15

15 10 0
                                    

Gengsi hanya akan membuat mu menyesal.

____Alasya Putri____

Selamat membaca📖

"Gengsi di gedein, nyesal mampus."

Ia tak habis pikir dengan sikap cowo itu, kenapa bisa-bisanya ngomong kek tadi padahal mereka bukan siapa-siapa. Pas ditanya malah diam, trus pergi gitu aja seakan ga punya salah sama sekali, dan sekarang ia malah ditinggalin.

Emang sing paling benar tu ia ga usah keluar rumah, tapi ga juga sih orang kalo di rumah, paling cuma di kamar doang. Keluar? Ada kok, pas pen jajan, sekolah, atau sekedar ingin menghirup udara segar. Ia kan tinggal di kota mana bisa bebas ngehirup udara segar? Ga kek di desa atau pemukiman yang terdapat banyak tanaman hijau.
Kata siapa? buktinya sekarang aja ia lagi ngehirup udah segar. Setelah dari rooftop tadi bukannya ke kelas tapi malah pergi ke taman, bukannya belajar ini malah ngeliatin bunga yang tengah bermekaran di taman belakang sekolahnya. Padahal ia tak memiliki banyak waktu untuk belajar karna hari senin sudah Ujian Tengah Semester (UTS), apa pedulinya akan hal itu.

"Padahalkan senin gue dah ujian, tapi kok bisa-bisanya ya gue masih bolos?" monolognya. "Mana novel gue ketinggalan dikelas lagi."

Karna gabut ia hanya menghitung bunga-bunga yang sudah mekar dan sesekali mengambil foto, bukan  dirinya melainkan bunga dan langitlah yang ia foto. Gabut sekali memang sampe-sampe daun yang berguguran pun ia hitung.

Disaat bersamaan seseorang juga mengambil gambarnya dan terkekeh dengan tingkah lakunya, setelah mendapatkan beberapa foto orang tersebut menghampirinya.

"Gabut bangat ya lo, sampe ngitungin daun jatuh."

"Ck, ngagetin aeee lo!" decaknya.

"Kalo mau bolos seengganya ngajak lah." dengusnya.

Seumur-umur ia tak pernah berteman dengan orang seperti Gravi, seharusnya ngingatin temannya ke jalan yang baik, ini malah pengen diajak nge-bolos. Dasar pemalas!

"Aneh lo, bolos pen diajak giliran belajar malah ogah-ogahan." sindir Alasya.

"Ga belajar juga gue dah jago." sombongnya.

"Jago apaan? Jago bolos? Hahaha," pecah sudah tawa Alasya. "Lo emang jago bolos sih."

"Ck, sialan lo." decaknya.

"Santay aja kali," ujar Alasya. "Dibawa kemana lo tadi?"

"Biasa, rooftop."

"Dia ngomong apaan?"

"Kepo lo."

"Orang gue khawatir malah dikira kepo,," kesalnya.

'Agak laen emang ni cewe di dekatin malah ngejauh, di cuekin malah makin cuek, di khawatirin malah dikira kepo, hadehhh dasar kutu buku.' Pikirnya.

Itu lah yang menjadi daya tarik tersendiri dari Alasya, ada yang mengatakannya introvert namun ada juga yang mengatakan bahkan memanggilnya si Kutu Buku. Itu tak masalah baginya.

"Sya lo punya masa lalu?" tanya Gravi.

Ia memang tau banyak tentang Alasya dari neneknya tapi baginya itu saja tidak cukup, karna setiap orang pasti memiliki rahasia tersendiri termasuk dirinya.

"Punya, banyak malahan." bukan itu yang ia maksud, tapi seseorang yang dianggapnya spesial.

"Yang gue maksud bukan itu Alasya,," geramnya.

"Ohhh, ga ada sih."

"Yakin lo? Trus cowo tadi siapa?"

"Gini ya vi, gue ga pernah yang namanya dekat sama cowo dan tadi tu cuma orang asing," akunya. "Paham kan lo!"

AlasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang