02

42 23 4
                                    

Typo tandai!

Selamat membaca📖

"Woiii minggir kita mau lewat" teriak Afdal.

"Lewat ya lewat aja siii" ujar Sya swot.

"Ya tapi lo ngehalangin jalan kita" ucap Afdal lagi.

"Lo ga butakan?" Tanya Sya.

"Kita ga buta lah" ucap Zaidan.

"Nah berarti lo tau kan kalo ni gerbang luas jadi lo tinggal minggir apa susahnya sih" Sya kini mulai emosi dan ia yakin pasti setelah ini temannya akan menelfon dan memarahinya karna tak kunjung membalas chatnya.

"Kalo gue ga mau emang kenapa?" tanya Angga dengan wajah datar.

"Nyusahin bangat si lo" ucap Sya ketus lalu minggir kesamping, kebetulan saat ia menoleh ke depan ternyata supirnya sudah sampai dan Sya langsung masuk mobil tanpa sepatah kata pun.

Sementara di sisi Angga, ia hanya diam melihat mobil yang menjemput Sya mulai menjauh "menarik" kata Angga dalam hati, tanpa ia sadari kini Zaidan dan Afdal melihat nya yang tenggah tersenyum.

"Widihhhh si bos keknya lagi jatuh cinta ni?" tanya Afdal pada Zaidan, tapi matanya melirik Angga yang kini mulai merubah mimik wajah nya dan menatap tajam pada Afdal sambil pergi.

"Hehehehe maaf bos, lagian lo si bos ga biasanya senyum-senyum kek tadi liatin cewe" kata Afdal sambil nyengir.

"Mampus lo" ucap Zaidan lalu ia pun meninggalkan Afdal.

"Woooiii anjirr lo gue malah ditinggal" teriak Afdal, ia langsung pergi menyusul Angga dan Zaidan.

Di sisi sya

Ia kini tengah tertidur di mobilnya, mood nya hancur karna ia baru saja di ceramahi oleh taman nya hanya karna ia telat membalas chat dari temannya itu.

Sesampai nya mobil Sya di depan rumah supirnya langsung membangunkannya.

"Non bangun kita sudah sampai" kata supir Sya.

"Huaaaam makasi pak" Sya sambil mengucek matanya dan keluar dari mobil.

Sya berjalan dengan malas kedalam rumah.

"Assalamualaikum" salam Sya

"Waalaikumsalam non" jawab bi Wati

"Kok sepi bi?" tanya Sya

"Ibuk sama bapak lagi keluar non, kalo non Fasila belum pulang non" ucap bi Wati.

"Ya udah bi aku ke kamar dulu" Sya lalu pergi ke kamarnya dan Sya langsung melemparkan tas nya ke king sizenya dan menuju kamar mandi.

Setelah sya selesai mandi ia duduk di meja belajarnya, niat awal ingin menulis diary malah tak jadi karna heandphonenya berdering, Sya bangkit mengambil heandphone yang ia letakan di nakas samping king sizenya lalu melihat siapa yang menelpon.

"Papa" guman Sya lalu menyerngitkan alisnya.

"Kenapa pa?" tanya Sya setelah menggangkat telpon papanya.

"Papa sama mama akan pergi ke tempat nenek jadi bersiap siaplah sebentar lagi papa sampai rumah"

"Kan aku besok sekolah pa" Sya sangat ingin pergi kesana tapi ia sekolah.

"Nanti papa yang bakalan izinin kamu ke kepala sekolah"

"Oke pa" Sya mematikan telpon sepihak dan mulai bersiap, karna ini merupakan kesempatan bagi nya untuk bertemu dengan temannya.

Sekitar 15 menit Sya bersiap siap, terdengar suara klason mobil lalu ia bergegas turun kebawah karna kamarnya berada di lantai dua dan di lantai satu hanya ada tiga kamar tamu dan kamar asisten rumah tangga.

Sesampainya Sya di bawah, ia melihat Fasila kakaknya itu sudah ada di sana bersama orang tuanya.

"Sudah semuakan?" tanya papa.

"Sudah pa" jawab semuanya, setelahnya mereka semua masuk ke mobil yang kendarai oleh sang papa dan mama di sampingnya, sedangkan dibelakang Sya duduk bersama kakaknya.

Sebenarnya Fasila tidak mengacuhkan adeknya itu, tapi ia hanya malas berdebat dengan mama nya, karna mama nya tak suka jika ia dekat dengan Sya. Entah kenapa mamanya tak menyukai hal itu setiap kali Sila bertanya mamanya itu hanya diam.

Karna perjalanan yang cukup jauh membuat mereka bosan, Yuna mama Sya dan Sila memutuskan untuk tidur, ini adalah kesempatan bagi Sila untuk bisa dekat dan bersikap layak nya seorang kakak pada Alasya karna selama ini ia selalu dilarang oleh mamanya untuk dekat dengan adeknya itu.

"Dek" panggil Sila pada Sya yang sedang fokus pada novelnya.

"Hmmm" jawab Sya tanpa menoleh pada nya.

"Kakak minta maaf ya, karna selama ini kakak selalu cuek dan dingin ke kamu itu semua bukan kemauan kakak dek, tapi mama yang selalu ngelarang kakak untuk bersikap hangat pada mu." Sila merasa bersalah karna ia tak bisa berbuat apa-apa, ketika adek nya di marahi dan di hukum oleh mamanya.

"Aku tau kok jadi bersikaplah seperti biasa takut nya nanti mama bangun dan memarahimu" kata yang Sya lontarkan membuat Sila bungkam, awlanya Sila mengira bahwa ia akan mendapatkan maaf dari adeknya, tapi Sya bersikap tak peduli padanya sedangkan papanya hanya diam dan fokus mengemudi.

Skip

Kini mereka telah sampai di rumah nenek, papa Sya menyalami tangan sang ibu dan diikuti oleh yang lain, seketika sikap mama Sya sangat lembut dan ramah pada nya, percayalah saat ini Yuna hanya sandiwara ia tidak ingin berdebat dengan mertuanya karna ia tau mertuanya ini sangat menyayangi si bungsu.

"Sya kamu pasti cape kan sekarang kamu langsung ke kamar aja ya nak" pinta Yuna pada anaknya.

"Iya ma" ucap Sya lalu pergi ke kamarnya yang sudah disiapkan oleh nenek nya.

Sampainya Sya di kamar, ia langsung mengunci pintu dan mendudukan dirinya di atas tempat tidurnya.

Kini air matanya jatuh tanpa ia minta sakit dan kecewa itu lah yang saat ini Sya rasakan, mengapa mamanya harus bersandiwara seperti itu di depan neneknya tidak bisa kah ia juga bersikap lembut ketika mereka jauh dari neneknya? Sya juga ingin merasakan kasih sayang dari seorang ibu dan sekalinya ia mendapatkan itu semua hanya sandiwara.

Jujur rasa nya Sya ingin sekali menanyakan apakah ia memang anak kandung dari Yuna dan Asraf atau bukan?
Tapi setiap kali ia ingin menanyakan itu pada mereka lidah nya terasa kelu.

Karna lelah menangis ia malah tertidur, Sya bangun dari tidurnya, ternyata hari sudah gelap ia bangun dan menuju balkon kamarnya, Sya menatap langit yang di hiasi bintang "andai bibi dan kakek masih disini, mungkin aku masih bisa tersenyum dan tertawa tanpa harus menyembunyikan rasa sakit ini dan menangis dalam pelukan kalian" ujar Sya dalam hati, kini lagi dan lagi air matanya jatuh, ia saat ini sangat merindukan kakek dan bibinya.

Saat Sya kembali ke kamarnya, ia kaget karna kehadiran sang nenek sedetik kemudian Sya menetralkan raut wajahnya dan menghapus sisa air matanya lalu ia tersenyum pada nenek nya.

"Nenek" Sya langsung memeluk neneknya.

"Iya, kenapa wajah mu merah apa jangan-jangan kamu habis nangis?" tanya neneknya, ia langsung menggelengkan kepalanya dan melepaskan pelukannya.

"Kamu lagi ada masalah ya?" tanya nenek sekali lagi.

"Engga kok nek, sya cuma lagi kangen kakek sama bibi." ucapnya sambil duduk di tempat tidurnya.

"Kamu ga lagi bohong kan?" tanya nenek.

"Engga nek" ucap Sya meyakinkan neneknya.

"Iya deh, kalo gitu kamu tidur ya,," ujar nenek sambil menyelimuti tubuh Sya sampai dada.

"Oh iya nek sya besok pergi main sama saskya ya" ucap Sya meminta izin.

"Iya, tapi jangan kemalaman pulangnya,," jawab sang nenek lalu keluar dan menutup pintu kamar Sya.

Setelah kepergian neneknya ia langsung tidur.

Jangan lupa vote dan komen

Next ga ni?

AlasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang