Ch. 1: Time flies

1.3K 184 11
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya ଘ(੭ˊᵕˋ)੭* ੈ✩‧₊˚


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejak Joshua mengetahui Dahayu kembali beredar di sekitarnya dan menduduki kubikel di sayap kanan—area Sales and Marketing Department—Dahayu menjadi semakin terlihat di matanya. Walaupun Finance Accounting Department berada di sayap kiri, terletak jauh dari S&M, suara tawa Dahayu, gerak-gerik Dahayu, obrolan Dahayu dengan rekan kerjanya terlihat dan terdengar jelas di mata dan telinga Joshua. Konyol, memang. Tapi, kubikelnya memang menghadap langsung ke kubikel perempuan itu. Setiap dia mengangkat pandangan, dia bisa melihat jelas Dahayu di antara kepala-kepala yang seharusnya menutupinya.

Fokusnya sukses terpecah belah. Tumpukan laporan sales invoice dan penerimaan uang masuk serta invoice yang harus dibayar di akhir minggu ini telah menggunung di mejanya, menunggu tanda tangan persetujuannya. Belum ada berkurang setengahnya karena setiap beberapa menit sekali, kepalanya selalu terangkat, melirik pada kubikel yang—kosong? Ke mana perginya Dahayu?

Kepala Joshua bergerak ke segala arah, berusaha mencari keberadaaan perempuan itu. Hingga suara yang familiar terdengar di telinganya, membuatnya terlonjak ketika sosok yang dicarinya kini sudah berada di samping kubikelnya dengan tangan yang memegang tumpukan dokumen.

"Hai, Jo. Anak Accounting lagi nggak di tempat, ya?" tanya Dahayu dengan suara yang mendayu lembut. Joshua baru menyadari suara yang dulu selalu terdengar riang dan penuh semangat setiap mengobrol dengannya sekarang sudah terdengar lebih tenang dan terkontrol.

Joshua berdeham, memutuskan pandangannya untuk memeriksa invoice yang ada di tangannya. Sudah sampai mana dia tadi? "Lagi meeting. Kenapa?"

"Tadinya mau kasih sales order supaya mereka bisa proses invoicing," gumam Dahayu.

Joshua mengetukkan pulpen yang ada di tangannya pada meja kosong yang ada di sampingnya. Tanpa melihat perempuan yang masih berdiri di sisi kursinya, dia berkata, "Taruh di sini. Nanti aku bilang ke Jordan kalau kamu titip sales order buat invoicing."

"Oke. Tolong ya, Jo." Tumpukan dokumen itu berpindah ke kubikel Jordan. Namun, perempuan itu masih terdiam di sisinya dengan aroma parfum manis yang mengganggu konsentrasi Joshua—atau lebih tepatnya, keberadaan perempuan itu yang mengganggunya.

Dengan kekesalan yang mendekam di hati, Joshua mendongak. Suaranya terdengar lebih dingin dari dugaannya. "Ada apa lagi?"

"Oh." Dahayu mengerjapkan mata, tampak terkejut. Di sisi tubuhnya, ibu jari dan telunjuknya saling menggesek dan menekan dengan gelisah dan hal itu tidak luput dari perhatian Joshua. Bahasa tubuh itu dulu sering Joshua lihat setiap Dahayu merasa tertekan. "Nggak ada. Thank you, Jo."

Joshua membenci situasi ini. Dia membenci dirinya karena pandangannya tertuju pada punggung Dahayu yang berjalan menjauhi area FAD. Dia membenci dirinya karena merasa bersalah begitu sikap tak acuhnya membuat Dahayu tertekan. Dia membenci dirinya karena setelah tahun demi tahun berlalu dengan menganggap sosok itu tidak pernah ada, rupanya kehadiran Dahayu masih berdampak begitu besar di hidupnya.

Heart of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang