Ch. 14: I want nobody gets hurt

550 81 7
                                    

Dahayu menarik troli sesampainya dia dan Aruna di supermarket. Aruna selalu bersemangat setiap ada agenda belanja bulanan ke supermarket. Tempat itu seperti playground untuknya.

"Hari ini kita mau bikin carrot cake. Aruna masih ingat bahan-bahan buat bikin carrot cake ada apa aja?" tanya Dahayu, berjongkok di depan anaknya.

"Carrot, of course!" sahut Aruna cepat. Aruna memang tidak menyukai sayur tetapi kalau itu berbentuk kue, dia tidak akan berpikir dua kali untuk menyantapnya. "Eggs, flour, baking soda, cinnamon, and vanilla extract. Oh, can we add nuts or raisins? Grandma likes the carrot cake with nuts and raisins in it."

"Bahasa Indonesia-nya carrot apa?" tanya Dahayu.

Aruna berpikir sebentar. "Wortel?"

"Iya, betul. Wortel. Waktu tinggal di Australia, Aruna pernah belanja wortel sama Ibu, kan? Ibu juga sudah pernah ajari cara pilih wortel yang bagus. Sekarang tugasnya Aruna buat pilih-pilih wortelnya." Dahayu merapikan rambut Aruna yang hari ini terikat satu. Di sisi kiri dan kanan rambutnya dihias oleh jepitan merah dengan gambar buah stroberi. "Setelah dapat wortelnya, baru kita cari telur, tepung, dan bahan-bahan lain. Termasuk kacang dan raisin."

Aruna menepuk dadanya yang membusung. "Aku bisa cari semua."

Dahayu mengulas senyum lantas mengelus puncak kepala Aruna. "Nggak boleh lari-lari, oke? Carinya pelan-pelan. Ingat, kita lagi nggak berlomba di sini. Bisa, sweetheart?"

"Bisa, Bu. I will behave." Aruna menjulurkan jari kelingkingnya. "Aku janji."

"Good." Dahayu mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kecil Aruna. "Off you go."

Dahayu mengikuti Aruna dari belakang sambil mendorong troli. Mereka melangkah menyusuri berbagai rak. Sesekali Aruna akan berhenti untuk bertanya tentang bahan makanan, sayur, atau buah yang tidak pernah dia lihat sebelumnya dan Dahayu selalu menjelaskan dengan sabar.

"Ini bagus." Aruna memilah tumpukan wortel yang ada di display, memasukkannya ke dalam plastik kiloan. Beberapa kali, saat tidak begitu yakin dengan penilaiannya, dia akan menengok ke Dahayu lalu bertanya, "Kalau yang ini?"

Setiap Dahayu menjawab, "Itu boleh." Aruna akan memasukkan wortel pilihannya ke plastik. Dia akan mencari wortel lain ketika Dahayu berkomentar, "Ada yang lain yang lebih bagus. Aruna cari lagi, ya?"

Beberapa pengunjung yang berada di sekitar mereka melemparkan pujian untuk Aruna. Perhatian yang hampir seluruhnya tertuju padanya sempat membuat Aruna mendekat ke arah Dahayu dan bersembunyi di balik tubuh ibunya. Namun, Dahayu selalu memiliki cara agar Aruna mendapatkan kembali kepercayaan dirinya yang menghilang sejak dia pindah ke Indonesia. Setelah berhasil memberikan pengertian pada Aruna untuk mengucapkan terima kasih kepada ibu-ibu yang memujinya, Dahayu membawa Aruna mencari bahan-bahan lain yang mereka butuhkan.

Ketika Aruna menyuarakan pertanyaan lain, kali ini Dahayu nyaris menjatuhkan sekilo tepung di tangannya. "Kalau Om Jojo dan Abang Attar suka carrot cake yang original atau yang ada tambahan nut and raisins?"

Dahayu termenung, kembali mengingat apa yang terjadi ketika mereka terakhir bertemu di Grand Indonesia.

Sudah beberapa hari berlalu sejak pertemuan itu. Dahayu tahu perilakunya yang pergi tanpa alasan dengan tergesa-gesa akan menambah pertanyaan yang kemungkinan tidak akan bisa dia jawab. Namun, di kala itu, instingnya memintanya untuk pergi. Ketika Joshua terlihat menahan amarah, pikirannya langsung berkelana ke masa bertahun-tahun lalu—saat dia masih terikat dalam pernikahan dengan Raka.

Setelah mendapatkan berbagai kekerasan dari Raka, dia selalu ingin berlari dan menghindar sejauh mungkin setiap melihat seseorang menahan emosi. Lebih parahnya lagi, akhir-akhir ini Dahayu sering merasa ketakutan tanpa sebab. Tidurnya tidak pernah lagi tenang. Selama dia bekerja di kantor, setiap setengah jam sekali, dia akan meminta Mbak Ti untuk mengirimkan foto Aruna tanpa sepengetahuan Mami. Sesi konseling dan terapi dengan psikiater yang akhir-akhir ini dia jalani kembali juga tidak banyak membantunya karena Raka masih menghantuinya dengan berbagai email setiap hari. Dahayu semakin ragu dia dapat sembuh dari traumanya.

Heart of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang