Scene IV : Life as SODA

113 25 2
                                    

Livi menatap kamera dengan wajah serius. Dia duduk dengan tegak di sofa kulit.

Livi : Gue tumbuh besar sebagai SODA Siblings of Deaf Adult, gue sudah terbiasa dengan lingkungan Tuli hingga gue menganggap itu sebagai sesuatu hal yang biasa. Suatu kali, teman sebangku gue di SMA, main ke rumah gue. Namanya anak SMA, gue biasa curhat-curhat sama dia. Liona bawel, suka ngebanyol tapi kadang kagak lucu, trus dia suka nyomot lauk di piring gue. Annoying banget. Lisbeth enggak suka kalau gue pinjem baju dia terus jadi lecek, atau gue pinjem majalah Fashion dia terus ketekuk dikit. Padahal cuma dikit banget!

Gue juga cerita. Lisbeth pernah ngambek, kunci pintu kamar sampai bikin nyokap gue parno trus pintu Lisbeth dibobol dan kagak dikasih kunci. You know those stuff that siblings does to each other.

Di rumah, dia ketemu sama Lisbeth dan Liona. Ketika masuk ke kamar gue, temen gue tiba-tiba tanya. "Adik-adik lo ... kagak bisa denger?" Gue jawab dengan santai, "Oh gue belum pernah cerita ya?" Temen gue shock berat."

Tertawa kecil.

Livi : Gue bingung dong. Kenapa dia sampai kaget. Dia cerita kalau impresi dia tentang Lisbeth, Lisbeth cantik, tapi manja, sukanya baju-baju bagus. Kalau Liona rakus, sporty, main basket sampai kulitnya hitam. Di bayangan temen gue, Lisbeth dan Liona itu remaja normal. Dia tidak menyangka mereka Tuli because I didn't treat them like they cannot do anything.

Jeda

Livi : Bagi gue ... Tuli bukan satu-satunya identitas adik-adik gue! Deaf is just a part of their identity. Deaf it's not their ONLY IDENTITY! Tuli tidak berarti mereka enggak bisa apa-apa. Terus terang gue benci banget deh ketika ada orang begitu tahu Lisbeth, Liona Tuli trus mereka raut wajahnya berubah jadi kayak kasian banget gitu. Kayak hidup adik-adik gue menderita banget gitu. Ga gitu juga kali!

Livi memutar bola matanya.

Livi : They're having fun with their lives! Mereka punya hobi, mereka punya sahabat, mereka jalan-jalan ke mal, shopping baju diskonan. Gue juga enggak suka kalau mereka trus memperlakukan adik-adik gue kayak orang penyakitan. Biasa aja kali! Sebel gue.

Oh, terus banyak lagi orang dikit-dikit terharu lihat Tuli. "Wah hebat yah mereka bisa sapu lantai!" Helloww? Tentu saja mereka bisa nyapu, kan nyapu pakai mata, tangan sama kaki. Kagak usah lebay, dikit-dikit Tuli dibilang menginspirasi lah, bikin terharu lah, hanya karena mereka bisa masak, jahit, make-up. Yah jelas bisa lah! Memang jahit pakai kuping? (nada suara Livi sewot dan tinggi)

Livi menatap tajam ke kamera.

Livi : STOP BILANG, KASIHAN YA MEREKA TULI! 

Dunia LisbethWhere stories live. Discover now