2. Bukan sebuah ilusi

206 11 2
                                    

"Dunia mu nyata, bahkan mimpi mu."
.
.
.
.
⚔️⚔️

Mimpi mu itu nyata, jika kamu mau dan mampu mengejarnya. Berusaha lah sebaiknya, jangan bertumpu pada apa yang terbaik. Tuhan adil dan tidak pernah tidur.

"Bolos kuy? Males upacara."

Namun, sebisa mungkin menjauh lah dari setan yang akan menghambat langkah mu menuju mimpi.

"Ali, jangan-"

"Shutt.. lagian udah telat Ki. Udah Lo ngikut aja."

Saiton yang begitu erat menempel pada cahaya terang. Memberikan sisi gelap untuk orang lain.

Leo tertawa ringan melihat Kiki dibekap mulutnya oleh Ali. Lalu diarik paksa keluar dari rumah menuju garasi.

Tidak salah memang. Ini sudah siang, bahkan upacara mungkin sudah setengah jalan. Sampai sekolah pun mereka tetap telat.

Darka hanya mengangguk setuju mengikuti langkah Ali dan Kiki. Mereka lalu naik ke kendaraan masing-masing.

Tiga motor sport. Biru milik Leo, merah milik Axel, lalu hitam milik Darka. Satu kendaraan yang paling berbeda. Motor dengan desain terbaru. X-adv 750 berwarna hitam.

Motor yang paling berbeda adalah milik Ali dan Kiki. Keduanya akan selalu bersama dengan motor matic. Alasannya karena terlalu malas dengan motor manual.

Dengan formasi lengkap mereka melaju membelah jalanan. Karena sudah terlambat mereka langsung menuju gerbang belakang agar tidak mendapatkan hukuman. Lolos dengan mudah bersama upacara telah selesai. Mereka masuk ke dalam kelas bersama.

12 MIPA 1

Yah, ini tahun terakhir mereka di sekolah ini. Bahkan kini sudah memasuki semester genap. Mereka sedang gencar dan sibuk akan ujian-ujian. Menentukan langkah baru setelah selesai di fase ini.

"Lo mau lanjut kemana, Ki?"

Pemuda berwajah arab itu menoleh kebelakang. Tepat ada Leo dan Axel yang duduk. Mereka duduk sebaris. Dengan Ali dan Kiki berada paling depan dan Darka sendirian paling belakang.

"Belum ke pikiran." Kiki menjawab tenang. Melirik sejenak pada Axel yang sudah damai dalam mimpi.

Ali yang turun menoleh kebelakang pun balik bertanya pada Leo, "Lo mau kemana?"

"Gua ngikut Axel," balasannya dengan senyum tipis.

Ali membuang nafas jengah. Kiki hanya tersenyum maklum. Persahabatan keduanya yang terjadi sejak kecil membuat mereka tidak terpisahkan. Alasan Leo tetap di negara ini juga karena tak mau jauh dari Axel. Sama seperti dirinya dan Ali.

"Ka, Lo kemana?" Leo berbalik pada sang kegelapan. Menatap heran wajah dingin pemuda itu.

Ketiganya pun saling pandang untuk sesaat. Heran, padahal sebelum berangkat Darka nampak biasa saja. Dalam arti, dia memang datar tapi tidak begitu dingin seperti Axel.

Pemuda itu pun tak balas menatap. Hanya menggeleng dan fokus pada luar jendela. Entah apa yang dia lihat.

Wajah tanpa yang kini terdapat beberapa luka lebam. Sudut bibirnya pun masih ada darah mengering. Dengan plaster di dagunya.

Eléftheros || On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang