Moanna tanpa sengaja menjatuhkan sebuah foto masa SMA-nya, sebuah gambar yang penuh dengan kenangan. Di dalamnya, terlihat ia bersama lima sahabatnya—Dareen, Beno, Abe, Daffa dan Andini—berdiri berdekatan, dengan senyuman yang tulus menghiasi wajah mereka. Moanna memungut foto itu perlahan, menyadari betapa jauh jarak mereka kini.
Air mata mulai menggenang di mata Moanna. Melihat sahabatnya di masa itu, terutama Dareen dan Beno. Ingatannya kembali pada saat Dareen selalu ada untuknya, terutama saat hujan turun. Gadis itu teringat momen ketika ia terjebak dalam hujan deras, basah kuyup dan menggigil. Namun, Dareen selalu muncul, entah dari mana, membawa payung yang melindunginya dari dingin dan derasnya air hujan. Dareen tidak pernah mengeluh, selalu ada dengan senyumnya yang tenang, meskipun dirinya basah oleh hujan karena lebih memilih melindungi Moanna. Kehangatan Dareen adalah satu-satunya yang membuat Moanna merasa aman, seolah hujan bukanlah masalah besar.
Moanna juga mengingat Beno, sosok sahabat yang menyayanginya seperti adik kecil. Beno selalu bersikap protektif dan perhatian, seperti seorang kakak. Salah satu kenangan yang melekat kuat di ingatan Moanna adalah saat Beno dengan sabar mengajarinya bersepeda ketika mereka masih kecil. Betapa seringnya Moanna terjatuh dari sepeda, tapi Beno selalu ada di sampingnya, memastikan ia baik-baik saja. Dengan tawa khasnya, Beno mengatakan, "jatuh itu biasa, Moanna, yang penting harus bisa untuk bangun lagi." Kata-kata itu membuatnya merasa aman dan yakin, sehingga Moanna terus mencoba hingga akhirnya bisa mengayuh sepeda dengan lancar. Kenangan itu kini terasa manis dan pahit sekaligus, mengingat Beno sudah tiada. Perasaan rindu yang dalam mengalir di dadanya, menyadari betapa besar peran Beno dalam hidupnya, bukan hanya sebagai sahabat, tapi juga sebagai sosok kakak yang tidak tergantikan.
Moanna, yang saat itu sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba tersadar dari lamunan tentang masa lalu. Gadis itu menghela napas panjang, menyadari betapa jauh pikirannya telah mengembara. Kenangan akan Dareen dan Beno, sahabat-sahabat yang pernah menjadi bagian penting hidupnya, begitu kuat.
Ia menatap layar di hadapannya, mencoba kembali fokus. Moanna bekerja sebagai Peneliti Muda di salah satu kampus terbaik, jauh dari kota tempat tinggal Dareen. Meskipun kariernya sedang berkembang, ada bagian dari dirinya yang merasa kosong. Ia sengaja memutuskan komunikasi dengan Dareen, berusaha keras untuk menghilangkan perasaan yang selalu menghantuinya. Setiap kali pikiran tentang Dareen muncul, Moanna berusaha mengalihkan perhatian dengan tenggelam dalam pekerjaannya.
Di tempat kerja Moanna, ada seorang dosen bernama Angga, yang memiliki selisih usia tujuh tahun lebih tua darinya. Angga adalah sosok dosen idola di kampus, dikenal karena kecerdasannya dan cara mengajarnya yang menarik. Selama satu tahun terakhir, Angga menyimpan perasaan yang dalam untuk Moanna, meskipun ia belum berani mengungkapkannya.
Angga selalu siap membantu, memberi bimbingan dalam penelitian, dan menginspirasi Moanna. Angga sering memperhatikan Moanna. Meskipun ia ingin mendekat, Angga juga menghormati ruang yang dimiliki Moanna. Dalam hatinya, ia berharap suatu saat Moanna bisa melihatnya bukan hanya sebagai dosen, tetapi juga sebagai seseorang yang bisa menjadi pendukung di sampingnya.
Moanna menghampiri Angga, bertekad untuk membahas penelitian selanjutnya. Ia merasa nyaman dengan Angga, yang selalu mendukung dan memberikan ide-ide segar.
"Selamat pagi, Pak Angga," sapa Moanna dengan senyum.
"Pagi, Moanna. Ada lagi yang ingin kamu diskusikan hari ini?" Angga menjawab.
Angga, dengan postur tinggi dan tubuh proporsional. Kulitnya putih bersih, memberi kesan segar dan sehat. Rambutnya terawat dengan baik, jatuh rapi di pelipisnya, menambah daya tariknya. Matanya cokelat, penuh kehangatan dan kedalaman, terlihat cerah dan penuh semangat. Ia mengenakan kacamata yang memberi kesan cerdas dan stylish, menonjolkan fitur wajahnya yang tampan. Saat ia tersenyum, dua lesung pipi muncul di kedua sisi wajahnya, membuat senyumnya semakin menawan dan menambah pesonanya. Aroma wangi yang menyenangkan selalu mengikutinya, menciptakan kesan yang menawan bagi siapa saja yang berinteraksi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Pekan Ini (Selesai)
Teen FictionMoanna menyimpan sebuah rahasia yang bahkan tidak berani ia ungkapkan pada orang yang paling ia cintai. Rahasia yang perlahan-lahan mengikis kehidupannya, membuat Moanna terpaksa menjauh dari orang-orang terdekat, termasuk para sahabatnya. Mereka ti...