Sejak perkenalan resminya dengan Ajeng di lift, Dahayu bisa menghitung dengan jari berapa kali dia dan Ajeng mengobrol lebih dari lima belas menit dan tidak terkesan sekadar basa-basi. Tetangga unitnya itu memang nyaris setiap hari mengetuk pintu unitnya di pagi hari untuk membagikan sandwich tetapi Dahayu tidak pernah terlibat dalam pembicaraan yang lebih dari berterima kasih atas kebaikan Ajeng. Karena, bagi Dahayu, menjaga jarak dengan Joshua berarti menjaga jarak juga dengan orang-orang yang ada di hidup pria itu—termasuk Ajeng.
Namun, setelah pembicaraannya dengan Mami tadi, Dahayu tidak memiliki pilihan selain membagikan carrot cake with nut and raisins buatannya dengan Aruna ke tetangganya itu. Setelah semua kebaikan Ajeng dan kecemasan Mami yang begitu kentara, Dahayu mau tidak mau mengunjungi Ajeng. Tidak membutuhkan waktu yang lama sampai pintu unit apartemen Ajeng terbuka setelah Dahayu menekan bel.
"Dayu? Hai! Ada apa, nih? Tumben?" tanya Ajeng dengan alis yang bertautan.
Dahayu meringis kemudian mengangsurkan piring keramik di tangannya. "Aku habis bikin carrot cake lumayan banyak," ujarnya. "Di dalamnya ada kacangnya. Kamu nggak ada alergi kacang, kan?"
Ajeng mengerjapkan mata dengan lambat. "Oh, nggak ada," sahutnya, mengambil piring itu dari tangan Dahayu sambil mendorong pintu dengan punggungnya agar terbuka lebih lebar. "Masuk dulu. Aku lagi masak carbonara dan tenderloin steak. Mau coba?"
Sejujurnya, Dahayu ingin kembali ke unitnya. Pertemuannya dengan Mama Tara siang tadi membuat Dahayu enggan untuk berjauhan dengan Aruna. Takut jika ada seseorang yang berniat memisahkannya dengan anaknya. Namun, Mami barusan sudah berpesan padanya untuk menghabiskan waktu dengan Ajeng minimal setengah jam untuk menghilangkan penat.
"Boleh," timpal Dahayu seraya memasuki unit itu. Dia mengekori Ajeng seraya memperhatikan desain unit apartemen yang sangat tidak menggambarkan personality Ajeng. Berbanding terbalik dengan keceriaan wanita itu, desain apartemennya terlihat sangat maskulin karena didominasi warna putih dan hitam. "Desainnya bagus."
Ajeng menaruh carrot cake buatan Dahayu di meja makan sebelum berpindah ke dekat kompor. "Thanks," ujarnya dengan senyum simpul. "Anyway, kebetulan banget, ya? Aku masaknya kebanyakan dan sempat bingung gimana habisinnya. Untung kamu datang."
Dahayu mengulas senyum. Ajeng menata pasta ke dalam dua piring sedangkan tenderloin steak-nya dihidangkan dalam satu piring besar dengan tingkat kematangan medium well. Dahayu tidak bisa memungkiri perutnya mulai berbunyi dan rasa lapar menghampiri ketika mencium aroma masakan itu.
"Wine?" tanya Ajeng yang sudah berdiri di depan wine cooler. "Aku punya red wine dan white wine. Kalau kamu nggak suka wine, aku ada champagne dan—"
"Nggak usah," tolak Dahayu cepat. "Aku nggak minum dan... sorry, kalau kamu nggak nyaman aku bisa pulang aja tapi..." Dahayu mendadak gelisah. Permintaannya ini mungkin akan terdengar aneh tetapi dia akan mengambil risiko selama itu bisa menenangkan dirinya. "Apa boleh kalau kamu nggak minum alkohol juga?"
Ajeng menggaruk kepalanya. "Oke... kamu mau minum apa?"
"Air putih aja."
"Dingin?"
"Hangat."
"Weird combination but... yeah... okay, I will get it for you." Ajeng mengernyit. Dia menutup wine cooler yang berisi koleksi minuman beralkoholnya lalu menyuguhkan air putih hangat untuk Dahayu dan air putih dingin untuknya. "Selamat makan!"
Selama hidupnya, mungkin makan malam kali ini menjadi makan malam paling canggung yang pernah Dahayu alami. Terlepas dari nikmatnya masakan yang dibuat Ajeng, ada sedikit perasaan mengganjal yang mengganggu Dahayu karena Ajeng menatapnya terang-terangan dengan ekspresi penuh rasa penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart of Hearts
RomanceJoshua tahu masa lalu telah menciptakan jarak di antara hubungannya dan Dahayu yang semula sedekat nadi. Hanya kecewa yang masih membekas, amarah yang tersimpan menunggu untuk diluapkan, dan ribuan pertanyaan menggantung yang tersisa di antara merek...