Apa yang kamu dengar belum tentu benar saat di lihat.

Ingat, fitnah lebih kejam dari pembunuhan.

Sosok dengan manik coklat gelapnya. Wajah tampan yang kini penuh akan luka lebam. Netranya terpejam erat dengan bibir merintih. Nafasnya terdengar berderu kacau.

Tubuhnya terbaring tidak berdaya di tanah kotor dengan ilalang yang menutupi. Burung hantu mengepakkan sayapnya. Bersuara dengan mata tajam menatap sosok tersebut.

"Darka!?"

"Ka, Lo di mana!?"

Terdengar seruan beberapa orang. Bersama bunyi ilalang yang terus disibak kasar. Maniknya terbuka perlahan. Menatap dahan pohon yang disinari bulan.

"Uhuk.." dia tidak mampu bersuara. Hanya terbatuk karena sesak. Bersyukur menjadi sumber akan mereka tau posisinya.

Sorot cahaya putih dari ponsel berdatangan kearahnya. Dia menajamkan matanya kembali.

"Darka!" Seseorang melompat cepat melewati ilalang.

Empat orang pemuda yang kini mengelilingi tubuhnya. Satu orang yang nampak menatap khawatir di balik wajah yang dingin.

"Ayo kita bawa ke rumah dulu."

Atas kalimat tersebut dua orang membawanya. Tubuhnya jelas tidak ringan, tapi kedua orang itu cukup kuat.

Satu orang memimpin jalan membawa senter. Satu orang di belakang menyinari. Mereka bergerak keluar dari hutan cepat. Beruntung lokasinya tidak jauh dari jalan besar tempat mereka meletakkan kendaraan.

Mobil hitam yang terparkir rapi keluar dari badan jalan. Mereka segera membawanya masuk. Cepat melaju pergi dari tempat gelap tersebut. Sesaat mereka melewati motor spot yang hancur diujung jalan. Lokasi yang cukup jauh dari tempat ditemukan sosok tersebut.

"Bang.." sosoknya bersuara lirih. Kepalanya bersandar dipundak pemuda berwajah dingin itu dengan lemah.

"Hm?" Jawaban yang singkat.

"Jangan pulang.. huhh.." ia menghembuskan nafas barat. Tubuhnya terasa mati rasa. Dadanya begitu sesat dan perutnya begitu nyeri.

"Iya."

.
.
.

Rumah besar dengan dua lantai yang memiliki halaman luas. Mobil hitam itu langsung masuk kedalam garasi yang terdapat beberapa kendaraan roda dua. Mereka segera keluar, sosoknya kembali dibawa oleh dua orang untuk masuk. Menuju lantai dua tempat kamarnya berada.


Dia seolah diambang gelapnya. Membiarkan seseorang mengganti bajunya. Sudah cukup menyakitkan, ditambah luka di tubuhnya.

"Apa perlu memanggil dokter?" Salah satu bertanya.

"Enggak." Sosok berwajah dingin itu menjawab. Dia membersihkan beberapa area luka dengan diam.

Eléftheros || On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang