Typo tandai
Selamat membaca📖
"Makan dulu nih, ntar lanjut bacanya," gadis itu tak pernah bosan membaca novel yang sama berulang kali.
"Thanks," ia menaruh novelnya dan mulai memakan batagor yang dibawakan oleh teman sebangkunya.
"Hmm, lo ga bosan apa baca buku itu mulu?"
"Ga lah, ibaratnya tu sama kek lo suka ke seseorang, pasti lo ga bakalan bosan ngeliat dia mulu." terangnya.
Ga salah ni anak ngomong panjang kali lebar? Biasanya juga diam doang kalo ditanya? Herannya tapi di satu sisi ia juga senang karna gadis itu mau berbicara dengannya. Ini saja sudah membuatnya senang apalagi jika ia bisa lebih dekat dengan gadis disampingnya.
"Ya pasti gua gak bakalan busan lah."
"Nah benar bangat, makanya gue selalu baca novel karna ini hobi gue." tanpa sadar ia malah memberi tau lawan bicaranya perihal privasinya sendiri.
Akhirnya lo sendiri yang ngasih tau gue tentang privasi lo, batinnya.
Mereka kembali memakan makan yang sempat terabaikan. Kali ini Alasya lah yang mengantarkan mangkok kosong itu ke kantin, karna tadi Gravi ingin ke toilet. Walaupun enggan dia tetap membawanya dari pada harus menunggu temannya datang, keburu bel bunyi nantinya.
"Ck, rese bangat si tu orang!" kesalnya.
Sampainya di kantin ia malah bertemu dengan orang yang sangat dihindarinya. Bukannya takut hanya saja ia malas jika harus mendebatkan hal tak penting, waktunya begitu berharga jadi tak pantas bila terbuang sia-sia.
"Mang ini mangkoknya ya" segera ia letakkan pada meja di depannya dan langsung kembali ke kelasnya, tanpa menghiraukan sapaan Angga.
"Baik non" sahutnya.
"Mang kok tadi saya ga liat dia mesan batagor?" tanya Angga.
Aneh bukankah dari awal ia sampai di kantin bersama kedua temannya, sama sekali tak melihat Alasya disana apalagi memesan batagor, dan kanapa gadis itu malah mengantarkan dua mangkok kosong pada mang asep? Ia tak salah lihat bukan?
Karna penasaran ia langsung menanyakan hal itu pada mang asep selaku penjual.
"Mang kapan Alasya mesannya?"
"Itu, tadi yang mesan bukan non Alasya tapi temannya den,," jelas mang asep.
"Teman? Bukannya Alasya ga ada teman ya mang?"
Sejak kapan gadis itu punya teman? bukankah ia introvet? Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya mengenai Alasya si introvet.
"Ehh, maksud saya teh teman barunya den." Imbuhnya.
"Anak baru yang masuk kemaren?" tanyanya lagi dan lagi.
"Ahhh, iya den,," ia baru ingat bahwa selama ini Alasya tak mempunyai teman disekolah.
Setelah mang asep menjawab pertanyaannya ia pergi dari sana tanpa bicara sepatah kata pun. Bahkan kedua temannya tak ia hiraukan.
"Anjirrr, kita malah ditinggalin" decak Afdal yang melihat temannya pergi.
"Punya kaki kan? Ya udah gunain." Sahut temannya lula pergi dari sana.
"Heran gue punya teman kulkas semua?" tanya Afdal pada dirinya sendiri, kemudian pergi menyusul teman-temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alasya
Teen FictionSeorang gadis yang dibesarkan di keluarga cemara, mendapatkan kasih sayang penuh dari semua anggota keluarganya kini perlahan terasingkan Semua itu berawal semenjak kakeknya meninggal dan ia semaking asing dikeluarga setelah kepergian sang bibi yang...