Dahi Lisbeth berkerut ketika dia merapikan gaun pengantin yang dikenakan gadis di hadapannya. Butiknya baru dibuka, klien ini istimewa karena ini klien calon pengantin pertamanya. Lisbeth mencoba membaca reaksi dari sang gadis yang sedang mematut diri di hadapan cermin besar. Tubuh gadis itu terbalut gaun duchess satin dengan aksen pita organza di bagian depan. Di pinggangnya ada lipatan-lipatan draping miring yang memberi kesan anggun seperti dewi Yunani.
"Bagus?" tanya Lisbeth harap-harap cemas. Dia berusaha mengartikulasikan setiap suku kata sejelas mungkin supaya suaranya bisa dimengerti.
Dari cermin, sang calon pengantin memberinya seuntai senyum lebar dan dua jempol. Pundak Lisbeth otomatis rileks.
"Ini bagus sekali! Aku suka!" Lisbeth membaca gerakan bibir dari gadis di depannya. Dengan puas Lisbeth menuntun kliennya ke tempat ibunda dan calon mertua yang sudah menunggu mereka.
Ini pengepasan pertama untuk calon pengantin perdananya!
Lisbeth mengerahkan semua kemampuannya untuk merancang gaun pengantin ini. Berminggu-minggu dia membuat desain seperti permintaan calon pengantinnya. Selera mereka senada, classy elegant. Kliennya langsung jatuh hati dengan beberapa usulan Lisbeth, akhirnya disepakati untuk gaun pengantin yang menonjolkan siluet tubuh dan draping tanpa terlalu banyak payet bling-bling.
Banyak orang mengira gaun berpayet atau berenda-renda susah dibuat. Bagi Lisbeth justru sebaliknya. Jika membuat sedikit kesalahan pada gaun berenda-renda atau berpayet lebih mudah menutupinya. Misal dengan memberikan tambahan taburan Swarovski atau hiasan lain. Namun, gaun silk duchess satin polos yang dibentuk dengan teknik draping membutuhkan teknik dan ketelitian tinggi dan pemilihan bahan yang bagus supaya gaun terlihat elegan dan tidak murahan.
Lisbeth menghabiskan waktu untuk membanding-bandingkan aneka kain, membuat draping di boneka jahit lalu memindahkannya ke pola. Semua proses Lisbeth dokumentasikan lewat video dan gambar lalu dia kirimkan ke kliennya.
Sembari menuntun sang calon pengantin, Lisbeth berdoa terus dalam hati supaya kedua mama juga akan suka dengan gaun rancangannya.
Jemari Lisbeth menyibakkan kain yang memisahkan ruang pengepasan dengan ruang tunggu, sontak kedua perempuan paruh baya melihat ke arah mereka. Jantung Lisbeth berdebar kencang seraya diam-diam mempelajari raut muka kedua mama di depannya.
Mata adalah sarana utama Lisbeth mempelajari dunia. Sedari kecil, dia bergantung pada intuisi dan matanya untuk membaca raut-raut wajah di sekitarnya. Membaca gerak bibir, sorot mata, pergerakan alis untuk menebak apa yang dikomunikasikan orang-orang.
Ada orang yang bibirnya membentuk kata bagus, tetapi sorot matanya langsung berpaling ke objek lain. Ada wajah-wajah yang tersenyum, tetapi matanya dingin.
Dari kecil, Lisbeth belajar bahwa apa yang dikatakan orang tak selalu sama dengan yang benar-benar dirasakan. Banyak orang bersembunyi di balik kata. Banyak orang memakai topeng sandiwara.
Sayang yang Lisbeth lihat kali ini baik perkataan maupun raut wajah sama.
"Jelek!" Alis ibu bersasak ikut naik turun bersamaan dengan kedua tangannya. Kepala ibu itu menggeleng tegas berulang kali. Bibir berlipstik merah darah bergerak dengan rentetan kecepatan luar biasa sehingga Lisbeth agak kewalahan membacanya.
"Masak polos begitu? Gaun apa ini? Murahan! Bagusan gaun di Tanah Abang!"
Jantung Lisbeth hampir berhenti berdetak. Si ibu bersasak tinggi berjalan ke arahnya. Dengan raut kesal, ibu itu menarik napas lalu membuka mulutnya lebar-lebar.
"PES-TA-NYA DI HO-TEL. HOOOO-TEELLL! TA-MU-NYA BANYAK. HOO-TEELL BEE-SAARR." Kedua tangan ibu bersasak membuat lingkaran. "BEESAARR!"
Di saat biasa, Lisbeth hanya tersenyum sopan ketika orang berbicara dengannya seolah dirinya anak TK. Kali ini, Lisbeth terlalu takut untuk bergerak. Dia hanya mematung sembari berulang kali menelan ludah.
YOU ARE READING
Dunia Lisbeth
RomanceBagi Lisbeth, laki-laki dengar hanya akan membuatnya patah hati. Berkaca dari kegagalan percintaan di antara orang Tuli dan orang dengar yang ia lihat, Lisbeth bertekad hanya sudi membuka hati untuk pria Tuli. Lagi pula, dia sibuk mengejar mimpi mem...