Ch. 11: Dilemma

486 101 7
                                    


Dahayu tampaknya terlalu meremehkan dirinya sendiri. Joshua tidak mengerti kenapa Dahayu bisa mengatakan bahwa dirinya adalah ibu yang buruk sedangkan kenyataannya tidak seperti itu. Setelah melihat secara langsung bagaimana Dahayu menenangkan Aruna dengan berbicara layaknya mereka orang dewasa dapat memberikan Joshua gambaran pola pengasuhan seperti apa yang Dahayu terapkan untuk anaknya. Dia memang belum memiliki anak, tetapi setelah melihat bagaimana kedua kakaknya membesarkan anak-anaknya, Joshua dapat dengan percaya diri menilai bahwa—sama seperti kedua kakaknya—Dahayu akan berhasil membesarkan Aruna dengan baik.

"Kenapa kamu harus sekeras itu, sih, sama dirimu sendiri, Yu?" gumam Joshua dengan pandangan yang tertuju pada halaman rumah Aksa yang dipenuhi beberapa anak kecil.

Joshua ingat bagaimana di awal-awal kepindahan ke Indonesia—ketika Dahayu masih berumur dua belas tahun—Dahayu sangat pendiam. Kala itu, Dahayu belum begitu fasih berbicara dengan Bahasa Indonesia. Jika dibandingkan dengan dirinya yang sejak kecil tinggal di Indonesia, jelas saja kemampuan berbahasa Dahayu sangat jauh di bawahnya.

Ada masanya dia berbicara dengan Dahayu menggunakan broken english semata-mata agar gadis itu bisa nyaman mengobrol dengannya. Mungkin melihat Joshua sering kebingungan dan bersusah payah, akhirnya Dahayu bersikeras untuk mengambil kursus bahasa, mengajak Joshua latihan berbicara setiap waktu, bertanya mengenai berbagai macam kosakata yang baru pertama kali dia dengar kemudian mencatatnya di buku kecil yang selalu gadis itu bawa ke mana-mana. Hanya dalam waktu dua bulan, Dahayu berubah seratus delapan puluh derajat. Gadis itu tidak lagi banyak berdiam diri ketika diajak berbicara—bahkan, di beberapa kesempatan, Dahayu akan lebih dulu mengajak orang lain berbicara.

Setiap memiliki target, Dahayu memang selalu berusaha keras untuk mencapainya.

Namun, yang sekarang ini, bukannya sudah melewati batas?

Joshua pernah mendengar dari kakak-kakaknya bahwa menjadi orang tua itu berarti setiap harinya akan selalu ada hal baru yang mereka pelajari seiring dengan pertumbuhan anak-anaknya. Mereka bilang, tidak akan ada orang yang akan berhasil dalam satu kali percobaan karena yang mereka hadapi adalah manusia—bukan project kantor yang bisa selesai ketika tenggat waktunya tiba. Segala hal yang berkaitan dengan anak—cara menghadapinya, memahaminya, menuntunnya, dan membesarkannya—tidak mengenal yang namanya tenggat waktu... dan Joshua tidak mengerti kenapa Dahayu harus sekeras itu pada dirinya sendiri.

Apakah ini salah satu yang baru dapat Joshua pahami nanti ketika dia memiliki anak?

Pusing dengan berbagai macam pemikiran yang muncul di benaknya, Joshua mengembuskan napas berat.

"Eh..." Telinganya memerah ketika bersitatap dengan Dahayu. Tidak hanya Dahayu, kini seorang gadis kecil yang menyerupai Dahayu juga turut menatapnya. Oh, those big eyes... and the yellow headband... Joshua seolah sedang menaiki mesin waktu kembali ke masa-masa remajanya—ketika Dahayu yang berumur dua belas tahun memakai bando dan jepitan warna-warni selalu meneriaki namanya dari luar pagar rumah setiap pagi untuk mengajaknya berangkat ke sekolah bersama.

Joshua berdeham pelan. Kedua tangannya mengepal erat karena dua perempuan yang kini melihatnya dengan lekat. Dengan berhati-hati, dia melangkah maju untuk menghampiri Aruna yang masih berada di gendongan Dahayu. "Hi, beautiful girl. What's your name?"

Alih-alih membalas sapaannya, Aruna justru menyembunyikan wajahnya di balik bahu Dahayu. Rengekan kecil yang terdengar membuat Dahayu mengusap punggung anaknya dengan lembut. "Om Joshua mau tahu nama kamu siapa, lho. Aruna nggak mau kasih tahu? Nggak mau kenalan sama Om Joshua?"

Masih sambil mengelus punggung anaknya, Dahayu membalikkan tubuh, agar Aruna yang bersembunyi di pundaknya itu bisa berhadapan dengan Joshua.

"Aruna..." jawab Aruna dengan malu-malu dan suara yang sangat pelan. Jejak-jejak air mata masih membasahi pipinya yang memerah. Gadis kecil itu mengayunkan kakinya dengan gelisah di dalam gendongan ibunya.

Heart of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang