Jangan dengar omongan mereka, tetaplah jadi diri sendiri.
---Gravi Narland---
Selamat membaca📖
Ia sengaja menutupi kaca jendela dengan bukunya agar tak mengganggu tidur gadis di sebelahnya.
Padahal bel masuk berbunyi masih dua menit lagi, tapi kelas sudah penuh dengan para siswi yang berdatangan. Bahkan bukan cuma teman sekelasnya saja tapi juga dari kelas lain hanya karna ingin tau siapa nama mubar yang masuk tadi pagi dan untung saja Alasya tengah tertidur, jika tidak sudah pasti ia akan menjadi topik ter hot disekolahnya. Mana mitos mengenai dirinya yang mengejar Angga, belum kelar masa iya harus dapat masalah lagi.
"Hai, boleh kenalan ga?"
"Nama kamu siapa?"
"Kamu udah ada pacar belum?"
"Nanti pulang aku nebeng sama kamu ya?" dan pertanyaan retoris lainnya, namun hanya satu pertanyaan yang di jawab olehnya.
"Gue Gravi" ia sangat bersyukur karna bel sudah berbunyi dan membuatnya terlepas dari segala pertanyaan unfaedah dari para siswi tadi.
"Ca bangun" Gravi membangunkannya karna guru sudah datang.
"Ca? Lo tau dari mana panggilan itu?" Itu adalah nama kecilnya yang di berikan oleh bibi dan kakeknya. Bahkan hanya nenek dan sahabatnya saja yang tau nama itu.
"Nanti gue kasih tau, sekarang bangun dulu gih"
"Ck, rese," decaknya, gravi terkekeh. "kebo."
"Gue dengar kali!"
Ia hanya diam dan fokus pada materi yang di berikan gurunya, malas jika harus merespon Alasya yang sedang bad mood. Mending diam dari pada harus debat nantinya.
Waktu begitu cepat berlalu tak terasa sekarang sudah jam pulang, sedangkan Alasya masih dengan tidur lelapnya tanpa terusik sedikit pun oleh hiruk pikuk siswa siswi yang mulai berhamburan keluar kelas.
"Ck, masih tidur aja ni anak."
"Bangun kebooooo!" teriaknya membangunkan Alasya.
"Berisik lo, sekarang jelasin kenapa lo bisa tau nama kecil gue." Pungkasnya.
"Gue tau dari nenek lo"
"Nenek? Gue ga percaya kalo nenek bisa segampang itu ngasih tau orang lain tentang gue apalagi orang asing." mana mungkin neneknya akan semudah itu menceritakan hal yang ia tak ingin orang lain tau, terlebih perihal masa kecilnya.
"Lo mau percaya atau ga terserah"
'Apa iya nenek sepercaya itu sama ni orang? Sampai-sampai nenek mau ngasih tau dia tentang sama kecil aku' larut dalam pikirannya sendiri membuatnya tak sadar jika perkarangan sekolah telah sepi.
"Ga mungkin nenek gue sepercaya itu ke lo!"
"Ya mungkinlah, buktinya gue tau nama kecil lo."
Jawaban yang didapat tak mengurangi rasa keponya, mau tak mau ia harus menanyakan secara langsung pada sang nenek. Ia bangkit dari duduknya dan bergegas menuju gerbang berharap supirnya sudah sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasya
Подростковая литератураHallo Semua Selamat Datang di Cerita Pertama ku Seorang gadis yang dibesarkan di keluarga cemara, mendapatkan kasih sayang penuh dari semua anggota keluarganya kini perlahan terasingkan Semua itu berawal semenjak kakeknya meninggal dan ia semaking a...