Ch. 7: Best decision

908 123 11
                                    

Maaf banget ya aku baru bisa update lagi :)

*


"Yu, bukannya lebih baik kamu tinggal di sini aja dengan Mami dan Papi? Kalau kamu pindah ke Indonesia, siapa yang mau jagain Aruna? Pekerjaan kamu di sini gimana? Pekerjaan kamu setelah kamu pindah ke Indonesia? Dilihat dari berbagai sisi, lebih memungkinkan kalau kamu tetap tinggal di Australia." Mami masih berusaha membujuk ketika Dahayu sedang mengepak pakaiannya seperti orang kesetanan. "Dayu... Nak..."

Pertahanan Dahayu runtuh ketika Mami mencengkram pergelangan tangannya. Tubuhnya meluruh ke lantai. Dia berlutut di depan Mami, menjatuhkan keningnya di atas paha ibunya dengan air mata yang tiba-tiba mengalir deras.

"Maafin Dayu, ya, Mi... maaf karena Dayu selalu menyusahkan Mami dan Papi. Maaf, maaf, maaf," raung Dahayu, memeluk erat kedua kaki ibunya.

Sejak pertama kali mendapatkan email dari Raka tentang rehabilitasinya yang akan selesai dalam waktu tiga bulan ke depan, pikiran Dahayu sudah berkelana menyusuri berbagai kemungkinan. Kepalanya terlalu berisik, sibuk memikirkan jalan keluar terbaik untuknya dan Aruna.

Aruna... anaknya yang sekarang sudah berumur empat tahun. Pusat dunianya. Gadis kecilnya yang telah tumbuh besar dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginyadia, Mami, dan Papi. Meskipun tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah, Aruna tumbuh dengan baik dan sehat. Dahayu telah memikirkan alasan yang dapat dia berikan kepada Aruna seandainya anaknya itu bertanya-tanya mengenai kehadiran ayahnya tetapi sampai detik ini, Aruna tidak pernah bertanya padanya. Sampai detik ini juga, Dahayu belum memiliki keberanian untuk memulai pembicaraan itu dengan anaknya.

Mungkin nanti.

Ketika Aruna sudah tumbuh sedikit lebih besar dan dapat memahami alasannya dengan mudah. Untuk saat ini, Dahayu berharap bahwa Aruna tidak merasa dirinya berbeda dari anak-anak sepantarannya yang memiliki orang tua lengkap.

"Setelah rehabilitasinya selesai, hal pertama yang Raka lakukan pasti datang ke sini, Mi. Aku nggak bisa... aku nggak bisa ketemu dia lagi. Aku nggak mau Aruna ketemu dia. Aku bahkan nggak bisa menebak apa yang akan dia lakukan setelah dia lihat Aruna sudah tumbuh sebesar ini," raung Dahayu dengan isak tangis yang semakin kencang. Untungnya, Aruna sedang berenang di kolam renang belakang bersama Papi. Dahayu tidak perlu takut anaknya akan masuk ke dalam kamarnya tiba-tiba dan bertanya banyak hal. "Aku nggak akan bisa tenang kalau Aruna ketemu dia, Mi... aku nggak bisa membiarkan hal itu terjadi... nggak bisa."

"Mami dan Papi juga nggak mau dia ketemu Aruna tapi tinggal di sini lebih baik karena akan ada banyak orang yang mengawasi Aruna. Pindah ke Indonesia terlalu berisiko," ujar Mami. "Aruna juga sudah terbiasa tinggal di sini. Dengan cuacanya, orang-orangnya, dan bahasa sehari-sehari yang digunakan. Kalau kalian pindah ke Indonesia, kamu harus memikirkan gimana Aruna akan beradaptasi dan siapa yang bisa kamu percayai buat menjaga dia saat kamu kerja."

Dahayu sudah memikirkan semua itu. Dalam semalam, dia sudah memikirkan berbagai macam kemungkinan, solusi, dan masalah yang akan terjadi ke depannya. Namun, pindah ke Indonesia adalah pilihan yang tepat karena dia pernah berbicara pada Raka bahwa dia tidak ingin lagi kembali ke Indonesia ataupun berpikir untuk tinggal di sana lagi. Indonesia mungkin akan jadi tempat terakhir yang Raka duga akan menjadi pilihan Dahayu untuk kabur.

"Ada Pakde Brama, Mas Harsa, dan Mbak Kayla di sana." Dahayu menjelaskan di sela air mata yang tumpah membasahi pipinya. Setelah meraih keputusan, semalam dia langsung menghubungi kakak sepupunya itu untuk mengatur beberapa hal perihal kepindahannya ke Indonesia. "Aku sudah minta Mas Harsa untuk bantu carikan babysitter. Selama aku kerja, Aruna bisa aku titipkan di rumah Mas Harsa. Mbak Kayla nggak bekerja dan ada Ella di sana. Aruna bisa punya teman."

Heart of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang