17

11 7 0
                                    

Ternyata kau yang ku anggap rumah, malah menjadi luka terbesarku dan kini kau tertawa bersama temanku, tanpa rasa bersalah sedikit pun.

___Oktavia___

Selamat membaca📖

"Dasar anak durhaka, dibangunin malah ngebentak." dengus suara yang berasal dari pintu kamarnya.

Tunggu? Sejak kapan pintu kamarnya terbuka? Bukankah semalam ia telah menguncinya dan kenapa bangun-bangun pintu itu sudah terbuka lebar?

Ia tersenyum hambar, mendengar kata-kata itu, dari mulut orang yang selama ini mengabaikannya.

"Waw, ini fenomena langka bukan? Orang yang selama ini bersikap tak peduli pada saya, sekarang malah berada didepan pintu kamar saya sepagi ini." sindirnya pada orang yang tadi mengatainya.

"Pagi kau bilang? Ini sudah jam sepuluh, bangun!" orang itu berteriak dengan wajah yang memerah karena marah.

Gadis itu tersentak, kaget mendengar kata "jam sepuluh" segera ia bangkit dan bergesas mandi. Hanya butuh waktu 15 menit untuknya bersiap-siap, setelahnya ia pergi tanpa bicara sepatah kata pun pada orang rumah. Karena cuaca yang cukup terik, mengharuskannya mengendarai mobil untuk pergi ke perpustakaan kota.

Ia pergi tanpa memikirkan kemungkinan yang akan dihadapinya. Sesampainya disana, tempat itu sudah ramai dengan pengunjung. Untung ia membawa masker ditasnya, jadi tak perlu repot-repot menghindar dari kerumunan. Langsung saja dirinya masuk dan memilih buku fiksi yang akan dibacanya. Namun alur hidup tidak ada satu pun manusia yang tahu, buktinya sekarang, didepannya malah berdiri orang yang sangat menyebalkan baginya. Tapi untunglah orang itu tak menyadari keberadaannya karena ia memakai masker.

Buku yang diinginkan sudah ketemu, tinggal mencari tempat duduk untuknya membaca lagi. Tempat yang ia mau adalah tempat dimana tak ada kebisingan dan hiruk pikuk apa pun. Tetapi... ini diperpus bukan kamarnya, meski dilarang berisik, tidak menutup kemungkinan untuk tak bersuara bukan? Setelah mengelilingi perpus akhirnya... ia menemukan tempat yang strategis baginya. Dipojok kiri perpus terdapat satu meja dan kursi persegi, seperti anak kecil yang mendapat cokelat, ia berlari dengan wajah gembira menuju meja tersebut.

Tenyata__ dia kalah cepat dari seseorang yang memakai hoodiie hitam, serta celana levis yang terdapat robekan dibagian lututnya. Tanpa perasaan bersalah cowo itu malah memintanya ikut duduk disebelahnya.

"Lagi nyari tempat duduk ya? Sini gabung aja gapapa kok." seru orang yang mengambil tempat nya.

Cowo itu sama sekali tak sadar, jika gadis yang diajaknya bicara adalah teman dari mantannya tiga tahun lalu. Ralat, mantan sahabat maksudnya.
'

Ck, si play boy ini rupanya.' senyuman penuh arti terpampang jelas diwajah gadis yang tengah berdiri didepannya, namun ia sama sekali tak menyadari hal itu. Karena tertutup oleh masker yang dikenakan lawan bicaranya.

'Sebentar lagi lo akan menuwai hasil, dari apa yang udah lo perbuat ke gue dan sahabat gue!' tekatnya dalam hati.

Ia pergi dari sana setelah mengembalikan buku yang tadi diambilnya. Orang yang telah menghancurkan persahabatannya tiga tahun lalu kini kembali, maka sudah saatnya pembalasan dendam itu akan dimulai.

Setibanya diparkiran, ia memperhatikan satu persatu mobil yang ada disana, hingga tatapannya berhenti di satu mobil bewarna silver. 'Ini dia,' ujarnya, lalu mendekat pada mobil dengan plat 1212 YH, yang sangat familiar baginya. Karna tak ingin membuat waktu, ia langsung saja menusuk ban mobil itu dengan paku, yang entah... dari mana didapatnya. 'Ini baru awal dari permainan' setelah menuliskan kata-kata itu serta menyelipkannya di kaca mobil yang ban depan dan belakangnya telah kempes, ia pergi dari sana dengan senyuman penuh arti.

AlasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang